Sosok Raja Aji Ali, Pahlawan Asal Riau yang Jadi Google Doodle Hari Ini
SABANGMERAUKE NEWS - Google Doodle hari ini menampilkan sosok pria bernama Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad.
Raja Haji Ahmad secara anumerta dihormati sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada 5 November tahun 2004.
Raja Ali bin Raja Haji Ahmad ini merupakan seorang sejarawan, cendekiawan, dan penulis terkenal yang memimpin kebangkitan sastra dan budaya Melayu pada abad ke-19.
Dalam rangka mengenang Raja Ali Haji, Google Doodle mempersembahkan sosoknya dalam balutan gambar yang sesuai dengan sepak terjangnya.
Raja Ali Haji merupakan keturunan Bugis dan Melayu yang terkenal akan karya sajak Gurindam Dua Belas pada 1847.
Raja Ali Haji lahir pada 1808 silam. Dia merupakan keturunan bangsawan dan cucu dari Raja Ali Haji Fisabilillah, salah satu pejuang asal Bugis.
Sebagai putra Raja Ahmad dan Encik Hamidah binti Panglima Malik Selangor, Raja Ali Haji mendapat pendidikan pertamanya dari lingkungan istana Kesultanan Riau-Lingga di Pulau Penyengat.
Hingga pada 1822, saat bepergian bersama dengan rombongan ayahnya ke Betawi, Raja Ali Haji turut mendapat pendidikan dari luar lingkungan kesultanan.
Sosok Raja Ali Haji terkenal sebagai orang pertama yang mencatat dasar-dasar tata bahasa Melayu melalui buku Pedoman Bahasa.
Dari sana, bahasa Melayu kemudian dijadikan cikal bakal bahasa Indonesia melalui Kongres Pemuda Indonesia pada 28 Oktober 1928.
Memasuki usia 20 tahun, Raja Ali Haji dipercaya untuk melaksanakan tugas kenegaraan penting. Bahkan saat menginjak usia 32 tahun, Raja Ali Haji bersama sepupunya, Raja Ali bin Raja Ja'far, ditunjuk untuk memerintah di daerah Lingga.
Tak hanya aktif di dunia politik, semasa hidup, Raja Ali Haji sebagai sastrawan telah banyak menghasilkan mahakarya. Dia menciptakan sebuah buku bertajuk Kitab Pengetahuan Bahasa.
Buku ini berisi tentang kamus Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga, kamus ekabahasa Melayu pertama di Nusantara.
Sementara itu, karya Raja Ali Haji paling tersohor adalah Gurindam Dua Belas, puisi Melayu lama dengan ciri khas istilah tasawuf, kata-kata kiasan, dan metafora.
Menurut laman Kemendikbud, karya ini terdiri dari 12 pasal berisi nasihat atau petunjuk hidup. Nasihat tersebut, antara lain terkait ibadah, kewajiban raja, kewajiban anak terhadap orangtua, tugas orangtua kepada anak, budi pekerti, dan hidup bermasyarakat.
Raja Ali Haji menciptakan Gurindam Dua Belas di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, pada 1974, saat berusia 38 tahun. Pembuatan karya sastra ini dilatarbelakangi konflik internal kerajaan dan tekanan penjajah pada Kesultanan Riau-Lingga.
Tujuannya, agar nilai-nilai keislaman tidak terkikis oleh konflik internal dan eksternal yang terjadi pada masyarakat Melayu saat itu.
Gurindam Dua Belas kemudian diterbitkan oleh Belanda pada 1953.
Raja Ali Haji tutup usia pada 1873 di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau. Jenazahnya kemudian disemayamkan di Kompleks Pemakaman Engku Putri Raja Hamidah.
Guna mengenang karya sastranya, Gurindam Dua Belas diabadikan sepanjang dinding bangunan makan Raja Ali Haji. Selain Gurindam Dua Belas, Raja Ali Haji menghasilkan karya tersohor lain, termasuk:
Bustan al-Kathibin (1857)
Kitab Pengetahuan Bahasa (1850-an)
Intizam Waza'if al-Malik (1857)
Thamarat al-Mahammah (1857).
Sebagai penghargaan atas jasanya, Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad pun ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 5 November 2004. (*)