5 Alasan Anak Muda Sulit Dapat Pekerjaan
SABANGMERAUKE NEWS - Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), lebih dari 59% pengangguran di Indonesia berusia muda antara 15-29 tahun.
BPS mencatat jumlah pengangguran dalam rentang usia tersebut mencapai 4,98 juta jiwa per Februari 2022.
Rinciannya, terdapat 1,13 juta jiwa pengangguran berusia 15-19 tahun, sebanyak 2,5 juta jiwa berusia 20-24 tahun, serta 1,34 juta jiwa berusia 25-29 tahun.
Sedangkan pengangguran yang berusia 30-39 tahun sebanyak 1,4 juta jiwa, dan yang berusia 40-49 tahun ada 1,2 juta jiwa.
Indonesia diperkirakan akan mencapai puncak bonus demografi. Pada rentang 2020-2035, Indonesia mendapat bonus demografi dengan jumlah kelompok usia produktif, yakni usia 15-64 tahun, jauh melebihi kelompok usia tidak produktif (usia 14 tahun ke bawah 65 tahun ke atas).
Meski disebut bonus demografi dan terlihat akan menguntungkan, bonus demografi itu juga bisa mengancam peluang anak muda mendapat pekerjaan.
Berikut 5 alasan mengapa anak muda akan sulit mendapatkan pekerjaan:
1. Ratusan juta pekerja dari tiga generasi bersaing berebut pekerjaan
Pada tahun 2030, anak muda akan bersaing dengan 3 generasi, yakni generasi X (tahun kelahiran 1961-1980), generasi Y atau generasi Millennial (tahun kelahiran 1981-1994), dan generasi Z (tahun kelahiran 1995-2010).
Jumlahnya pun tidak main-main. Tahun 2030 populasi angkatan kerja di Indonesia akan bertambah 28 juta menjadi 202 juta!
2. Banyak sarjana yang belum mendapat pekerjaan
Saat ini pemerintah sudah membuat serapan kerja yang bagus dalam 15 tahun terakhir. Namun, hal itu masih belum cukup.
Saat ini saja, 20 persen lulusan sarjana (s1) masih banyak yang menganggur. Bisa dibayangkan apa yang terjadi dengan makin banyaknya populasi angkatan kerja di tahun 2030.
3. Banyak anak muda tidak mau jadi petani
Dalam sebuah survei singkat yang ditemukan kenyataan bahwa anak muda gak mau kerja di bidang pertanian. Hal itu karena adanya kenaikan industri jasa dan mulai meninggalkan industri agraris.
Dibandingkan dengan negara seperti Thailand dan Jepang di mana kedua negara itu sukses mengembangkan industri, sekaligus pertanian mereka.
Padahal Indonesia kaya akan sumber daya alam seperti pertanian dan perkebunan yang luas dari Sabang sampai Merauke.
4. Generasi sekarang cenderung mudah menyerah
Faktor keempat adalah perubahan budaya. Generasi yang lebih tua cenderung pekerja keras dan gak gampang menyerah.
5. Pendidikan di Indonesia mengarahkan siswanya jadi pekerja, bukan pengusaha
Kelima adalah masalah pendidikan. Kurikulum pendidikan di Indonesia hanya mempersiapkan siswa-siswi untuk menjadi pekerja di kemudian hari, bukan pengusaha.
Padahal untuk menjadi sebuah negara maju, butuh sekitar 14 persen dari penduduk usia produktif yang menjadi pengusaha. Indonesia saat ini hanya punya 3,1 persen dari populasi yang berwirausaha. (*)