Cerita Awal Mula Perayaan Halloween Melawan Hantu Turun ke Bumi, Tragis di Korsel 149 Orang Tewas
SABANGMERAUKE NEWS - Perayaan Halloween perdana usai pandemi Covid-19 di Itaewon, Korea Selatan merenggut lebih dari 149 nyawa manusia. Pengunjung pesta mengenakan topeng dan aneka kostum tewas akibat berdesakan dalam suasana riuh, Sabtu (29/10).
Mayoritas korban meninggal merupakan anak muda berusia 20-an tahun. Dilansir dari Reuters, tewasnya ratusan orang itu dipicu kerumunan besar di Itaewon. Mereka saling berdesakan di sebuah gang sempit.
Beberapa saksi menggambarkan kerumunan menjadi semakin tidak terkendali dan gelisah saat malam semakin larut.
Lalu, bagaimana sebenarnya sejarah dari perayaan Halloween?
Tiap tanggal 31 Oktober dirayakan sebagai Hari Halloween. Sebagian masyarakat di dunia pun ikut merayakannya, misalnya dengan pesta kostum.
Tidak hanya itu, anak-anak di sebagian negara ada yang merayakan Hari Halloween dengan berkunjung dari rumah ke rumah. Mereka biasanya bertanya "trick or treat" kepada tuan rumah.
Jika tuan rumah memilih "trick", berarti anak-anak akan menjaili si pemilik rumah. Sebaliknya, jika memilih treat, tuan rumah biasanya akan memberikan sesuatu seperti permen.
Dalam perayaan ini, orang-orang akan memakai kostum-kostum yang unik dan menyeramkan. Mereka juga akan menghias rumah-rumah dengan dekorasi yang juga seram.
Selain itu, perayaan Halloween juga identik dengan lentera dari buah labu yang dilubangi membentuk wajah Jack O'Lantern.
Dilansir dari History, Halloween berasal dari festival bangsa Celtic kuno, yaitu festival Samhain.
Bangsa Celtic yang hidup sekitar 2.000 tahun yang lalu tersebut merayakan tahun baru mereka pada 1 November. Mereka percaya bahwa pada malam sebelum tahun baru, batas antara dunia orang hidup dan orang mati menjadi kabur. Oleh karenanya, pada malam 31 Oktober mereka merayakan Samhain, ketika diyakini bahwa roh orang mati kembali ke bumi.
Selain menyebabkan masalah dan merusak tanaman, kehadiran roh dari dunia lain konon dapat membantu pendeta Celtic untuk meramal masa depan. Untuk memperingati peristiwa itu, pendeta Celtic akan membuat api unggun yang besar, di mana orang-orang akan berkumpul untuk membakar tanaman dan hewan sebagai persembahan kepada dewa mereka.
Selama perayaan berlangsung, mereka mengenakan kostum yang biasanya berupa kepala dan kulit binatang, untuk mengusir para hantu. Setelah perayaan berakhir, bangsa Celtic akan menyalakan kembali perapian untuk melindungi mereka selama musim dingin yang akan datang.
Pada abad ke-7 Masehi, Gereja Katolik Roma mengubah All Saints Day atau All Hallows, hari perayaan orang-orang kudus gereja, menjadi 1 November.
Ini berarti malam All Hallows jatuh pada 31 Oktober. Dua abad kemudian, pengaruh Kekristenan telah menyebar ke tanah Celtic, yang masih memertahankan Festival Samhain.
Perayaan malam All Hallows pun mirip dengan Festival Samhain, yakni dengan api unggun besar, parade, dan memakai kostum sebagai malaikat atau iblis. Perayaan yang sebelumnya disebut sebagai All Hallows Eve, kemudian dikenal sebagai Halloween.
Secara umum, Halloween disimbolkan dengan labu yang dibentuk menyerupai wajah menyeramkan. Karakter itu disebut Jack O'Lantern.
Jack O'Lantern merupakan arwah yang berkeliaran sambil membawa lentera karena dirinya berhasil menipu iblis agar tak dimasukkan ke dalam neraka.
Akan tetapi, tidak diizinkan masuk ke surga karena dosa-dosanya. Legenda tersebut direpresentasikan menjadi labu seram yang diletakkan di depan rumah.
Selain itu, kostum kucing hitam juga sangat populer selama perayaan Halloween. Kucing hitam sering digambarkan sebagai keluarga penyihir, di mana para penyihir ini berubah menjadi kucing hitam untuk menyembunyikan diri.
Tradisi lain dalam perayaaan Halloween adalah trick or treat. Trick or treat dirayakan dengan kostum yang menyeramkan, di mana dilakukan sambil berkeliling membawa labu menuju rumah tetangga untuk meminta perman sambil berteriak "Trick or Treat". (*)