Harga Minyak Mentah Dunia 'Memanas', BBM Bakal Naik Lagi?
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Harga minyak mentah dunia kian 'memanas'. Baru-baru ini, harga bertengger di level US$ 96 per barel. Kondisi tersebut tentunya cukup berdampak pada penetapan harga BBM pada bulan depan.
Lantas, dengan adanya tren harga minyak yang masih 'memanas' ini, apakah harga BBM di dalam negeri akan naik pada 1 November mendatang? Seperti diketahui, badan usaha penyalur BBM biasanya melakukan penyesuaian harga BBM, khususnya BBM non subsidi, setiap tanggal 1 di setiap bulannya.
Pakar Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan, setidaknya terdapat tiga faktor utama perhitungan keekonomian harga BBM yaitu harga minyak dunia, kurs rupiah, dan inflasi.
Harga minyak saat ini telah mencapai US$ 96 per barel. Sementara kurs rupiah saat ini masih lemah dan telah menembus Rp 15.500 per US$.
"Mestinya kalau mengacu pada dua variabel tadi itu (harga minyak dan kurs), Pertamina itu lebih akan menaikkan pada harga BBM non subsidi karena non subsidi corporate action-nya Pertamina," kata dia kepada CNBC Indonesia, Jumat (28/10/2022).
Menurut Fahmy, mencermati harga minyak dunia dan melemahnya kurs rupiah, maka potensi kenaikan harga BBM non subsidi bisa saja terjadi. Namun, ia optimistis untuk harga BBM subsidi atau penugasan seperti Pertalite dan Solar subsidi, pemerintah masih akan tetap menjaga di level saat ini.
"Kalau subsidi itu kan domainnya pemerintah, variabelnya banyak lagi dan pertimbangannya banyak. Kalau non subsidi saya perkirakan bisa naik," kata dia.
Sementara itu, Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan hingga kini pihaknya masih terus memonitor pergerakan harga minyak mentah. Sehingga, dia belum dapat memastikan apakah harga minyak akan disesuaikan.
"Iya kami masih melihat trennya, selain harga minyak mentah, juga MOPS dan kursnya," kata Irto.
Perlu diketahui, harga minyak mentah kembali melesat pada perdagangan Kamis (28/10/2022) kemarin. Perekonomian Amerika Serikat (AS) yang tumbuh di kuartal III-2022 menjadi pendongkrak kenaikan tersebut.
Saat ekonomi tumbuh, artinya permintaan minyak mentah juga naik. Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kemarin melesat 1,3% ke US$ 89,08 per barel, melanjutkan kenaikan lebih dari 3% hari sebelumnya.
Minyak jenis Brent juga naik 1,3% ke US$ 96,96 per barel. Pada perdagangan Rabu, minyak mentah jenis ini tercatat naik 2,3%.
Sementara nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tercatat masih di atas Rp 15.500 per US$.
Mengacu pada data Refinitiv, rupiah berhasil menguat pada pembukaan perdagangan sebesar 0,06% ke Rp 15.555 per US$. Kemudian, rupiah melanjutkan penguatannya hingga 0,26% ke Rp 15.525 per US$ pada pukul 11:10 WIB. (R-03)