Pernah Dibangga-banggakan, 5 Startup Indonesia Ini Bangkrut dan Lakukan PHK Massal
SABANGMERAUKE NEWS - Sejumlah usaha layanan digital rintisan (startup) Indonesia yang pernah dibangga-banggakan akhirnya bertumbangan. Kondisi finansial perusahaan oleng hingga sebagian dinyatakan pailit.
Pada sisi lain, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal pun menimpa karyawan mereka. Misalnya saja Fabelio yang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan. Ada juga Shopee Indonesia yang dilaporkan merumahkan 3% dari jumlah pegawainya.
Berikut ini daftar terbaru startup yang mengalami kebangkrutan, tutup layanan, hingga PHK di Indonesia, dirangkum Kamis (13/10/2022):
1. Fabelio
Fabelio, startup desain furnitur dan interior, dinyatakan pailit. Hal ini diketahui dari pengumuman di surat kabar berdasarkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.47/Pdt.Sus-PKPU/2022/PN.Niaga.JKT.PST, tertanggal 5 Oktober 2022, yang mengabulkan putusan pailit terhadap PT. Kayu Raya Indonesia atau Fabelio.
Sementara itu akhir tahun lalu, Fabelo dikabarkan tidak membayar tunggakan gaji karyawan sejak Oktober lalu. Perusahaan juga dituding belum membayar BPJS Ketenagakerjaan karyawan sejak 2020 namun tetap memotong dana dari gaji mereka dan memaksa pegawai mengundurkan diri dengan menggunakan anggota organisasi massa tertentu.
2. Line Indonesia
Line menutup dua layanannya pada tahun ini yakni Line Jobs dan Line Today. Perusahaan menyatakan akan berfokus pada bisnis teknologi keuangan, dan memastikan layanan lain seperti Split Bills akan bisa digunakan.
"Keputusan penutupan layanan LINE Jobs di Indonesia merupakan keputusan strategis kami untuk kembali fokus pada bisnis teknologi keuangan [fintech] di tanah air," jelas Fanny dalam keterangan resminya.
"Kami pun akan tetap menyediakan berbagai layanan esensial lain, seperti LINE SPLITBILL., serta tetap melakukan aktivitas M&A di Indonesia".
3. Xendit
Xendit memutuskan PHK pada 5% karyawannya di Indonesia dan Fillipina. Keputusan ini diambil karena situasi makroekonomi yang tidak menentu dan memaksa perusahaan mengubah struktur serta sumbery daya tim.
"Melakukan rightsizing tim adalah sebuah keputusan yang sangat sulit namun tetap harus diambil untuk optimalisasi posisi kami di jangka pendek maupun jangka panjang untuk perkembangan," kata Chief Operating Officer Xendit Tessa Wijaya, dalam keterangan tertulis kepada CNBC Indonesia.
4. Tokocyripto
Startup kripto ini merumahkan 20% dari jumlah karyawannya 227 orang. Alasan keputusan PHK ini karena mempertimbangkan perubahan fokus bisnis perusahaan.
"Langkah internal yang diambil adalah mentransfer beberapa karyawan kepada bisnis unit yang telah menjadi entitas berbeda yaitu T-Hub dan TokoMall, penyesuaian jumlah karyawan sekitar 20% dari 227 karyawan dengan pertimbangan perubahan fokus bisnis," kata VP Corporate Communications Tokocrypto Rieka Handayani dalam keterangan tertulis.
5. Shopee Indonesia
Keputusan PHK juga diambil Shopee Indonesia. Perusahaan tak menyebutkan jumlah pasti pegawai yang terdampak, namun berdasarka informasi yang didapatkan CNBC Indonesia adalah 3% dari jumlah seluruhnya yang mencapai 6.232 orang.
Selain Indonesia, PHK juga terjadi pada Shopee Thailand, Taiwan, dan Fillipina. Di Thailand sendiri jumlah yang dirumahkan mencapai 10% dan sebelumnya perusahaan juga memangkas 300 orang karyawan dari layanan ShopeeFood dan ShopeePay. (*)