Beban Berlebihan di Pundak Kadis Pendidikan Riau Kamsoel, Mengurus Pendidikan Bukan Aksi Sulap
Sabang Merauke News, Pekanbaru - Dr Kamsoel kembali menduduki jabatan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau. Dari jabatan mentereng Sekretaris Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti, kembali ia bertugas di lingkup Pemprov Riau.
Kamsoel memang bukan orang baru di dunia pendidikan. Sebelumnya ia pernah duduk sebagai Kadis Pendidikan Riau pada 2015 lalu. Rezim daerah berganti ia hijrah menjadi pejabat di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan kembali ditarik menjadi Sekda Kepulauan Meranti.
Dalam pelantikannya pada Jumat (17/12/2021) lalu, Gubernur Syamsuar berharap Kamsoel dapat membenahi pendidikan di Riau. Setumpuk persoalan pendidikan ada di depannya.
Mulai dari persoalan kesenjangan pendidikan antara kota dengan desa, mutu guru dan tenaga pendidik, infrastruktur pendidikan dan problem birokrasi internal pendidikan patut ia urai dan carikan solusinya. Begitulah arahan dari Gubernur Syamsuar.
Tapi, jangan berharap terlalu besar. Meski memiliki jam terbang tinggi di dunia birokrasi, khususnya pendidikan, Kamsoel tidak akan dengan mudah berlari.
Mengurus pendidikan bukan seperti aksi sulap yang tuntas seketika dengan menyajikan hasil yang menakjubkan. Pendidikan adalah proses panjang dan berkelanjutan. Apa yang dikerjakan pejabat terdahulu akan diwarisi oleh pejabat setelahnya.
Apalagi kalau seorang kepala dinas turut dibebankan pada urusan proyek, maka akan semakin menyita waktu dan konsentrasinya. Kerap proyek di dunia pendidikan menjadi alat sandera.
Soalnya, budget sektor pendidikan terbilang jumbo. Semua orang memiliki kepentingan untuk itu, apalagi bagi pencari laba. Bisa-bisa pejabat tersangkut di dalamnya.
Kebanyakan kepala dinas selalu terbelenggu pada urusan internal birokrasinya. Ini yang membuat sulit melakukan perubahan.
Ditambah lagi dengan intervensi dari segala penjuru yang pasti akan datang menghampiri Kamsoel. Kita belum tahu, apakah Kamsoel akan kuat menghadapinya. Gubernur perlu menggaransi bahwa setiap kebijakan anak buahnya tak akan diintervensi untuk tujuan sempit dan kelompok tertentu. Garansi ini penting agar perubahan positif terjadi.
Pendidikan masih menjadi persoalan serius di Riau. Disparitas infrastruktur, penyebaran guru dan kualitas pendidikan kerap jadi problem.
Apalagi sudah hampir dua tahun pendidikan diselenggarakan secara online alias daring. Ini dipastikan menjadi kendala pelik soal kesanggupan anak didik memahami pembelajaran. Problem ini harus dipastikan dapat diurai.
Di sisi lain, kualitas guru pun haruslah terus di-update. Pelatihan berkelanjutan dan peningkatan SDM guru harus menjadi perhatian serius Kamsoel. Jangan lagi sekadar menjadikan sertifikasi guru sebagai alat ukur kuliatas tenaga pendidik.
Guru kita hari ini kerap tertinggal oleh kemajuan zaman dan teknologi. Menjadikan guru melek teknologi sebelum berharap siswa dapat belajar sendiri harus menjadi program prioritas. Jangan sampai guru kita menjadi gaptek alias gagap teknologi.
Perlu diingat, Kamsoel belum tentu akan menjabat dengan waktu lama. Setidaknya, jika mengikuti sisa masa jabatan Gubernur Syamsuar, ia hanya bekerja tinggal 2 tahun lagi. Sementara, dalam perumusan dan perancangan kebijakan dan program kerja serta alokasi anggaran untuk tahun 2022 praktis Kamsoel tak terlibat. Itu sebabnya, masa kerja efektifnya hanya tersisa 1 tahun, itupun kalau Kamsoel tak dimutasi di tengah jalan.
Jangan terlalu berharap banyak. Setidaknya kita bisa berharap Kamsoel mampu meletakkan pondasi pendidikan Riau yang lebih ideal. Membangun pendidikan itu bukan seperti aksi sulap. (*)