Cerita Soal Asal-usul Nama Kota Batak di Kampar Riau, Terkenal Sampai ke Amerika Serikat
SABANGMERAUKE NEWS, Pekanbaru - Ada satu daerah di wilayah Kabupaten Kampar, Riau yang memiliki nama cukup unik. Di tengah mayoritas masyarakat yang menempati wilayah tersebut didominasi oleh suku tempatan, justru nama daerah ini memiliki kekhasan dari suku lain di provinsi tetangga Sumatera Utara.
Ya, nama daerah tersebut adalah Kota Batak. Unik, bukan?
Menurut cerita dari mulut ke mulut yang berkembang pada masyarakat di sana, seperti dilansir dari Kompasiana, di daerah ini konon Raja Sisimangaraja pernah bertapa.
Berdasarkan cerita tersebut, kedatangan Sisingamangaraja ke daerah itu untuk membantu para datuk-datuk di Riau saat menghadapi perang.
Diceritakan kalau Sisingamangaraja melakukan pertemuan dengan para datuk setempat.
Cerita yang belum jelas sumber dan kebenarannya ini, juga dihubungkan dengan nama daerah di dekatnya yang bernama Petapahan.
Petapahan atau biasa disebut dengan Simpang Petapahan, masih menurut cerita yang berkembang, merupakan tempat bertapanya Sisingamangaraja sewaktu perang. Sisingamangaraja dianggap banyak membantu Datuk yang menjadi penguasa di daerah tersebut. Tempat ia bertapa itu disebut sebagai imbalan dari datuk-datuk setempat.
Tapi, jika ditilik dari aspek sosio-kuktural, cerita tersebut sepertinya sulit dibuktikan kebenarannya. Soalnya, daerah tersebut justru didiami masyarakat Melayu yang beragama Muslim.
Jadi, kemungkinan asal usul nama Kota Batak, hampir sama atau mendekati nama sebuah daerah di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara yang bernama Tanah Jawa.
Versi lain menyebut kalau nama Kota Batak ditetapkan oleh PT Caltex Pacific Indonesia (CPI), perusahaan kontraktor minyak bumi asal Amerika Serikat yang puluhan tahun mengelola ladang minyak di daerah tersebut. Caltex kemudian berganti menjadi PT Chevron Pacific Indonesia. Namun, saat ini blok minyak tersebut sudah dialih kelola oleh BUMN PT Pertamina Hulu Rokan (PHR).
Tidak diketahui secara pasti apa alasan PT Caltex menamakan daerah itu dengan nama Kota Batak. Kemungkinan, pada awal eksplorasi sumur minyak di daerah tersebut puluhan tahun silam, banyak sekali orang Batak yang ikut terlibat sebagai perintis awal.
Keberadaan Kota Batak pun tak hanya dikenal di Riau saja. Namun, daerah ini bahkan sudah populer sampai di Amerika Serikat, negara tempat kantor pusat PT Caltex saat itu.
Hal inilah yang membuat warga di sekitar terminal (stasiun) minyak Caltex di Kota Batak ikut bangga karena berita tentang Kota Batak sudah sampai ke luar negeri.
Penjelasan Tokoh Masyarakat
Ketua Umum Ikatan Keluarga Sungai Tapung (IKST) Riau H Sapaat mengatakan, tanah Melayu Tapung dimulai sejarahnya sejak tahun 600 M. Ketika itu, di Tapung (sekarang Petapahan) punya tambang emas, sehingga terkenal sampai ke belahan dunia timur dan barat.
"Hal ini sedang diteliti ulang IKST bekerjasama dengan University Leiden Belanda," kata Sapaat, Jumat (27/8/2021) yang dilansir dari riauin.com.
Merujuk hasil seminar sejarah Tapung yang ditaja IKST bersama sejarahwan Riau, Prof Suwardi MS pada tahun 2017, disimpulkan bahwa di Petapahan adalah nama sebuah kerajaan yang mashur pada abad ke-13 sampai 18 silam.
Pada abad 18, guna mempertahankan jalur perdagangan internasional di Petapahan-Sungai Jantan (Pokanbaghu) pada masa itu, maka Kerajaan Petapahan bergabung dengan Kerajaan Siak Sri Indrapura dan menjadi provinsi ke-9 dan 10 dengan nama Provinsi Tapung Kanan dan Provinsi Tapung Kiri.
Sedangkan bekas wilayah Kerajaan Petapahan dengan satu adat istiadat utuh tersebut, saat ini menjadi 5 kecamatan yang berada di dua Kabupaten (Kampar dan Rohul) yaitu Kecamatan Tapung, Tapung Hilir, Tapung Hulu, Tandun dan Kecamatan Kabun.
Sementara itu, Ketua MKA LAKTA Tapung, Zulfahmi menambah, nama Kota Batak baru dikenal setelah kemerdekaan sekitaran tahun 60-an. Sebelumnya, nama Kota Batak yang masuk Desa Petapahan (sekarang Desa Pantai Cermin), dulunya disebut Koto Sekotuok karena dekat dengan Sungai Sekotuok yang mengalir ke Sungai Tapung. (cr7)