Waspada Gangguan Ginjal Misterius Pada Anak, Begini Gejala, Cara Penanganan dan Data Sebarannya
SABANGMERAUKE NEWS - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menemukan kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak-anak di Indonesia. Hingga 10 Oktober 2022, gangguan ginjal akut ini diderita oleh 131 anak.
Tercatat, kasus gangguan ginjal akut ini sudah ditemukan di Kaltim, Kalsel, Jakarta, Jabar, Jateng, Banten, Bali, Sulsel, Aceh, Sumbar, Jambi, Kepri, Papua Barat dan NTT.
"Masih merupakan hal yang perlu terus kita dalami seperti apa," tutur Ketua Pengurus Pusat IDAI Piprim Basarah Yanuarso dikutip dari kompas.com
Berikut sebaran laporan kasus, gejala, hingga penanganannya yang dilakukan terkait gangguan ginjal misterius.
1. Sebaran Kasus Gangguan Ginjal Misterius Pada Anak
Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI dr Eka Laksmi Hidayati, SpA(K) mengungkapkan ada 14 provinsi yang sudah melaporkan kasus gagal ginjal akut misterius tersebut, di antaranya:
* Jakarta
* Jawa Barat
* Jawa Tengah
* Banten
* Bali
* Kalimantan Timur
* Kalimantan Selatan
* Sulawesi Selatan
* Aceh
* Sumatera Barat
* Jambi
* Kepri
* Papua Barat
* NTT
2. Gejala Gangguan Ginjal Akut
dr Eka juga menjabarkan sejumlah gejala pada anak dengan gangguan ginjal misterius. Menurutnya, gejala awal yang muncul dapat berupa infeksi seperti batuk-pilek.
Pada dasarnya, infeksi tersebut umumnya tak tergolong berat dan seharusnya tak berpotensi memicu gangguan ginjal akut. Namun pada kasus-kasus ini, anak mengalami perburukan gejala berupa gangguan buang air kecil hanya dalam hitungan tiga hingga lima hari.
"Diawali dengan gejala infeksi seperti batuk-pilek, atau diare dan muntah. Infeksi tersebut tidak berat. Bukan tipikal infeksi yang kemudian harusnya menyebabkan AKI secara teoritis kami pelajari di kedokteran. Itulah yang membuat kami heran," terang dr Eka.
"Dia hanya beberapa hari timbul diare atau muntah, kemudian demam, kemudian dalam tiga sampai lima hari mendadak tidak ada urine-nya. Jadi tidak bisa buang air kecil, betul-betul hilang sama sekali buang air kecilnya. Jadi anak-anak ini hampir semuanya datang dengan keluhan tidak buang air kecil, atau buang air kecilnya sangat sedikit," sambungnya.
3. Penanganan Gangguan Ginal Misterius Pada Anak
Penanganan yang dilakukan terhadap pasien gangguan ginjal akut misterius tergantung dari kondisinya. Menurut dr Eka, apabila pasien tersebut tidak memproduksi urine dan menjalani terapi obat, kemudian hasil terapi tersebut membuat produksi urinenya ada lagi, maka tak perlu menjalani terapi cuci darah.
"Untuk pasien seperti ini artinya kami hanya memberikan pengobatan konservatif tanpa terapi cuci darah," terangnya.
Namun bagi pasien yang sudah menjalani terapi obat namun tetap tak ada urine, maka penanganan yang dilakukan berupa cuci darah hingga plasma exchange atau transfusi tukar.
"Tetapi untuk pasien yang sudah berikan obat kemudian tetap tidak ada urine, maka kami akan lakukan cuci darah, hemodialisis atau peritoneal dialisis (cuci darah dengan mesin) atau melalui selaput perutnya dari pasien itu sendiri. Atau metode lain yang advanced misalnya dialisis continues, dan kami juga melakukan plasma exchange atau tranfusi tukar," lanjutnya lagi. (*)