Jokowi Sebut Keadaan Ekonomi Dunia Sedang Kacau Balau
SABANGMERAUKE NEWS - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan keadaan perekonomian dunia sedang kacau balau. Ia membeberkan kondisi tersebut membuat ada 28 negara sedang antre menjadi pasien Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF).
Menurut Jokowi, perubahan iklim yang ditandai dengan banyaknya bencana alam, ditambah konflik geopolitik menjadi dalang terkontraksinya ekonomi. Salah satu yang masih berlangsung saat ini adalah perang Rusia dengan Ukraina.
Dengan situasi yang sedang berlangsung, kata Jokowi, negara mana pun dapat terlempar dengan cepat. Perekonomian akan jeblok apabila tidak ditangani secara waspada dan hati-hati.
"Pagi tadi saya dapat informasi dari pertemuan di Washington DC, 28 negara sudah antre di markasnya IMF, menjadi pasien," kata Jokowi dalam Pembukaan Indonesia Summit 2022, Selasa (11/10/2022).
Kendati demikian, Jokowi optimistis Indonesia bisa selamat dalam menghadapi krisis. Hal tersebut tercermin dari perekonomian Indonesia yang masih tumbuh 5,44 persen di kuartal II.
"Kita tetap harus menjaga optimisme tapi yang lebih penting hati-hati dan waspada, eling lan waspodo," tandasnya.
Sebelumnya, IMF menyatakan pihaknya berkomitmen untuk membantu negara miskin dalam menghadapi krisis. Sebab, ekonomi global di tahun depan diperkirakan akan memburuk, bahkan kondisinya dinilai lebih buruk dari imbas perang yang terjadi saat ini.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan, berbagai guncangan akan menghantam perekonomian global dan akan menimbulkan resesi. Harga energi dan pangan yang tinggi, kondisi keuangan yang lebih ketat, dan kendala pasokan masih akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, perlambatan ekonomi ini akan merata terjadi di berbagai negara.
"Kita harus bergabung untuk membantu negara berkembang yang akan sangat terpukul oleh pengetatan kondisi keuangan. Bahaya menakutkan terbesar datang dari krisis utang," kata Georgieva dalam diskusi bertajuk The Way Forward: Addressing Multiple Crises in an Era of Volatility, Senin (10/10/2022).
Menurutnya, tak hanya negara yang terdampak resesi yang akan menderita, melainkan seluruh dunia akan menderita. "Tetapi jika kita bersatu, kita dapat mengurangi rasa sakit yang ada di depan kita pada tahun 2023," ungkapnya. (*)