Kiprah Letjen TNI Kaharuddin Nasution, Eks Komandan RPKAD Peletak Landasan Keharmonisan Agama Saat Menjabat Gubernur Riau
SABANGMERAUKE NEWS, Pekanbaru - Tahukah anda bagaimana awal mula dua bangunan rumah ibadah yang megah masjid dan gereja di Jalan Hang Tuah, Pekanbaru bisa hadir berhadap-hadapan? Ya, keberadaan gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) persis dibangun di samping Masjid Raya An Nur Provinsi Riau.
Agak mirip memang dengan keberadaan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta yang merupakan warisan bapak bangsa Soekarno. Kedua rumah ibadah tersebut hadir berdampingan, bahkan kini telah dibangun terowongan bawah tanah penghubung dua rumah ibadah samawi itu.
Di Pekanbaru, ibukota Provinsi Riau, kehadiran masjid dan gereja hidup berdampingan tak lepas dari kebijakan Gubernur Riau saat itu. Dia adalah Letjen TNI Kaharuddin Nasution.
Eks Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) itu menginisiasi kebijakan yang senafas dengan konsep Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta.
RPKAD kini telah bersalin namanya menjadi Komando Pasukan Khusus (Koppasus). Sebelumnya, pasukan elit Angkatan Darat ini dinamai Komando Pasukan Sandi Yudha (Koppasandha).
Letjen TNI Kaharuddin Nasution merupakan Gubernur Riau kedua yang menjabat sejak 6 Januari 1960 hingga tahun 1966. Pembangunan gereja HKBP Hang Tuah berlangsung di pengujung masa jabatannya. Peletakan batu pertama dimulai pada 18 Juli 1966.
Semula, lahan untuk pembangunan gereja tersebut akan diperuntukkan sebagai lokasi Taman Makam Pahlawan. Namun, oleh Panitia Pelaksana Pemindahan Ibukota Provinsi Riau ke Pekanbaru, lahan kemudian dibebas-tukarkan dengan pihak Angkatan Darat. Itu bisa dilakukan juga seizin dan peran Kaharuddin Nasution.
Menurut buku 'Sejarah HKBP Pekanbaru-Jubileum 50 Tahun' diterbitkan tahun 2002, pengalokasian lahan eks milik TNI AD untuk gereja disebabkan karena Kaharuddin terinspirasi pada kondisi di kampung halamannya yakni Bunga Bondar, Sipirok, Sumatera Utara.
Di daerah tersebut, memang sudah lebih dulu berdiri gereja yang berdiri berdampingan dengan masjid. Sipirok memang dikenal sebagai salah satu daerah yang tingkat toleransi dan kerukunan antar umat beragamanya tertinggi di Indonesia.
Bagi Kaharuddin, kehadiran masjid dan gereja yang saling bertetangga, menunjukkan kehidupan harmonis antarmasyarakat yang berbeda agama namun merupakan satu bangsa yakni Indonesia.
Kurun waktu dua tahun, pembangunan gereja HKBP berjalan maksimal. Hingga pada Minggu tanggal 3 November 1968 dimulailah ibadah perdana di bangunan gereja tersebut. Saat itu, bangunan gereja HKBP Hang Tuah sebenarnya belum selesai. Pembangunan gereja baru tuntas dilakukan pada 20 Agustus 1970.
Saat ini, kedua bangunan rumah ibadah tersebut telah merupakan bangunan yang megah dan menjadi ikon Kota Pekanbaru.
Pernah Jadi Gubernur Sumut
Letjen TNI Kaharuddin Nasution lahir pada 23 Juli 1925. Jauh sebelum menjabat Gubernur Riau, ia sudah malang melintang di dunia militer.
Mengutip wikipedia, pada tahun 1945 hingga 1953, Kaharuddin menjabat sebagai Komandan Kompi Batalyon Nasuhi. Secara bersamaan, ia juga ditunjuk sebagai Direktur Battle Training Camp I.
Dari situ, ia kemudian dipercaya menjadi Komandan Batalyon Basis I. Dan pada tahun 1956 hingga 1958, ia menduduki posisi Komandan RPKAD yang kemudian menjabat sebagai Komandan Komando Resor Militer Wirabima.
Saat masih bertugas di Riau, Kaharuddin Nasution yang saat itu masih berpangkat Kolonel, juga berjasa dalam menginisiasi pembangunan perguruan tinggi yang kini bernama Universitas Riau. Ia bahkan menduduki posisi sebagai Ketua Dewan Presidium Universitas Riau.
Sebutan Dewan Presidium saat itu dipakai sebagai pucuk pimpinan kampus. Barulah pada tahun 1980, Universitas Riau resmi menggunakan nomenklatur Rektor.
Usai menjabat Gubernur Riau, Letjen Kaharuddin Nasution dipromosikan menjadi Panglima Komando Daerah Militer (Kodam) XIII/Merdeka.
Ia juga dipercaya Presiden Soeharto sebagai Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan. Suami dari R.A.Y. Siti Roestamy ini juga pernah menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) Golongan Daerah.
Kaharuddin juga pernah menduduki posisi Inspektur Jenderal Departemen Penerangan RI sejak tahun 1973 hingga tahun 1982. Hingga akhirnya ia kembali ditunjuk sebagai Gubernur Sumatera Utara (Sumut) pada periode 1983-1988. Tercatat, dia adalah Gubernur Sumut ke 11 yang menggantikan EWP Tambunan.
Atas jasa dan pengabdiannya, Letjen Kaharuddin Nasution dianugerahi gelar kehormatan Veteran Pejuang Kemerdekaan RI oleh Menteri Pertahanan Keamanan Republik Indonesia.
Letjen TNI Kaharuddin Nasution meninggalkan seluruh karya dan dedikasinya di dunia militer maupun pemerintahan hingga tutup usia di umur 65 tahun, tepatnya pada tanggal 25 September 1990 silam.
Namanya diabadikan sebagai nama stadion terbesar di Pekanbaru yakni Stadion Kaharuddin Nasution. Termasuk dijadikan sebagai nama jalan protokoler di pusat kota Pekanbaru. (R-03)