3 BUMN Ini Kelimpungan Gara-gara Utang dan Sepi Proyek, Ini Daftarnya
SABANGMERAUKE NEWS - Pendanaan dari utang untuk tambahan modal atau ekspansi BUMN memang hal yang lumrah. Tapi, kalau sudah jadi tumpukan utang jumbo yang sulit dibayarkan hingga harus direstrukturisasi, tentu jadi persoalan yang mengkhawatirkan.
Hal ini yang dialami 3 BUMN di sektor konstruksi yang masih menghadapi masalah pinjaman atau utang yang tinggi, hingga jumlah kontrak baru yang menurun.
Dua isu tersebut dikonfirmasi langsung oleh Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo atau Tiko. Dia menyebut perkara pinjaman dan menurunnya kontrak baru menjadi sebab utama BUMN Karya masih akan menghadapi tantangan dalam jangka menengah.
"Memang yang masih tantangan jangka menengah adalah sektor karya atau konstruksi karena pasca Covid, ada dua isu, pertama dari sisi leverage utang mereka yang tinggi, yang kedua karena jumlah kontrak-kontrak baru menurun," ungkap Tiko.
Adapun daftar BUMN Karya yang masih mencatatkan utang dan kerugian dengan nilai jumbo:
1. Waskita Karya
Utang PT Waskita Karya Tbk hingga 2022 diperkirakan mencapai Rp79,12 triliun. Angka ini dicatatkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2022.
Direktur Utama Waskita Karya, Destiawan Soewardjono menyebut beban bunga perusahaan masih cukup besar dan memberatkan.
Adapun utang Waskita Karya hingga akhir 2021 mencapai Rp88,1 triliun. Dengan pokok pinjaman dan bunga utang itu, pada tahun ini emiten konstruksi pelat merah ini diperkirakan masih akan mencatatkan rugi sebesar Rp1,11 triliun.
"Beban bunga masih cukup besar karena adanya beban utang sehingga rugi bersih sebesar Rp 1,11 triliun (RKAP 2022). Total utang mengalami penurunan menjadi Rp 79,12 triliun," ujar Destiawan dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI Juni lalu.
2. Hutama Karya
PT Hutama Karya (Persero) mencatatkan rugi bersih senilai Rp671,34 miliar di semester I-2022. Capaian itu menyusut 45,67 persen dibandingkan periode sama tahun lalu senilai Rp1,23 triliun.
Hal itu terjadi akibat adanya pertumbuhan pendapatan usaha perusahaan konstruksi plat merah itu sebesar 1,90 persen menjadi Rp8,13 triliun dari paruh pertama tahun lalu senilai Rp7,98 triliun.
Di lain sisi, perseroan berencana melepas atau mendivestasikan tiga ruas jalan tol kepada Indonesia Investment Authority (INA). Adapun anggaran yang dibidik sebesar Rp34 triliun.
Direktur Utama Hutama Karya Budi Harto mengatakan hasil divestasi tiga ruas tol akan digunakan untuk membiayai ruas tol lainnya yang sudah dibangun hingga membayar sebagian pinjaman atau utang perusahaan.
3. Wijaya Karya
PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mencatat penurunan pendapatan dan laba bersih selama kuartal I/2022. Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (9/7/2022), WIKA meraih pendapatan Rp 3,16 triliun selama 3 bulan pertama 2022. Pendapatan itu turun 19,39 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,92 triliun.
Beban pokok pendapatan turun 23,27 persen menjadi Rp 2,80 triliun pada kuartal I/2022 jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 3,65 triliun. Dengan melihat kondisi itu, laba bruto perseroan naik 33,4 persen menjadi Rp 358,12 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp 268,45 miliar. (*)