Apa Itu Gas Air Mata, Senjata Pemicu Kerusuhan Massal Tewaskan 182 Orang Suporter Sepakbola di Stadion Malang
SABANGMERAUKE NEWS - Tragedi maut yang menelan 182 korban jiwa dalam insiden pertandingan sepakbola antara Arema FC kontra Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) begitu tragis. Peristiwa ini berlangsung begitu cepat yang menyulut emosi suporter hingga kondisi di dalam stadion menjadi tak terkontrol.
Dilaporkan kalau pihak kepolisian yang menjaga keamanan terpaksa menembakkan gas air mata ke arah suporter yang bertindak beringas. Kondisi ini menambah kepanikan, sehingga banyak yang terinjak dan mengalami sesak nafas hingga tewas.
Padahal, organisasi sepakbola dunia FIFA sebenarnya sudah melarang praktik penggunaan gas air mata dalam pertandingan sepakbola. Namun, entah mengapa tindakan itu terpaksa dilakukan oleh aparat kepolisian.
Sebenarnya, apa itu gas air mata?
Mengutip Wikipedia, gas air mata disebut sebagai senjata kimia berupa gas dan digunakan untuk melumpuhkan, bukan untuk mematikan. Gas ini menyebabkan iritasi pada mata dan juga sistem pernafasan.
Gas air mata bisa disimpan dalam bentuk semprotan ataupun granat. Alat ini sangat lazim digunakan oleh kepolisian dalam mengendalikan kerusuhan dan dalam penangkapan.
Bahan kimia yang sering dipakai pada gas air mata antara lain gas CS (2-klorobenzalmalononitril, C10H5ClN2), CN (kloroasetofenon, C8H7ClO), CR (dibenzoksazepin, C13H9NO), dan semprotan merica (gas OC, oleoresin capsicum).
Dampak Kesehatan
Paparan terhadap gas air mata menyebabkan dampak jangka pendek dan panjang, termasuk pengembangan penyakit pernapasan, luka dan penyakit mata parah (keratitis, glaukoma dan katarak) serta radang kulit. Selain itu juga menyebabkan kerusakan pada sistem peredaran darah dan pencernaan, bahkan kematian, khususnya pada kasus dengan paparan tinggi.
Meski bernama gas, namun gas air mata biasanya terdiri dari campuran aerosol, seperti bromoaseton dan metilbenzil bromida, bukan gas.
Gas air mata bekerja dengan membuat iritasi membran mukus pada mata, hidung, mulut, dan paru-paru. Ia menyebabkan tangis, bersin, batuk, kesulitan bernapas, nyeri di mata, dan buta sementara. Dengan gas CS, gejala iritasi biasa muncul setelah paparan selama 20 hingga 60 detik dan sembuh setelah 30 menit sejak meninggalkan tempat penyemprotan gas.
Sebagai senjata tak mematikan atau kurang mematikan, ada risiko cidera serius permanen atau kematian ketika gas air mata dipakai. Ini termasuk risiko terpukul oleh wadah gas air mata yang dapat menyebabkan lecet, kehilangan penglihatan, atau patah tulang kepala (tengkorak) yang menyebabkan kematian.
Kasus cidera pembuluh darah serius yang disebabkan oleh wadah gas air mata juga dilaporkan terjadi di Iran dengan cidera saraf (44%) dan amputasi (17%)serta juga cidera kepala pada anak-anak.
Meski dampak gas air mata sendiri biasanya hanya peradangan kulit ringan, komplikasi tertunda juga mungkin terjadi. Para pengidap penyakit pernafasan, seperti asma berisiko tinggi. Mereka sangat mungkin butuh pertolongan medis dan terkadang butuh dibawa ke rumah sakit, bahkan harus memakai dukungan ventilasi.
Paparan kulit terhadap gas CS dapat menyebabkan luka bakar kimia atau memicu alergi pada kulit. Ketika orang-orang terkena dalam jarak dekat atau terpapar parah, cidera mata seperti tercakarnya kornea dapat menyebabkan kehilangan ketajaman penglihatan permanen. Paparan tinggi atau frekuensi tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit pernapasan.
Obat Penawar
Belum ada penawar khusus untuk gas air mata umum. Pergi dari daerah terpapar gas ke tempat berudara segar adalah pertolongan pertama. Melepas pakaian yang terpapar dan menghindari pemakaian handuk bersama dapat mengurangi reaksi kulit. Langsung melepas lensa kontak juga disarankan karena ia dapat ditempeli partikel.
Ketika seseorang telah terpapar, ada beragam cara untuk menghilangkan zat kimia sebanyak mungkin dan meredakan gejala. Pertolongan pertama untuk rasa terbakar pada mata adalah irigasi (menyemprot atau membilas) dengan air untuk membuang zat kimianya.
Meski ada laporan bahwa air dapat menambah nyeri dari gas CS, bukti-bukti tersebut masih lemah sehingga air atau larutan garam adalah pilihan yang baik.
Mandi dan menggosok seluruh tubuh dengan sabun dan air dapat menghilangkan partikel yang melekat pada kulit. Pakaian, sepatu, dan aksesoris yang terkena uapnya harus dicuci bersih karena partikel yang melekat dapat tetap aktif selama sepekan.
Beberapa menyarankan penggunaan kipas dan pengering rambut untuk menguapkan semprotan. Namun, belum dibuktikan bahwa hal itu lebih baik daripada membilas mata dan malah bisa memperluas kontaminasi. Analgesik oral (obat minum) dapat meredakan nyeri mata. (*)