10 Tragedi Maut Korban Terbesar dalam Sejarah Sepakbola Dunia, Peristiwa di Indonesia Tempati Nomor 2 Paling Tragis
SABANGMERAUKE NEWS - Sepakbola sebagai pertandingan yang menghibur bisa berubah menjadi ajang maut. Olahraga di rumput hijau ini tercatat sebagai ajang yang paling banyak menelan korban jiwa.
Kasus terbaru terjadi di Stadion Kanjuruan, Malang saat pertandingan antara Arema FC kontra Persebaya yang menewaskan sebanyak 129 orang pada, Sabtu (1/10/2022) kemarin malam.
Peristiwa kelam tersebut bukan kali pertama terjadi di lapangan sepakbola. Kerusuhan demi kerusuhan telah merenggut banyak nyawa para suporter.
BACA JUGA: Tragedi Maut Sepakbola Renggut 129 Nyawa di Malang, Ini 5 Perintah Keras Presiden Jokowi
Kejadian paling banyak merenggut korban dalam pertandingan sepakbola terjadi pada 24 Mei 1964 lalu di Stadion Nasional di Lima, Peru. Sebanyak 328 orang meninggal karena sesak napas dan/atau pendarahan internal, meskipun kemungkinan jumlah korban tewas lebih tinggi.
BACA JUGA: Kerusuhan Maut Pertandingan Arema FC vs Persebaya: 127 Orang Tewas, 180 Luka-luka
Sementara, tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang kemarin malam menempati kasus kedua terburuk dengan korban jiwa terbesar sepanjang sejarah kerusuhan sepakbola dunia. Yakni menelan korban sebanyak 129 orang.
Peristiwa Sepakbola di Peru
Pada 24 Mei 1964, tim nasional Peru dan Argentina berlaga di babak kualifikasi kedua untuk turnamen Olimpiade Tokyo. Pertandingan, yang diselenggarakan oleh Peru di Estadio Nacional (Stadion Nasional) di Lima, menarik penonton berkapasitas maksimum 53.000 orang. Jumlah tersebut merupakan 5 persen dari populasi ibu kota Peruz Lima pada saat itu.
Pertandingan berlangsung sengit oleh kedua tim, dan dengan dua menit waktu normal tersisa, Argentina memimpin 1-0. Kemudian, secara ajaib, Peru mencetak gol menyamakan skor, tapi dianulir oleh wasit, Eduardo Pazos (orang Uruguay yang dianggap condong ke arah kemenangan Argentina).
Dalam rentang sepuluh detik, ribuan penggemar Peru berubah dari kegembiraan menjadi kemarahan. Bencana dimulai ketika salah satu penonton, seorang penjaga bernama Bomba, berlari ke lapangan dan memukul wasit.
Ketika penggemar kedua bergabung, dia diserang secara brutal oleh polisi dengan tongkat dan anjing. Jose Salas, seorang penggemar yang hadir pada pertandingan tersebut, mengatakan kepada BBC bahwa ini adalah katalis bencana.
“Polisi kami sendiri menendang dan memukulinya seolah-olah dia adalah musuh,” kenangnya.
"Inilah yang menimbulkan kemarahan semua orang, termasuk saya," katanya lagi.
Saat serangan terjadi dan frustrasi atas panggilan wasit meningkat, puluhan penggemar menyerbu lapangan, dan kerumunan mulai melemparkan benda ke polisi dan pejabat di bawah.
Kerusuhan terjadi, dan polisi meluncurkan tabung gas air mata ke kerumunan, yang mendorong puluhan ribu penggemar untuk mencoba melarikan diri dari stadion melalui tangganya. Ketika penggemar mencapai bagian bawah lorong-lorong ini, mereka menemukan bahwa gerbang baja yang mengarah ke jalan terkunci rapat.
Ketika mereka berusaha untuk lari kembali, polisi melemparkan lebih banyak gas air mata ke dalam terowongan, memicu histeria massal dan menyebabkan kehancuran besar. Salas termasuk di antara mereka yang terjebak di salah satu tangga, dan memperkirakan dia menghabiskan dua jam di tengah kerumunan yang dikemas begitu ketat sehingga kakinya tidak menyentuh lantai.
Akhirnya, gerbang itu terlepas oleh tekanan tubuh yang luar biasa, dan Salas melarikan diri, tetapi yang lain tidak seberuntung itu.
Sebagai akibatnya, 328 orang tewas karena sesak napas dan/atau pendarahan internal, meskipun kemungkinan jumlah korban tewas lebih tinggi. Tuduhan kemudian muncul bahwa pemerintah telah meremehkan jumlah korban jiwa dan menutupi kematian beberapa orang yang terbunuh oleh tembakan polisi.
Berikut daftar 10 kerusuhan sepak bola paling mematikan yang memakan banyak korban meninggal:
1. Pada 24 Mei1964, sebanyak 328 orang meninggal di Estadio Nacional, Lima, Peru
2. Pada 1 Oktober 2022, sebanyak 129 orang meninggal di Stadion Kanjuruhan, Malang, Indonesia
3. Pada 9 Mei 2001, sebanyak 126 orang meninggal di Accra Stadium, Ghana
4. Pada 15 April 1989, sebanyak 96 orang meninggal di Stadion Hillsborough, Sheffield, Inggris
5. Pada 12 Maret 1988, sebanyak 93 orang meninggal di Stadion Kathmandu, Nepal
6. Pada 16 Oktober 1996, sebanyak 80 orang meninggal di Stadion Nasional Mateo Flores, Guatemala
7. Pada 1 Februari 2012, sebanyak 79 orang meninggal di Stadion Port Said, Mesir
8. Pada 23 Juni 1968, sebanyak 71 orang meninggal di Estadio Monumental, Buenos Aires, Argentina
9. Pada 2 Januari 1971, sebanyak 66 orang meninggal di Stadion Scond Ibrox, Glasgow, Skotlandia
10. Pada 20 Oktober 1982, sebanyak 66 orang meninggal di Stadion Lenin, Luzhniki, Moskow, Rusia. (*)