5 Satwa Langka Dilindungi Khas Riau yang Habitatnya Hancur, Terkenal Sampai ke Mancanegara
SABANGMERAUKE NEWS, Pekanbaru - Riau merupakan salah satu provinsi yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan hayati. Daerah ini terletak di bagian tengah pantai timur pulau Sumatera berbatasan dengan Selat Malaka.
Riau diduga telah dihuni sejak masa antara 10.000-40.000 SM. Kesimpulan ini diambil setelah penemuan alat-alat dari zaman Pleistosin di daerah aliran sungai Sungai Sengingi di Kabupaten Kuantan Singingi pada bulan Agustus 2009. Alat batu yang ditemukan antara lain kapak penetak, perimbas, serut, serpih dan batu inti yang merupakan bahan dasar pembuatan alat serut dan serpih.
Sebagai daerah yang awalnya memiliki banyak hutan alam yang rimbun serta empat sungai besar, tentunya keanekaragaman satwa-satwanya menjadi daya tarik.
Namun, seiring dengan arus pembangunan dan pengrusakan hutan dan lingkungan, keberadaan satwa liar tersebut menjadi terancam. Bahkan ada yang terkategori sebagai satwa liar dilindungi yang terancam punah.
SabangMerauke News merangkum 5 satwa liar khas Riau yang dilindungi, apa saja?
1. Ikan Arwana Golden Riau
Provinsi Riau memiliki satu daerah yang dulunya menjadi tempat habitat perkembangan ikan arwana golden. Daerah tersebut berada di Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), tepatnya di kawasan Rawa Seribu Hutan Produksi Terbatas (HPT) Mahato Kanan Kecamatan Tambusai Utara.
Namun, saat ini habitat ikan arwana di Tambusai Utara sudah sangat memprihatinkan. Hal ini disebabkan pengalihan fungsi lahan oleh konglomerat pemilik perusahaan kelapa sawit.
Ikan Arwana Golden ini juga sering disebut ikan naga. Ikan jenis ini termasuk endemik Riau yang sudah mulai langka.
Secara fisik, warna sisik ikan ini keemasan yang tersusun indah dan harmonis. Keindahannya sangat menonjol. Bentuk tubuh yang khas, gagah dan sedikit angkuh, dilengkapi dengan sungut pada mulutnya yang besar dengan susunan tertata rapi.
Ikan ini termasuk karnivora. Walau demikian, ikan arwana muda dapat memakan udang air asin beku atau hidup, cacing hitam, dan bahkan ikan kecil.
Memang sekarang ini ikan itu tidak mudah ditemukan di alam. Dahulunya pada tahun 1990-an ikan tersebut sangat banyak ditemukan di Riau.
2. Harimau Sumatera
Harimau sumatra adalah populasi Panthera tigris sondaica yang mendiami pulau Sumatera. Jenis ini menjadi satu-satunya anggota subspesies harimau Sunda yang masih bertahan hidup hingga saat ini.
Status Harimau Sumatera kini masuk dalam kelompok satwa kritis yang terancam punah oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature).
Padahal keberadaannya sangat berarti bagi kesinambungan rantai makanan, karena menempati posisi predator puncak. Maka dari itu banyak pihak dan pegiat sosial yang mulai melakukan upaya konservasi untuk mempertahankan populasi harimau ini.
Jika ditelusuri, ada dua faktor utama yang menjadi ancaman terbesar satwa liar ini. Ancaman pertama adalah ketersediaan habitat aslinya yang semakin berkurang dan menyempit. Hal itu disebabkan oleh kegiatan deforestasi hutan yang terus meningkat, sehingga terjadi alih fungsi habitat karnivora ini.
Saat ini, keberadaan Harimau Sumatera di Riau kerap kali dijumpai di Kabupaten Pelalawan, Siak, dan Bengkalis. Harimau Sumatera ini kerap kali juga memakan korban jiwa.
Seorang wanita bernama Seha Sopiana Br Manik (44) tewas diterkam harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) di Kabupaten Pelalawan, Riau. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah (Polda) Riau, Kombes Sunarto mengatakan, korban diterkam di area hutan tanaman industri (HTI) PT Peranap Timber di Desa Pulau Muda, Kecamatan Teluk Meranti, Pelalawan.
Namun, pada sisi lain, harimau sumatera juga menjadi korban. Beberapa kurun terakhir, kematian harimau sumatera mati secara massif diwilayah Riau.
3. Burung Serindit
Burung Serindit merupakan salah satu burung khas Riau. Burung ini berukuran kecil bergenus paruh-bengkok Loriculus. Selain itu, burung serindit memiliki bulu berwarna hijau dengan ekor pendek.
Burung serindit dulunya banyak ditemukan di kawasan Hutan Konservasi Cagar Alam Bukit Bungkuk, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar, Riau.
Jenis serindit jantan, memiliki warna hitam di atas kepalanya, warna merah di leher bagian depan, dan warna kuning di punggungnya. Sementara di bagian ekor berwarna merah.
Dilansir dari akun sosial media Facebook milik Batik Malai, burung serindit memiliki filosofi. Warna bulu serindit yang hijau bermakna kedamaian pada suatu negeri. Warna hitam di kepala bermakna bahwa datuk adat yang bijaksana.
Warna kuning pada bagian punggung burung serindit mewakili kaum bangsawan yang artinya dibela dan dilindungi oleh perwira atau hulubalang yang gagah berani.
Para hulubalang tersebut diwakili oleh warna merah. Kemudian warna merah pada ekor melambangkan pertahanan yang kuat yang tidak diketahui oleh lawan.
Hanya serindit jantan saja yang mempunyai warna merah pada leher bagian depannya, inilah serindit yang paling dicari untuk dipelihara atau dijadikan sebagai serindit pemikat.
4. Gajah Sumatera
Gajah Sumatera mempunyai bentuk tubuh yang lebih kecil dibanding spesies khas Asia lainnya. Sayangnya satwa endemik satu ini mulai mengalami penurunan populasi akibat campur tangan manusia seperti penebangan hutan dan perburuan liar.
Total populasi Gajah Sumatera yang bisa dijumpai pada habitat aslinya di hutan Pulau Sumatera diperkirakan hanya sekitar 2.400 hingga 2.800 ekor. Padahal jumlah ini sudah mencakup populasi secara keseluruhan di daratan Sumatera. Sensus gajah tersebut terakhir diambil pada tahun 2007 silam dan diyakini sudah mengalami penurunan saat ini.
Sebagai contoh, populasi di Riau yang merupakan salah satu benteng konservasi untuk Gajah Sumatera terus menurun setiap tahun. Pada tahun 2007 populasi Gajah Sumatera di kawasan ini kurang lebih hanya 210 ekor. Jumlah ini diketahui mengalami penurunan sebesar 84% dalam kurun waktu 24 tahun.
Catatan Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo (YTNTN), di luar gajah-gajah terluka atau terkena jerat, dalam kurun waktu antara 2015 hingga awal 2020, setidaknya ada 24 gajah mati di Kantong Taman Nasional Tesso Nilo, Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil, dan Suaka Margasatwa Balai Raja, Riau.
5. Ikan Selais
Kryptopterus lais atau biasa dikenal dengan nama ikan selais adalah salah satu fauna khas Provinsi Riau. Bahkan ikan selais dijadikan sebagai ikon Provinsi Riau Sumatera.
Ya, tepat di depan Kantor Walikota Pekanbaru di Jalan Jendral Sudirman, Anda akan menjumpai sebuah tugu yang berbentuk ikan selais. Tugu tersebut diberi nama Tugu Ikan Selais Tiga Sepadan.
Meskipun ikan Selais belum benar-benar punah, tetapi para nelayan memilih untuk mengembangbiakkan ikan khas Riau ini. Sebab hal ini juga berperan dalam menjamin ketersediaan suplai ikan Selais bagi konsumen.
Selain itu, juga untuk terus menjaga keberadaan salah satu spesies kebanggaan Provinsi Riau. Ikan Selais kerap kali ditemukan di Indragiri, Sungai Rokan dan Sungai Kampar.
Ikan khas Riau ini biasa hidup di perairan tawar. Beberapa sungai seperti Sungai Kampar, Sungai Kuantan, Sungai Rokan, Sungai Inderagiri, dan Sungai Segati menjadi habitat dari Ikan Selais. Tidak hanya di sungai, Ikan Selais juga mampu bertahan hidup di danau. Biasanya, suhu air pada habitat mereka antara 24-26 derajat Celcius.
Yuk, kita jaga kelestariannya ya. (R-03)