7 Teori Ini Ungkap Dalang Sejarah Berdarah Gerakan 30 September 1965, Mana yang Paling Benar?
SABANGMERAUKE NEWS - Hari ini, Jumat (30/9/2022), tepat 57 tahun sejarah kelam pembunuhan enam jenderal dan satu perwira muda Angkatan Darat pada subuh berdarah terjadi. Aksi keji yang selama 32 tahun dinamai Gerakan 30 September PKI (G30 S-PKI) bak seperti misteri yang terselubung. Ada juga yang menamai peristiwa ini sebagai Gerakan Satu Oktober (Gestok).
Dalam peristiwa ini, sejumlah pimpinan Angkatan Darat gugur. Mereka adalah Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Letnan Jenderal Raden Soeprapto dan Letnan Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono. Juga Letnan Jenderal Siswondo Parman, Mayor Jenderal Donald Isaac Panjaitan, Mayor Jenderal Sutoyo Siswodiharjo, dan Kapten Pierre Andreas Tendean.
Orang-orang yang dituduh sebagai aktornya kebanyakan telah meninggal dunia, tidak bisa memberi kesaksian yang paling akurat. Jika pun ada, masing-masing memberi informasi berdasarkan basis pengetahuan, kedekatan dan polarisasi diri pada kondisi saat itu.
Ketidakseragaman soal cerita sesungguhnya di balik G30 September (Gestapu) atau Bung Karno menyebutnya Gerakan Satu Oktober (Gestok), memunculkan beragam skenario atau sering disebut sebagai teori.
Kini, setelah 57 tahun peristiwa kelam di Lubang Buaya itu terjadi, penculikan dan pembunuhan para Pahlawan Revolusi tersebut masih terus memunculkan spekulasi.
Bagaimana peristiwa itu terjadi dan siapa sebenarnya aktor utama sejarah kelam ini, setidaknya memunculkan 7 hipotesa dan teori di seputaran Gerakan 30 September.
Berikut daftar 7 teori yang mengungkap kemungkinan dalang di balik peristiwa sejarah tersebut:
1. G30 September Konflik Angkatan Darat
Teori ini dikemukakan oleh Ben Anderson, WF Wertheim, dan Coen Hotsapel yang menyatakan bahwa adanya persoalan internal di kalangan Angkatan Darat (AD) yang menyebabkan terjadinya peristiwa G30 September.
Teori ini didasarkan pada pernyataan pemimpin gerakan, yaitu Letnal Kolonel Untung yang menyatakan bahwa para pemimpin AD hidup bermewah-mewahan dan memperkaya diri, sehingga terjadilah pencemaran nama baik AD.
Namun, pendapat tersebut bertentangan dengan kenyataan. Contohnya Panglima Angkatan Bersenjata, Jenderal AH Nasution yang menjalani hidupnya dengan sederhana.
2. G30 September Didalangi CIA
Teori ini berlandaskan pada tulisan Peter Dale Scott atau Geoffrey Robinson. Gencarnya PKI menanamkan pengaruh di negara pada masa itu, membuat AS khawatir Indonesia akan jatuh ke tangan komunis.
Hal itulah yang kemudian mendorong CIA melakukan kerja sama dengan suatu kelompok dalam tubuh AD untuk memprovokasi PKI melakukan gerakan kudeta dan setelah itu berbalik menyerang partai komunis tersebut.
Tujuan akhir dari skenario yang telah disusun oleh CIA ini yaitu untuk menjatuhkan kekuasaan Soekarno.
3. G30 September Kepentingan Inggris-Amerika
Teori yang dikemukakan oleh Greg Paulgrain ini menyatakan bahwa Inggris ingin mengakhiri sikap konfrontatif Soekarno terhadap Malaysia melalui penggulingan Sang Proklamator dan keinginan AS supaya Indonesia bebas dari komunisme.
Berdasarkan dari dua hal itulah peristiwa G30 September menjadi titik temu antara keinginan Inggris dan AS.
4. G30 September Didalangi Soekarno
Teori ini dikemukakan oleh Anthony Dake dan John Hughes yang bermula pada asumsi bahwa Soekarno ingin melenyapkan kekuatan opsi yang berasal dari sebagian perwira tinggi AD terhadap dirinya. PKI pun terseret karena partai ini dekat dengan Soekarno.
Teori ini berdasarkan pada kesaksian seorang pilot asal India, Shri Biju Patnaik. Ia mengatakan bahwa pada 30 September 1965 tengah malam, Soekarno memintanya untuk meninggalkan Jakarta sebelum subuh, seakan tahu bahwa akan ada ‘peristiwa besar’ besok.
Namun, teori ini dilemahkan dengan tindakan Soekarno yang menolak mendukung G30 September dan mengutuk gerakan ini dalam sidang Kabinet Dwikora di Bogor pada 6 Oktober 1965.
5. G30 September Tidak Ada Pemeran Tunggal (Chaos Theory)
Pendapat ini dikemukakan oleh Jhon D Legge. Teori ini menyatakan bahwa dalam peristiwa G30 September tidak ada pemeran tunggal dan skenario besar.
Seperti yang disebutkan oleh Soekarno, kejadian ini disebabkan oleh unsur-unsur Neokolonialisme dan Imperealisme (Nekolim) negara-negara Barat, pimpinan PKI yang keblinger serta oknum-oknum ABRI yang tidak benar.
6. G30 September Didalangi Soeharto
Dalam buku yang berjudul Indonesian Tragedy, Brian May mengemukakan bahwa terdapat hubungan dekat antara Letkol Untung sebagai pemimpin G30 September dengan Mayjen Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Panglima Kostrad.
Apalagi setelah PKI hancur, Soekarno pun memberikan mandat kekuasaannya kepada Soeharto melalui Supersemar.
7. G30 September Didalangi PKI
Menurut teori ini, G30 September didalangi oleh tokoh-tokoh PKI dengan cara memperalat unsur-unsur tentara. Teori ini didasarkan dari serangkaian kejadian dan aksi yang telah dilakukan oleh PKI di tahun 1959-1965.
Selain itu, teori ini juga didasari dari beberapa perlawanan bersenjata setelah peristiwa G30 Septenbwr yang dilakukan oleh kelompok yang menamakan diri sebagai CC PKI terjadi di Blitar Selatan, Grobogan, dan Klaten. (*)