Negara-negara Ini Selamat dari Serangan Hantu Resesi Dunia, Bagaimana Indonesia?
SABANGMERAUKE NEWS - Di tengah gejolak ekonomi yang berpotensi mengantarkan negara-negara di dunia ke jurang resesi. Ternyata ada beberapa negara yang menunjukkan kinerja positif. Bahkan negara-negara tersebut berhasil bangkit dari hantaman pandemi Covid-19.
Negara-negara ini sukses menunjukkan ekspansi di sektor manufakturnya pada tahun ini. Hal ini dikemukakan oleh Menteri Keuangaan Sri Mulyani dalam paparan APBN KITA Agustus 2022, minggu ini (26/9/2022).
Sri Mulyani mengungkapkan dari negara-negara Asean-5 dan G20, hanya 24% negara-negara di dunia yang PMI-nya masih mengalami akselerasi, yaitu Thailand, Rusia, Vietnam, Filipina, Arab Saudi dan Indonesia.
Sementara itu, Prancis menjadi satu-satu negara yang pulih atau mengalami upgrade ke level ekspansif dari kontraktif.
Kemudian, lanjutnya, 32% negara-negara kelompok Asean dan G20 mengalami perlambatan atau masih di level ekspansif tetapi turun. Negara-negara tersebut a.l. AS, Jepang, Australia, Singapura dan Malaysia.
Bahkan, 40% negara-negara maju sudah mengalami kontraksi, yakni Eropa, Jerman, Italia, Inggris, Tiongkok dan Turki.
Dari data Kemenkeu, Sri Mulyani menunjukkan ekonomi India dan Saudi Arabia masih tumbuh masing-masing 13,5% dan 12,2% pada kuartal II-2022. Kemudian, ada Malaysia yang ekonominya tumbuh sebesar 8,9%, Vietnam 7,7%, Filipina 7,4% dan Indonesia sebesar 5,4% pada kuartal kedua.
Dikutip dari Deccan Chronicle, ekonomi India tumbuh sebesar 13,5 persen pada periode April-Juni. Ini adalah pertumbuhan tercepat dalam empat kuartal terakhir. Pertumbuhan ini ditopang oleh kinerja yang lebih baik oleh sektor pertanian dan jasa.
Sementara itu, Saudi Arabia diuntungkan dengan naiknya harga minyak mentah. Badan Statistik Arab Saudi mengumumkan pertumbuhan ekonomi Saudi yang melesat naik hingga tembus 12,2 persen pada di kuartal kedua 2022. Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Saudi di kuartal sebelumnya.
Angka pertumbuhan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan aktivitas terkait minyak sebesar 23,1%. Kegiatan ekonomi nonmigas tumbuh 5,4% dan layanan pemerintah tumbuh 2,2% dibandingkan dengan kuartal kedua tahun 2021.
Beberapa waktu lalu, IMF mengungkapkan kalau perang Rusia vs Ukraina dan kenaikan harga minyak mentah menghadirkan keuntungan besar bagi negara-negara penghasil minyak seperti Saudi. PDB Saudi pun diperkirakan tumbuh 7,6% di 2022.
Ekonomi Malayasia yang tumbuh 8,9% pada kuartal II tahun ini, ditopang oleh pertumbuhan ekspor dan menguatnya konsumsi dalam negeri.
Pertumbuhan yang lebih tinggi ini mencerminkan normalisasi kegiatan ekonomi seiring dengan peralihan negara menuju endemi dari pandemi dan pembukaan kembali perbatasan internasional.
Lalu, bagaimana dengan nasib Indonesia?
Indonesia pada kuartal kedua membukukan pertumbuhan solid sebesar 5,44%. Sri Mulyani pun meyakini pertumbuhan yang kuat masih berlanjut pada kuartal ketiga tahun ini.
"Kuartal III kita 5,6 - 6%," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Gedung DPR/MPR, Jakarta, dikutip dari cnbcindonesia.com Rabu (28/9/2022).
Pendorong ekonomi Indonesia mampu melesat salah satunya adalah ekspor. Nilai ekspor Indonesia pada periode itu berhasil tumbuh 30,15% secara year on year (yoy) mencapai US$ 27,91 miliar. Neraca perdagangan pada Agustus surplus US$ 5,76 miliar.
Selain itu, konsumsi rumah tangga dan investasi juga masih tumbuh baik. "Jadi kalau kita lihat source of growth, sumber pertumbuhan ekonomi dari ekspor, dari konsumsi dan dari investasi kita masih melihat adanya momentum q3 itu masih cukup kuat, apalagi tahun lalu basisnya rendah, karena kena delta varian dan kita turun," terangnya.
Sementara untuk keseluruhan tahun, Sri Mulyani belum mengubah proyeksinya. Meskipun banyak lembaga internasional, seperti IMF, Bank Dunia dan ADB meramal ekonomi Indonesia tumbuh tinggi, antara 5,1-5,4%.
"Kita berharap di kuartal IV Oktober-November-Desember itu tidak terganggu terlalu banyak akibat gejolak yang sekarang ini terjadi," kata Sri Mulyani. (*)