Inilah Daftar 8 Megaproyek Infrastruktur Indonesia Habiskan Banyak Uang, Tapi Seperti Hidup Segan Mati Tak Mau
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Aksi pembangunan infrastruktur di era pemerintahan Joko Widodo secara besar-besaran dilakukan. Sejumlah bandara dan jalan dibangun jor-joran, semula untuk meningkatkan interkoneksi daerah dan antarwilayah.
Namun, dalam perjalanannya, sejumlah infrastruktur yang dibangun, beberapa di antaranya ternyata jarang dimanfaatkan. Bahkan hingga selesai dibangun tak beroperasi, meski pembangunannya memakan triliunan rupiah.
Contoh infrastruktur tersebut ialah bandara dan jalan tol serta LRT. Ada sejumlah bandara kini mati suri karena sepi penumpang dan tidak beroperasi. Berikut daftar infrastruktur yang dibangun namun tidak bermanfaat secara maksimal:
1. Bandara JB Soedirman, Purbalingga
Melihat situs pembelian tiket pesawat, Bandara JB Soedirman saat ini terpantau tidak memiliki jadwal penerbangan lagi. Sebelumnya bandara ini digunakan maskapai Citilink dengan tujuan Jakarta-Purbalingga dan sebaliknya, namun belum lagi terlihat ada jadwal penerbangan ini pada platform penjualan tiket pesawat.
Wings Air juga sempat menggunakan bandara ini untuk penerbangan dari Pondok Cabe pada 5 Agustus 2022, namun rute penerbangan itu kembali ditutup pada 19 Agustus 2022 karena sepi penumpang.
Dalam keterangan resmi Kementerian Perhubungan, pembangunan Bandara JB Soedirman menelan anggaran Rp 350 miliar yang dikelola oleh PT Angkasa Pura II.
2. Bandara Ngloram
Bandara ini diresmikan oleh Jokowi pada Desember 2021. Anggaran pembangunannya tercatat senilai Rp 80 miliar.
Alih-alih bandara ramai, saat ini justru tidak ada jadwal penerbangan ke dan dari Bandara yang berada di Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah ini.
3. Bandara Wiriadinata
Bandara yang diresmikan pada Februari 2019 lalu ini mengeluarkan anggaran sebesar Rp 30-45 miliar. Sama seperti sebelumnya, bandara ini sempat tidak beroperasi karena sepi penumpang.
Baru pada Agustus 2022 maskapai penerbangan Susi Air membuka penerbangan dari bandara tersebut menuju Bandara Halim Perdanakusuma. Meski begitu, penerbangan rute Tasikmalaya-Jakarta itu hanya bergantung pada permintaan penumpang.
5. Bandara Kertajati, Majalengka
Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Majalengka dibangun dengan dana jumbo hingga Rp 2,6 triliun dan diresmikan 24 Mei 2018. Luas area bandara ini merupakan yang terbesar di Indonesia setelah Soekarno Hatta.
Sayangnya bandara ini berhenti melayani penerbangan reguler berjadwal pada Juli 2019 karena sepi penumpang. Kondisi sepi penumpang tersebut disebabkan akses ke bandara yang tidak memadai ditambah adanya pandemi COVID-19.
Bandara Kertajati diharapkan dalam waktu dekat dapat bergeliat dengan kembali dibukanya penerbangan komersial pada November 2022 mendatang. Bandara itu juga direncanakan bakal melayani penerbangan embarkasi dan debarkasi umrah.
"Dengan adanya penerbangan umrah ini diharapkan adanya penerbangan feeder dari daerah lain. Seperti Kalimantan-Kertajati-Jeddah, tentu ini membuat Kertajati lebih ramai," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam keterangannya, Jumat (19/8/2022).
6. LRT Palembang Sumsel
LRT yang mulai beroperasi sejak tahun 2018 ini disebut-sebut masih sepi. Pada bulan Januari 2019 yang lalu, kebetulan saat itu memang LRT baru hitungan bulan beroperasi. Pada satu gerbong kereta LRT nampak hanya terlihat ada 11 penumpang saja. Padahal, kapasitas satu gerbong bisa mencapai sekitar 125 penumpang.
Selain di gerbong, sepinya penumpang juga terlihat di 13 stasiun karena hanya ada 5 sampai 10 penumpang saja yang ada di ruang tunggu. Hal ini terlihat tak sesuai dengan megahnya stasiun yang ada.
Sementara untuk beberapa stasiun yang ramai terlihat hanya ada di stasiun DJKA, Jakabaring, Ampera, Pasar Cinde, Bumi Sriwijaya dan stasiun akhir bandara SMB II Palembang.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat itu pun menjawan masalah sepinya LRT Palembang. Budi Karya mengaku optimistis 'ular besi' itu akan digunakan masyarakat kota Palembang, namun semua butuh proses. Makanya bila sepi wajar saja, butuh waktu dalam mengubah kebiasaan masyarakat.
"Namanya angkutan massal itu ya harus ada proses lah. Proses edukasi, integrasi dan sebagainya, memang butuh proses untuk melakukan itu semua," terang Budi Karya di stasiun LRT Bumi Sriwijaya Kota Palembang, Senin (11/2/2019) malam.
Kemenhub sendiri baru-baru ini menyatakan penumpang LRT terus meningkat. Per 23 Agustus 2022 saja, jumlah penumpang sudah mencapai hingga 1.791.803 orang. Jika rata-rata penumpang harian bisa konsisten, maka hingga akhir tahun diproyeksikan jumlah penumpang LRT bisa melebihi masa sebelum pandemi yaitu sebanyak 2,7 juta penumpang.
Nilai investasi LRT Palembang sendiri sebesar Rp 10,9 triliun. Jumlah itu turun dari nilai awal yang sebesar Rp 12,5 triliun.
7. LRT Jakarta
Proyek yang dikerjakan badan usaha milik daerah (BUMD) provinsi Jakarta ini juga dituding masih sangat sepi. Padahal, proyek itu dibangun dengan anggaran cukup besar, sekitar Rp 6,8 triliun.
Jumlah biaya pembangunan itu digunakan untuk membuat jaringan kereta api layang sepanjang 5,8 km dari Kelapa Gading-Velodrome. Jumlah tersebut juga mencakup biaya pembangunan dari depo yang seluas 12 hektar (ha).
Sampai saat ini moda transportasi dalam kota itu masih sangat sepi. Dilansir dari Antara, PT LRT Jakarta mencatat rerata jumlah penumpang di semester I 2022 mencapai 1.400-1.500 penumpang per harinya.
Padahal satu rangkaian kereta LRT Jakarta dapat menampung penumpang maksimal 270 penumpang. Per satu rangkaian LRT terdiri dari 2 kereta dengan kapasitas maksimal 135 orang. Rute yang pendek dinilai banyak kalangan menjadi masalah utama sepinya LRT Jakarta.
Meski begitu, dalam catatan detikcom, walaupun operasinya sepi di fase pertama dengan rute sepanjang 5,8 km, LRT Jakarta akan diperluas jaringannya. Proyek ini akan dibangun fase berikutnya dengan rute Stasiun Pengangsaan Dua di Kelapa Gading menuju Stadion Jakarta International Stadium (JIS).
Modal yang dibutuhkan untuk proyek ini kira-kira sebesar Rp 7 triliun. Bakal ada enam stasiun yaitu Britama, Artha Gading, Sunter Timur, Gelanggang Remaja, Sunter Barat, dan berakhir di JIS sepanjang 8,2 km.
8. Jalan Tol Trans Sumatera
Jokowi sendiri punya ambisi besar menghubungkan daerah-daerah di Pulau Sumatera dengan jalan tol. Dia pun mencanangkan apa yang disebut Jaringan Jalan Tol Trans Sumatera yang bakal menghubungkan Lampung sebagai provinsi paling selatan di Sumatera hingga Aceh sebagai provinsi paling utara.
Proyek ini memakan anggaran Rp 500 triliun lebih. Sejauh ini beberapa ruas jalan tol Trans Sumatera sudah selesai dibangun bahkan dioperasikan.
Namun, nyatanya tol ini ternyata belum ramai penggunanya. Direktur Utama Hutama Karya Budi Harto sendiri yang mengatakan hal tersebut. PT Hutama Karya (Persero) sendiri mendapatkan tugas untuk membangun dan mengelola mayoritas ruas-ruas tol di jaringan Trans Sumatera.
Di akhir 2020, dalam sebuah webinar Budi pernah bercerita jalan tol Trans Sumatera masih sangat sedikit dilintasi kendaraan. Bahkan, sepinya jalan tol menimbulkan tantangan baru kepada pihaknya, hal itu adalah ancaman tindak kejahatan di jalan Tol Trans Sumatera.
Dengan, trafik yang sepi dan lalu lintas kendaraan di jalan tol Trans Sumatera masih rendah, banyak pelaku kejahatan lebih berani melakukan aksinya.
"Saat ini dengan berawalnya pengoperasian jalan tol ini dengan penyesuaian masyarakat kami menghadapi banyak tantangan. Jalan tol ini memang sekarang traffic-nya masih rendah. Dengan trafik yang rendah ini mengundang kejahatan," ujar Budi dalam sebuah webinar, Rabu (25/11/2020).
Untuk menanggulangi masalah ini pihaknya menyediakan patroli keamanan rutin. Kemudian untuk kenyamanan pengguna jalan pihaknya juga menyediakan fasilitas penyelamatan, kesehatan, hingga pengamanan kendaraan. (*)