Harga Minyak Dunia Anjlok 1,5 Persen, Ternyata Ini Pemicunya
SABANGMERAUKE NEWS - Harga minyak mentah dunia merosot karena nilai tukar dolar Amerika Serikat tetap kuat dan investor mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan.
Pada Selasa (20/9/2022) minyak Brent tercatat US$ 90,62 per barel, anjlok 1,5% dibanding posisi kemarin. Sementara jenis light sweet atau West Texas Intermediate anjlok 1,49% ke US$ 84,45 per barel.
Bank sentral AS, The Fed, kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin pada pertemuan yang berakhir Kamis dini hari waktu Indonesia. Ekspektasi kenaikan suku bunga membebani harga minyak.
Suku bunga yang lebih tinggi telah mendorong indeks dolar (yang mengukur greenback dibandingkan enam mata uang utama) bertahan di level tertinggi selama dua dekade, membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Sehingga permintaan minyak bisa menyusut, harga pun mengikuti.
"Pasar minyak terjebak di antara kekhawatiran turun dan harapan naik. Kekhawatiran didorong oleh pengetatan moneter yang agresif di AS dan Eropa, yang meningkatkan kemungkinan resesi dan mungkin membebani prospek permintaan minyak," kata Giovanni Staunovo, analis komoditas di UBS.
Kenaikan suku bunga pun meningkatkan risiko resesi global yang dapat mengekang permintaan minyak.
"Dolar adalah kuncinya dan The Fed adalah kuncinya; mereka akan membunuh permintaan untuk inflasi apa pun," kata Robert Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.
Pasar minyak dunia juga merespons terhadap konsumsi yang lemah di Amerika Serikat dan China. Mobilitas kendaraan di Amerika Serikat lebih sedikit pada Juli dibandingkan bulan sebelumnya, penurunan bulanan kedua berturut-turut, karena harga bensin yang tinggi. (*)