Demokrat-PDI Perjuangan Saling Tuding Curang di Pemilu, Harun Masiku Disebut Lagi
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Perseteruan antara Partai Demokrat dengan PDI Perjuangan kembali terjadi. Berawal dari pernyataan mantan Presiden SBY yang menyebut ada tanda-tanda pemilu 2024 tidak jujur, kubu PDI Perjuangan justru menuding sebaliknya.
Gayung saling bersambut dan kedua kubu buka-bukaan. Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyebut justru pada pemilu 2009, kecurangan terjadi secara massif dengan meningkatnya 300 persen suara Partai Demokrat.
Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra menanggapi pernyataan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang menuding Pemilu 2009 era SBY banyak kecurangan.
Juru bicara partai Demokrat itu mengaku bingung dengan pernyataan Hasto tersebut. Lantaran, kata Herzaky, indikasi kecurangan justru ada di tahun 2019 yang ditunjukkan melalui kasus mantan Komisioner KPU Wahyu Setiawan ditangkap KPK karena menerima suap dari Harun Masiku.
Suap diberikan agar Wahyu memudahkan langkah politikus PDIP itu bisa melenggang ke Senayan sebagai anggota DPR jalur Pergantian Antar Waktu (PAW).
"Setahu kami sejak era pemilihan langsung di era reformasi, komisioner KPU yang pernah ditangkap karena ada upaya memanipulasi hasil pemilu, yang kami ingat, kami tahu namanya Wahyu Setiawan", kata Herzaky, di kawasan Cikini, Minggu (18/9/2022).
Harun Masiku adalah politikus PDIP yang dimasukkan dalam daftar buronan pada 29 Januari 2020 oleh KPK. Lalu, 30 Juli 2021, Harun Masiku masuk dalam daftar buronan dunia dan masuk dalam daftar Red Notice Interpol. Hasto Kristiyanto disebut-sebut terlibat dalam pusaran kasus Harun Masiku.
"Sudah 1.000 hari lebih Harun Masiku ini entah dimana, kita bingung", tutur Herzaky.
Herzaky menegaskan 2009 tidak ada Komisioner KPU yang ditangkap seperti halnya yang terjadi di 2019. Ia pun menyampaikan pesan pada Hasto Kristiyanto untuk tidak menyebar hoaks dimuka publik tanpa ada bukti yang jelas.
"Tolong, kepada teman kami, senior kami, beliau tolong jangan suka sebar hoaks dimuka publik. Demokrasi ini jangan dikotori pernyataan-pernyataan yang tendensius dan tidak ada buktinya," kata dia. (*)