Menteri Pertanian akan Kunjungi Kepulauan Meranti Pantau Program Sagunesia, Masalah Ijon Sagu Jadi Persoalan Serius
SABANGMERAUKE NEWS, Kepulauan Meranti - Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo dijadwalkan akan berkunjung ke Kabupaten Kepulauan Meranti untuk melihat lebih dekat pengembangan potensi hulu dan produk hilirisasi sagu. Tempat yang ditinjau yakni Sentra Industri Kecil Menengah (SIKM) di Sungai Tohor, Kecamatan Tebingtinggi Timur.
Kunjungan tersebut berkaitan dengan program unggulan Direktorat Jenderal Perkebunan yaitu Sagunesia (Sagu untuk Indonesia) sebagai alternatif pangan dunia.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Peternakan Kepulauan Meranti, Ifwandi menjelaskan, dalam kunjungan Mentan tersebut, pihaknya akan mengusulkan perluasan lahan sagu. Selain itu, juga permohonan penguatan teknologi agar menghasilkan produksi dan pertambahan nilai (hilirisasi) produk sagu yang dihasilkan.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kepulauan Meranti, luas areal sagu mencapai 61.806 hektare yang terbagi atas 21.620 hektare milik perusahaan dan sagu rakyat seluas 40.186 hektare. Khusus tanaman sagu rakyat dimiliki 8.365 kepala keluarga dengan jumlah produksi 247.014 juta ton per tahun.
"Dalam 4 tahun terakhir ini, kita sudah bantuan bibit sagu plus pupuk dari Dirjenbu. Setiap tahunnya seluas 100 hektare, sehingga totalnya sudah mencapai 400 hektare yang dibagikan kepada kelompok masyarakat. Tahun 2023 mendatang, kita kembali mendapatkan bantuan serupa yakni bibit untuk lahan seluas 400 hektare," kata Ifwandi, Minggu (18/9/2022).
Sementara itu, terhadap rencana dari target perluasan lahan, dikatakan pihaknya sudah mendapatkan gambaran lahan potensial, yakni berada di Kecamatan Tebingtinggi Timur yang rencananya akan memanfaatkan lahan Hutan Tanaman Industri (HTI) PT Lestari Unggul Makmur (LUM) seluas 10.390 hektar yang sudah dicabut oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI pada tahun 2016 lalu.
Ifwandi menjelaskan, Pemkab Kepulauan Meranti berharap ada campur tangan pemerintah dalam melakukan menentukan standar harga di Kabupaten Kepulauan Meranti.
Ia mengakui sebagai salah satu daerah yang memproduksi sagu terbesar di Indonesia, namun hal itu belum memberikan manfaat besar terhadap kesejahteraan masyarakat karena hasil produksi sagu yang dibawa ke Cirebon dan ditumpuk oleh para pengepul.
Keluhan Pengusaha Sagu
Selama ini, kata Ifwandi, para pengusaha sagu menjerit dikarenakan turun naiknya harga karena ditentukan dan dimainkan oleh para pengepul. Kondisi semakin parah karena pengusaha masih terjebak sistem ijon.
"Faktor lainnya adalah pasar penampung terbesar sagu Kepulauan Meranti ada Cirebon dan Pulau Jawa sejak puluhan tahun lamanya. Harga sudah diatur oleh penampung tersebut," terang Ifwandi.
Sebelumnya pemerintah daerah juga sudah berusaha meminta kepada Kementerian Perdagangan untuk memberikan solusi dengan cara menugaskan Bulog membeli produksi Sagu Kepulauan Meranti sebanyak 200 ribu ton pertahun. Namun hal itu belum terlaksana karena ada standar produksi yang belum terpenuhi.
Untuk menetapkan standarisasi dan keseragaman dan produk sagu, pihaknya berharap seluruh tepung sagu produksi kilang dicuci kembali di SIKM yang telah memenuhi standar dengan sertifikasi HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Poin).
"Pengembangan dan hilirisasi produk sagu di Kepulauan Meranti cukup mudah sehingga lebih efisien dan lebih efektif dari daerah lain di Indonesia. Karena potensi hulu yang sudah tertata sebagai wilayah perkebunan, tidak hutan seperti di daerah Indonesia lainnya yang butuh penataan ekstra," jelas Ifwandi.
Ia meyakini, industri sagu di Kepulauan Meranti, Sagu sudah masuk menjadi komoditi unggulan.
"Sangat cocok untuk dijadikan pangan strategis sesuai program unggulan Kementan. Jadi kalau sudah bicara sagu, ya di Kepulauan Meranti," pungkasnya. (R-01)