Pimpin 2 Ribu Janda Perang Lawan Belanda, Begini Kisah Kepahlawanan Laksamana Malahayati
SABANGMERAUKE NEWS - Nusantara punya sosok pejuang antikolonial perempuan yang sungguh berani. Tak hanya jago berperang, namun sosoknya dikenal cerdas hingga menjadi juru runding dengan pemerintahan Belanda 500 tahun silam.
Dia adalah Laksamana Malahayati, pemimpin pasukan Aceh yang dikenal tangguh dan garang di medan perang maupun meja runding.
Malahayati memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid) berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda tanggal 11 September 1599 sekaligus membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal.
Laksamana Malahayati yang dikenal juga dengan Keumalahayati merupakan pejuang kebanggaan warga Aceh. Ia dilahirkan di Aceh Besar pada tahun 1550.
Pada masa kanak-kanak dan remaja ia mendapat pendidikan istana. Malahayati masih berkerabat dengan Sultan Aceh. Ayah dan kakeknya berbakti di Kesultanan Aceh sebagai Panglima Angkatan Laut.
Dari situlah semangat kelautan Malahayati muncul. Ia kemudian mengikuti jejak ayah dan kakeknya dengan menempuh pendidikan militer jurusan angkatan laut di akademi Baitul Maqdis. Demikian dilansir dari Perpusnas.
Pemikiran Keumalahayati berbeda dengan perempuan di zamannya karena berani menjadi panglima dan diplomat dalam mempertahankan wilayah Aceh dari gangguan penjajah. Keberanian inilah yang membuat beliau pantas menjadi Pahlawan Nasional.
Dia mendapat gelar Laksamana untuk keberaniannya ini, sehingga ia kemudian lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati.
Kiprahnya di medan perang sangat mentereng. Walau begitu, Laksamana Malahayati tidak hanya cakap di medan perang. Ia juga melakukan perundingan damai mewakili Sultan Aceh dengan pihak Belanda.
Perundingan itu adalah upaya Belanda untuk melepaskan Frederick de Houtman yang ditangkap oleh Laksamana Malahayati. Perdamaian itu terwujud. Frederick de Houtman dilepaskan namun Belanda harus membayar ganti rugi kepada Kesultanan Aceh.
Laksamana Malahayati juga menjadi orang yang menerima James Lancaster, duta utusan Ratu Elizabeth I dari Inggris. Melalui surat yang diantar Lancaster, Ratu Elizabeth I meminta izin untuk berdagang di Serambi Mekah, sekaligus memohon perlindungan. (*)