Inilah 6 Srikandi Polwan Pertama Seluruhnya Berasal dari Sumatera Barat, Begini Awal Mulanya
SABANGMERAUKE NEWS - Kiprah perempuan di institusi kepolisian pada awalnya memang cukup terbatas. Kepolisian yang didominasi oleh kalangan laki-laki perlahan mulai menyadari pentingnya kehadiran sosok perempuan dalam pelaksanaan tugas penegakan hukum dan kamtibmas.
Namun kini, eksistensi polisi wanita (Polwan) kian terlihat. Sejumlah polwan kini menyandang pangkat bintang di pundaknya (jenderal). Posisi strategis di kepolisian mulai diisi oleh polwan.
Melansir dari museumpolri.org, perjalanan polisi wanita berawal dari terdapat kesulitan-kesulitan pada pemeriksaan korban, tersangka maupun saksi wanita terutama pemeriksaan fisik untuk menangani sebuah kasus.
Kesulitan ini menyebabkan polisi sering kali meminta bantuan para istri polisi dan pegawai sipil wanita untuk melaksanakan tugas pemeriksaan fisik.
Hal ini membuat organisasi wanita dan organisasi wanita Islam di Bukittinggi pun berinisiatif mengajukan usulan kepada pemerintah agar wanita diikutsertakan dalam pendidikan kepolisian untuk menangani masalah tersebut.
Cabang Djawatan Kepolisian Negara untuk Sumatera yang berkedudukan di Bukittinggi memberikan kesempatan mendidik wanita-wanita pilihan untuk menjadi polisi.
Oleh karena itu, polisi wanita secara resmi ditetapkan pada 1 September 1948 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Saat itu, telah dipilih enam wanita yang telah mengikuti pendidikan inspektur kepolisian bersama 44 laki-laki di Sekolah Polisi Negara (SPN).
Keenam wanita tersebut adalah:
1. Mariana Saanin
2. Nelly Pauna
3. Rosmalina Loekman
4. Dahniar Sukotjo
5. Djasmainar
6. Rosnalia Taher
Meski sempat terhenti pada 19 Desember 1948 karena meletusnya agresi militer Belanda ke II, keenam calon inspektur polisi wanita tersebut kembali melanjutkan pendidikannya.
Setelah adanya pengakuan kedaulatan terhadap Indonesia, pada 19 Juli 1950 ke enam calon inspektur polisi wanita kembali dilatih di SPN Sukabumi. Selama pendidikan ke enam calon inspektur polisi wanita mendapat pelajaran mengenai ilmu-ilmu kemasyarakatan, pendidikan dan ilmu jiwa, pedagogi, sosiologi, psikologi, dan latihan anggar, jiu jitsu, judo, serta latihan militer.
Pada 1 Mei 1951, keenam Polwan tersebut bertugas di Djawatan Kepolisian Negara dan Komisariat Polisi Jakarta Raya. Mereka diberikan tugas khusus untuk menangani kasus yang berhubungan dengan wanita, anak-anak, dan masalah-masalah sosial lainnya.
Keenam wanita yang terpilih setelah melalui proses seleksi tersebut semuanya berasal dari ranah Minang. Selain tercatat sebagai Polwan pertama di Indonesia, mereka juga tercatat sebagai wanita ABRI pertama di Tanah Air. Kini keenamnya telah pensiun dengan rata-rata berpangkat Kolonel Polisi (Kombes). (*)