Gua Ini Konon Tempat Penyimpanan Harta Karun Emas, Pemko Dumai Tak Rela Serahkan ke Bengkalis
SABANGMERAUKE NEWS, Dumai - Tapal batas antara Kota Dumai dengan Kabupaten Bengkalis segera akan dituntaskan tahun ini. Pasca-terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 52 tahun 2021, kedua pemerintah daerah telah duduk bersama untuk merampungkannya.
Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Setda Kota Dumai Yusrizal menyatakan, pihaknya siap untuk menyerahkan kepada Pemerintah Kabupaten Bengkalis seluruh aset yang berada di wilayah perbatasan sesuai dengan ketentuan yang ada.
Namun, ada satu aset yang tak rela dilepaskan ke Bengkalis karena dianggap memiliki nilai sejarah yang tinggi.
Yusrizal menyatakan, pihaknya akan tetap mempertahankan keberadaan situs sejarah Gua Bukit Seludung sebagai milik Pemko Dumai.
Sebenarnya, apa makna historis dari tempat tersebut?
Berdasarkan penelusuran informasi yang dilakukan SabangMerauke News, Gua Bukit Seludung berada di Desa Pelintung, Kecamatan Medang Kampai, 35 km dari pusat Kota Dumai.
Tempat ini awalnya telah ditetapkan sebagai salah satu destinasi wisata alam sejarah yang ada di Provinsi Riau di wilayah Kota Dumai. Letaknya persis di perbatasan Dumai dengan wilayah Bengkalis.
Berdasarkan penjelasan melayupedia.com, tempat ini juga disebut dengan Bukit Kerudung. Mungkin karena bentuknya seperti orang yang sedang memakai kerudung.
Versi Bajak Laut
Menurut legenda yang berkembang di masyarakat setempat, Gua Bukit Kerudung (Bukit Seludung) adalah tempat penyimpanan harta karun oleh para bajak laut dari Siam yang berasal dari China Saigon. Bajak laut tersebut, terkenal bengis dan kejam kepada warga sekitar.
Armada bajak laut Siam kerap melakukan aksi perampokan terhadap kapal-kapal yang ada di kawasan Selat Malaka. Mereka terkenal sangat kejam dan tidak segan-segan untuk menghabisi nyawa orang lain, hanya demi harta yang ingin mereka kuasai.
Jumlah mereka cukup banyak dan sangat mahir dalam menggencarkan aksinya. Pimpinan kelompok bajak laut ini juga konon dikenal sangat berani dan kebal terhadap senjata tajam
Perampok asal Siam itu datang ke kampung Pelintung untuk menyimpan harta-harta hasil rampokan mereka. Demi menyembunyikan hasil pembajakan yang konon sangat banyak itu, para bajak laut menimbun gua itu dengan batu-batuan dan tanah. Sehingga menyerupai bentuk bukit yang menjulang. Padahal, gua itu dulunya tidaklah menyerupai bukit.
Diceritakan, biasanya setelah semua barang hasil rampokan disimpan di gua tersebut, para bajak laut beristirahat. Namun, sebelumnya mereka lebih dulu menggelar perayaan-perayaan atau pesta kegembiraan, sembari meminum minuman yang memabukkan.
Alkisah, dalam sebuah perayaan kecil itu, terjadilah pertengkaran antara sesama bajak laut. Dalam kondisi mabuk, perkelahian dan perebutan harta hasil rampokan antar-sesama bajak laut pun tak dapat dielakkan lagi.
Pimpinan bajak laut Siam pun tak dapat mengendalikan keributan. Ia gagal melerai anak buahnya dan terpaksa harus ikut dalam perkelahian itu.
Para bajak laut Siam itu larut dalam perkelahian, membuat mereka tewas. Akhirnya semua bajak laut Siam itu mati dan meninggalkan hasil harta rampokan mereka di dalam gua.
Versi Saudagar Siam
Ada versi lain cerita tentang keberadaan Gua Bukit Seludung. Disebutkan, gua ini ditemukan pertama kali oleh tokoh legendaris daerah tersebut bernama Datuk Pawang Leon.
Berdasarkan cerita yang berkembang, gua Bukit Seludung merupakan tempat terdamparnya seorang saudagar kaya dari Siam.
Kedatangan saudagar tersebut menggunakan kapal melintasi Sungai Pelintung. Karena khawatir dengan aksi perampokan oleh lanun di Selat Malaka, saudagar dari Siam tersebut menyimpan harta miliknya di bawah tumpukan batu besar.
Konon kabarnya, saudagar kaya ini menyimpan hartanya berupa emas dan kursi emas.
Diceritakan, awalnya gua batu itu memiliki lubang untuk masuk ke dalam. Namun, kini kondisinya sudah tertutup rapat.
Pada awal ditemukan, gua batu Bukit Seludung ini telah tertutup oleh semak dan kayu-kayu besar. Bahkan, batu-batu besar yang tersusun telah tertutupi oleh tanah, sehingga sempat tidak terlihat lagi.
Pada sekitar tahun 1980an, warga mulai melakukan kegiatan perkebunan dan bercocok tanam. Mereka lantas membersihkan timbunan tanah yang menutupi batu gua Bukit Seludung, sehingga kini sudah bisa tampak jelas.
Harta Karun Masih Ada?
Banyak pihak yang berasumsi cerita gua batu Bukit Seludung ini benar adanya. Bahkan, sejumlah pihak pernah berencana akan menggali batu untuk menemukan harta karun yang tersimpan.
Namun, upaya untuk menggali batu Bukit Seludung ini kerap terhambat. Alasannya, tempat tersebut memiliki kekuatan gaib.
Pernah satu ketika seorang warga etnis Tionghoa dari Bengkalis menawarkan untuk menggali harta karun emas yang tersimpan. Namun, usaha itu tak pernah terwujud.
Keberadaan Gua Bukit Seludung ini memang cukup antik dan estetis. Selain menyimpan cerita yang seru dan memikat, posisinya juga cukup elok.
Jika berdiri dari puncak batu tersebut, sebenarnya bisa langsung melihat ke cerobong api kilang minyak Putri Tujuh Pertamina Dumai. Bahkan, jika didirikan menara setinggi 10 meter, bisa langsung terlihat memandang ke arah laut Pelintung.
Jadi, wajar saja Pemko Dumai tak rela melepas gua antik Bukit Seludung ke Pemkab Bengkalis. (*)