Inilah 10 Provinsi Juara Kasus HIV/ AIDS Terbesar di Indonesia, Riau Ranking Berapa?
SABANGMERAUKE NEWS - Heboh berita kasus HIV/ AIDS yang melanda ratusan mahasiswa di Bandung mengagetkan banyak pihak. Kondisi tersebut menjadi alarm soal kian merebaknya virus mematikan tersebut di kalangan masyarakat.
Bicara soal kasus HIV, jumlah sebenarnya belum dapat diketahui secara pasti. Apalagi, banyak masyarakat yang enggan memeriksa dirinya atau melakukan pengecekan HIV. Keengganan tersebut dipicu beragam faktor, salah satunya rasa malu mengidap penyakit tersebut.
Secara nasional, pertumbuhan pengidap virus HIV/ AIDS konsisten meningkat. Data Kementerian Kesehatan per Mei 2021 memperkiraan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) pada tahun 2020 ada sebanyak 543.100 orang.
Jumlah ODHA ditemukan sebanyak 427.201 orang dan sebanyak 365.289 ODHA di antaranya masih hidup. Sementara yang sudah meninggal dunia sebanyak 61.192 orang.
Jumlah ODHA yang pernah mengikuti pengobatan terapi antiretroviral (ART) ada sebanyak 269.289 orang dengan jumlah yang masih hidup sebanyak 219.898 orang. Sementara jumlah yang mengikuti RAT yang sudah meninggal dunia sebanyak 49.391 orang.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2022 ada ratusan ribu kasus HIV yang tercatat sampai periode Juni 2022. Dari data tersebut, daerah Jawa Barat menempati posisi ketiga kasus HIV terbanyak dan DKI menjadi wilayah yang mencatat kasus tertinggi.
Berikut data kasus HIV di Indonesia per Juni 2022:
1. DKI Jakarta: 90.958 kasus
2. Jawa Timur: 78.238 kasus
3. Jawa Barat: 57.426 kasus
4. Jawa Tengah: 47.417 kasus
5. Papua: 45.638 kasus
6. Bali: 28.376 kasus
7. Sumatera Utara: 27.850 kasus
8. Banten: 15.167 kasus
9. Sulawesi Selatan: 14.810 kasus
10. Kepulauan Riau: 12.943 kasus
Lantas, berada pada ranking berapa Provinsi Riau?
Pada Juli 2021, diperkirakan ada sebanyak 7.709 orang warga Riau yang menderita HIV/ AIDS. Dari jumlah tersebut, sebanyak 3.622 orang tercatat dalam kondisi stadium AIDS.
Namun, temuan kasus HIV/AIDS di Riau itu baru pada angka 66,4 persen dari 11.596 target yang ditetapkan nasional. Sebanyak 2.930 orang yang kena HIV/ AIDS sudah mengonsumi obat. Artinya masih banyak pasien yang positif HIV/ AIDS yang belum sepenuhnya memiliki kesadaran meminum obat HIV.
Penyebab dan Gejala
Selain karena hubungan heteroseksual dan homoseksual, penggunaan jarum Napza suntik masih menjadi penyebab terbesar penularan HIV di Indonesia. Hubungan heteroseksual menjadi penyebab 28,1 persen dari total kasus HIV di Indonesia disusul hubungan homoseksual sebanyak 18,7 persen.
Kasus HIV di Indonesia bak gunung es. Seringkali pengidap tidak mengetahui dirinya tertular sampai muncul gejala yang fatal.
Gejala awal HIV bisa terasa seperti kasus flu atau COVID-19 yang parah. Namun biasanya terjadi beberapa minggu setelah infeksi.
Pada banyak orang, tanda dan gejala awal HIV ditandai dengan demam, sakit kepala, kelelahan dan pembengkakan kelenjar getah bening. Selain itu juga terjadi ruam, nyeri sendi atau otot dan sakit tenggorokan.
Fase awal HIV akut ini adalah respons alami tubuh terhadap infeksi HIV. Gejala biasanya hilang dalam satu sampai empat minggu, oleh karena itu sering disalahartikan sebagai kasus flu.
Infeksi virus ini memang tak akan langsung merusak organ tubuh. Sebab, virus tersebut perlahan berkembang biak dan menyerang sistem kekebalan tubuh, hingga melemahkannya secara bertahap.
Fase ini bisa disebut sebagai gejala latensi klinis. Seseorang yang terinfeksi HIV pada tahap ini mungkin merasa sehat dan terlihat baik-baik saja.
Apabila tidak ditangani dengan sejumlah perawatan yang tepat, HIV bisa berkembang menjadi kondisi kronis yang berpotensi mengancam nyawa, yaitu Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). AIDS sendiri merupakan perkembangan dari infeksi HIV stadium 3.
Adapun pengidapnya akan merasakan gejala AIDS yakni mual, muntah, diare persisten, kelelahan kronis serta penurunan berat badan yang cepat.
Selain itu juga muncul batuk, sesak napasz demam berulang, menggigil, dan berkeringat di malam hari serta ruam.
Muncul juga luka, atau lesi di mulut atau hidung, pada alat kelamin, atau di bawah kulit. Terjadi
pembengkakan kelenjar getah bening yang berkepanjangan di ketiak, selangkangan, atau leher. Termasuk kehilangan memori, kebingungan, atau gangguan neurologis. (*)