Angkasa Pura I Berdarah-darah Tanggung Utang Rp 35 Triliun karena Ambisi Bangun Bandara
SM News, Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyebut beban utang perusahaan pelat merah terus meningkat. Kali ini terjadi di operator bandara PT Angkasa Pura I (Persero).
Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, perusahaan ini tengah menanggung beban utang sebesar Rp 35 triliun. Jika tidak segera ditanggulangi maka ada potensi utang itu terus bertambah hingga Rp 38 triliun.
"Memang AP I sekarang tekanannya berat sekali, kondisi keuangan mereka ini sekarang utangnya mencapai Rp 35 triliun. Dan kalau kita rate, loss-nya bulanan mereka Rp 200 miliar itu mereka setelah pandemi utangnya bisa Rp 38 triliun," kata Tiko, sapaan akrabnya, dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Jumat (3/12) lalu.
Berikut beberapa fakta selengkapnya.
1. Bandara Baru jadi Beban Perusahaan
Tiko mengatakan, bandara baru khususnya Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) yang baru diresmikan pada 28 Agustus 2020 oleh Presiden Joko Widodo menjadi beban perusahaan. Pasalnya, bandara tersebut belum memberikan pemasukan yang optimal bagi perusahaan.
"Ini kami sedang terus lakukan rasionalisasi-rasionalisasi supaya bisa efisiensi dan memang beban mereka berat sekali karena bandara baru. Ini sebagai komparasi Bandara Kualanamu ini profitable dan udah cukup berumur dan seperti Yogyakarta ini beban berat sekali karena Yogyakarta (pembangunannya) Rp 12 triliun dan begitu dibuka langsung COVID-19," katanya.
2. Bandara Kulon Progo Rugi
PTS General Manager YIA, Agus Pandu Purnama mengatakan, Bandara YIA di Kulon Progo telah merugi selama pandemi COVID-19. Pengelola bandara bahkan melakukan pengurangan pegawai untuk menekan kerugian.
"Kemampuan untuk menjalankan operasional YIA terhambat pandemi COVID-19 sehingga mengalami kerugian yang cukup besar. Bisa dibayangkan dari target 10 juta penumpang per tahun, pada 2021 kami hanya bisa dapat 980.000 saja atau sekitar 10% dari target," katanya.
3. Deretan Proyek yang Sedot Keuangan AP I
Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi mengakui kondisi keuangan dan operasional perusahaan selama pandemi COVID-19 mengalami tekanan yang cukup besar. Ditambah, pihaknya melakukan pengembangan dan pembangunan bandara baru yang tidak diiringi dengan peningkatan jumlah penumpang.
Beberapa proyek pengembangan yang dilakukan Angkasa Pura I yaitu Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo (YIA) yang menghabiskan biaya pembangunan hampir Rp 12 triliun, Terminal Baru Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin yang menghabiskan biaya pembangunan sebesar Rp 2,3 triliun, dan Terminal Baru Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang yang menghabiskan biaya Rp 2,03 triliun.
Kemudian ada juga Bandara Sultan Hasanuddin Makassar sebesar Rp 2,6 triliun, dan beberapa pengembangan bandara lainnya seperti Bandara Sam Ratulangi Manado, Bandara Lombok Praya, Terminal 1 Bandara Juanda Surabaya, Bandara Pattimura Ambon dan Bandara El Tari Kupang.
Semua biaya perbaikan dan pengembangan bandara tersebut dibiayai melalui skema penggunaan dana internal dan berbagai sumber lain seperti kredit sindikasi perbankan serta obligasi. Menurutnya, hal ini dimaksudkan untuk menjaga konektivitas udara tanah air tetap terbuka serta mempercantik gerbang udara daerah lebih menarik.
4. Restrukturisasi
Tidak tinggal diam, Angkasa Pura I menyiapkan beberapa langkah agar perusahaan dapat menunaikan kewajibannya kepada kreditur, mitra dan vendor. Pihaknya menargetkan mendapatkan dana tambahan dari restrukturisasi sebesar Rp 3,8 triliun, dari efisiensi sebesar Rp 704 miliar dan perolehan fundraising (penggalangan dana) sebesar Rp 3,5 triliun.
Faik optimis, upaya-upaya tersebut dapat tercapai pada Januari 2022 mendatang. Pihaknya juga akan melakukan upaya asset recycling, intensifikasi penagihan piutang, pengajuan restitusi pajak, efisiensi operasional seperti layanan bandara berbasis trafik, simplifikasi organisasi, penundaan program investasi serta mendorong anak usaha untuk mencari sumber-sumber pendapatan baru (transformasi bisnis).
"Kami optimis dengan program restrukturisasi ini dapat memperkuat profil keuangan perusahaan ke depan. Terutama kemampuan kami untuk memastikan penambahan pendapatan cash in, efisiensi biaya dan upaya fundraising," pungkasnya. (*)