Hilangnya Jejak Peninggalan Kekejaman Jepang di Riau Usai Dikalahkan Sekutu, Ini Fakta Kota Pekanbaru Tempo Dulu
SABANGMERAUKE NEWS, Pekanbaru - Sulit sekali saat ini menemukan jejak-jejak dan peninggalan lawas era pra kemerdekaan Republik Indonesia di Pekanbaru. Hampir seluruh bangunan peninggalan warisan penjajah Jepang sudah hilang dan berubah total.
Perkembangan kemajuan Kota Pekanbaru mengabaikan kisah historis dan romantis kemerdekaan 77 tahun silam, usai proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, pasca Jepang menyerah kepada Sekutu.
"Amat disayangkan sekali. Kita tidak tahu persis, mengapa saat itu pemerintah kita tidak menyelamatkan aset yang sudah ada dibangun Jepang," kata sejarahwan Riau, Profesor Soewardi MS dikutip Detik.com.
Sebenarnya, Riau merupakan salah satu daerah di Indonesia yang dijajah Jepang. Bukti kekejaman lewat kerja paksa ala Jepang 'romusha' kini bisa dibilang sudah sirna.
Padahal, saat kolonial Jepang berkuasa di Riau, telah terbangun rel kereta api sampai ke Sumatera Barat (Sumbar) sepanjang 220 kilometer. Sayang, bukti-bukti sejarah itu hilang dan tidak dipedulikan pemerintah.
Jejak Kereta Api
Soewardi menceritakan, kawasan Jalan Jenderal Sudirman saat ini, tepatnya di Hotel Furaya yang berjarak 300 meter dari tepi sungai Siak, dulunya adalah stasiun kereta api pengangkut batubara dari Sumbar. Rel ini membenteng ke kawasan Tanjung Rhu, hingga berputar ke Jalan Lokomotif saat ini.
Dari sana, rel itu memanjang di kawasan Jalan Sudirman saat ini, di sekitaran Kantor PDAM hingga ke Hotel Grand Central. Rel ini melanjutkan ke Jalan Kereta Api saat ini, hingga menuju ke Kabupaten Kampar.
"Itulah jalur kereta api dulunya yang dibangun Jepang dari tahun 1942 hingga 1943. Dalam setahun mereka bisa membuat rel sepanjang 220 kilometer. Dengan mengorbankan ribuan nyawa bangsa kita dan sebagian lagi orang Eropa," kata Soewardi.
Andai saja jalur kereta api ini dijaga dengan baik, kata Suwardi, pemerintah sekarang mestinya tidak sibuk untuk membangun rel baru menghubungkan ke Sumbar. Cukup menapak tilas kembali jalur rel yang dulunya sudah ada.
Malah di Kabupaten Kampar, rel masih tersisa dan ada lokomotif serta gadengannya teronggok menjadi besi tua di tengah perkebunan karet masyarakat.
"Kita tidak tahu persis, mengapa saat itu pemerintah kita tidak menyelamatkan aset yang sudah ada dibangun Jepang. Besi-besi rel habis dijual masyarakat," kata Suwardi.
Semua bukti-bukti sejarah penjajahan Jepang di Riau hanya tinggal menyisahkan sekitar 3 kepala lokomotif. Sisa itu bisa dilihat di Tugu Makam Pahlawan Kerja di Jalan Kaharudin Nasution, Simpang Tiga Pekanbaru. Satu lokomotif ada di Tanjung Rhu, di belakang rumah warga. Sisa satunya lagi terdapat di semak belukar di Kabupaten Kampar.
"Bukti-bukti sejarah itu hilang begitu saja, padahal darah, nyawa dan derita dipertaruhkan rakyat kita membangun jalur itu," kata Suwardi.
Pusat Kota Pekanbaru Tempo Dulu
Banyak yang mengira bahwa Jalan Jenderal Sudirman dari Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II hingga ke kawasan pusat kota adalah jalan poros pertama. Ternyata, Jalan Sudirman baru dibangun sekitar 30 tahunan sejak kemerdekaan 17 Agustus 1945 diproklamasikan Bung Karno-Hatta. Jalan itu dibangun sekitaran tahun 1970.
Pada zaman penjajahan Jepang tahun 1942 hingga 1945, jalan protokol utama Kota Pekanbaru adalah Jalan Ahamd Yani saat ini. Jalan ini membentang dari Jalan Cut Nyak Dien (sekitar kantor Gubernur Riau dengan Jalan Sudirman) memanjang hingga mentok ke Sungai Siak di kawasan Pasar Bawah.
"Kantor RRI yang ada di Jalan Ahmad Yani itu, persis di belakangnya dulu adalah Kantor Gubernur Jenderal Jepang saat masih berkuasa," kata Soewardi.
Lokasi kantor Gubernur Jenderal Jepang itu, persis di pertigaan Jalan Ahmad Yani dengan Jalan Juanda.
"Di situlah perkantoran Jepang sangat megah. Di depan kantor, dulu ada tugu menyerupai Monas. Tugu itu tinggi melebihi ukuran perkantoran dan rumah yang ada di sekitarnya," jelas Soewardi.
Tugu itu dulunya bertuliskan huruf atau aksara Jepang. Saat itu banyak yang tidak tahu apa arti dalam tulisan itu. Begitu Indonesia menyatakan kemerdekaan tahun 1945 dan Jepang takluk pada Sekutu, masyarakat Riau ramai-ramai menguasai kantor Gubernur Jenderal Jepang itu.
"Tugu yang dulunya bertuliskan aksara Jepang, lantas pemuda-pemuda kita mengubah tulisannya menjadi isi proklamasi kemerdekaan. Dulu itu menjadi kebanggaan kita," kata Soewardi.
Tapi sayangnya, tugu itu dihancurkan. Sebenarnya ada monumen lagi di sekitar kantor Gubernur Jenderal Jepang itu. Namun kini tak bersisa sedikit pun. Bangunan kantor dan tugu itu diratakan yang kini menjadi bangunan gedung RRI. (*)