Catatan Seorang Murid tentang Tabrani Rab: Pejuang Kemanusiaan untuk Kesejahteraan Umat Manusia
SABANGMERAUKE NEWS, Pekanbaru - Sebelum tidur, saya membuka salah satu grup WhatsAap (WAG). Saya baca ucapan belasungkawa. Saya tidak percaya, karena sebelumnya pernah beredar ucapan belasungkawa yang ternyata hoaks. Saya berharap informasi itu tidak benar, secara refleks saya mendoakan bang Tabrani Rab tetap sehat. Ketika bangun di kala subuh, saya langsung membuka handphone dan membaca beberapa WAG.
Kemudian, saya membaca berita dan ternyata benar berita tadi malam, Bang Tabrani Rab telah berpulang. Innalillahi wainnalillahi rojiun. Al Fatihah. Saya merasakan kesedihan yang mendalam hingga meneteskan air mata. Bang Tabrani orang yang sangat berpengaruh pada sikap kritis saya.
Saya merunut perjalanan hubungan saya dengan Bang Thab, begitu kami biasa memanggilnya. Saya sendiri sebenarnya sudah lupa kapan pertama kali berjumpa dengan Bang Thab. Yang teringat, banyak sekali kebaikan yang diberikannya kepada kami sebagai mahasiswa yang aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Terutama, bantuan pengobatan gratis bagi kami-kami yang jauh dari orangtua, bantuan tempat training dan pelatihan, mengenalkan kami dengan suku sakai di Sialang Rimbun, dan yang paling menonjol adalah sikap kritisnya yang menjadi sumber inspirasi dan dorongan bagi kami untuk bersikap serupa.
Bagi saya sendiri, pelajaran yang sangat penting yang saya dapat sikap egaliter (setara) dihadapan semua manusia. Tidak peduli jabatannya apa. Saya yang berasal dari kampung udik di hulu sungai selalu dilibatkan dalam berbagai pertemuan.
Dimana didalam pertemuan tersebut, hadir orang-orang berpangkat, orang kaya dan orang hebat lainnya. Saya yang pada awalnya mau masuk ruangan saja takut, namun atas jasa beliau yang membimbing, saya jadi tidak takut lagi. Saat mahasiswa, sudah tidak ragu duduk disamping gubernur sekali pun. Bang Thab tidak segan-segan meminta pendapat kepada kami, termasuk saya.
Kedekatan saya dengan Bang Thab, pertama kali ketika saya diterima sebagai anggota HMI Cabang Pekanbaru. Setiap training-training HMI, selalu melibatkan beliau sebagai pembicara, penyandang dana dan penyedia tempat acara. Kedekatan kedua melalui Subarkah mahasiswa Sosiologi Fisipol Unri.
Saya kuliah di Ilmu Pemerintahan Fisipol Unri. Subarkah ini sebagai wartawan di koran Kampus Bahana Mahasiswa. Subarkah inilah yang selalu mengajak saya ke rumah Bang Thab yang kebetulan tidak jauh dari kampus.
Subarkah mengundang Bang Thab untuk diskusi. Pada tahun 1992, menjelang pemilihan umum (pemilu), pada masa tenang, saya dan kawan-kawan mahasiswa melakukan kampanye golongan putih (golput) dengan mengajak masyarakat untuk tidak memilih. Saat itu Bang Thab diundang Subarkah untuk pidato di kampus. Beliau ikut berpidato di halaman kampus. Ini momen yang paling mendekatkan saya dengan bang Thab.
Bang Thab selalu mengundang saya setiap ia perlu teman, karena ia kedatangan tamu dari berbagai pihak termasuk dari luar negeri. Saya pernah merasa sangat terhormat ketika Bang Thab meminta saya menjadi pembicara dihari ulang tahunnya di Arya Duta. Acara ini dihadiri oleh banyak pejabat dan atase Singapura dan Malaysia.
Begitu juga, dalam salah satu rubriknya, dia dengan sangat jelas menuliskan, jika Riau Merdeka terealisasi, bang Thab akan mengangkat saya sebagai menteri pertahanan dan keamanan.
Saya tidak mengerti alasannya, karena ia tidak pernah berbicara secara khusus tentang Riau Merdeka kepada saya. Saya mendengar gerakan Riau Merdeka yang beliau perjuangkan hanya melalui forum-forum dan tulisan saja. Mungkin dia membaca skripsi saya yang sudah diterbitkan di jurnal Ilmu Politik AIPI. Saat itu saya menulis tentang Konsolidasi Tentara di Riau periode 1958-1962.
Saya merasa sangat kehilangan atas kepergian beliau, meskipun bukunya sudah banyak, namun belum ada tokoh-tokoh pergerakan yang ada di Riau meneruskan perjuangan untuk kemanusiaan yang tidak henti-hentinya beliau gelorakan. Bahkan pada pertemuan terakhir saya dengan beliau di rumahnya di Jalan Pelajar (KH Ahmad Dahlan) beliau masih mengingatkan saya.
“Ayo Rawa, jangan pernah ragu bersikap kritis untuk kemanusian dan kemakmuran dimana pun kamu berada," kata Nang Thab kepada saya. Insya Allah saya akan istiqomah dalam bertindak kritis. Sayang saya belum bisa berbuat lebih banyak karena secara ekonomi masih terbatas.
Al Fatihah Bang, istirahat yang tenang di Surga, Insya Allah akan banyak pemuda dan pemudi Riau terilhami atas perjuangan yang telah Bang Tabrani lakukan.
Penulis: M.Rawa El Amady