Ngeri! Banyak Utang dan Proyek Mangkrak, BUMN Krakatau Steel Terancam Bangkrut Bulan Ini
SM News, Jakarta - Menteri BUMN Erick Thohir menyebut PT Krakatau Steel (Persero) Tbk memiliki kemungkinan default atau bangkrut bulan ini. Hal itu disampaikan dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI pada Kamis (2/12/2021).
Saat ini, Krakatau Steel masih dalam proses restrukturisasi untuk membenahi utangnya, terutama dari proyek-proyek yang mangkrak. Salah satu proyek baja tersebut adalah Blast Furnace yang dimulai sejak 2008 tapi tidak berjalan sampai saat ini.
"Ada tiga langkah, dan problemnya langkah ketiga ini macet. Kalau ketiga sudah gagal, kedua gagal, yang pertama gagal, Desember ini bisa default," ujar Erick dalam Rapat Kerja Komisi IV DPR RI, Kamis (2/12/2021).
Dia mengatakan, dari tiga langkah tersebut salah satunya adalah renegosiasi dengan Pohang Iron & Steel Company (Posco) dari Korea Selatan, mitra Krakatau Steel yang membentuk PT Krakatau Posco pada 2014.
Krakatau Steel berencana menambah kepemilikan saham di Krakatau Posco dari saat ini 30 persen menjadi 50 persen atau sama besarnya dengan Posco. Namun, hingga saat ini, pihak Posco belum memberikan jawaban.
"Selama ini Krakatau Steel partner-an sama Posco. Mereka mayoritas kita minoritas, kita coba jadi 50-50. Belum ada jawaban dari Posco, namanya juga usaha. Sekarang masih tahap negosiasi, belum terjadi," lanjut dia.
Erick Minta Lembaga Pengelola Investasi Masuk
Untuk membendung kemungkinan bangkrut tersebut, Erick mengungkapkan salah satu langkahnya adalah mengundang Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA) berinvestasi di Krakatau Steel.
Namun, dia belum menyebutkan berapa kucuran dana yang akan disuntikkan LPI jika jadi masuk ke proyek ini.
"Sebenarnya kita mengundang, ini bukan jeruk makan jeruk, INA untuk berinvestasi. INA sebenarnya kita juga. Jadi barangnya ini enggak lari, jadi INA yang masuk," imbuhnya.
China Sempat Mau Masuk ke Proyek Blast Furnace
Dalam kesempatan yang sama, Erick pun menyinggung mangkraknya proyek Blast Furnace menjadi salah satu beban yang membuat kondisi Krakatau Steel hampir bangkrut saat ini.
Dia mengungkapkan, proyek mangkrak dengan investasi sebesar USD 850 juta sejak 2008 tersebut sebetulnya mendapat titik terang karena ada perusahaan China yang ingin mengambil alih.
Namun, lanjut dia, rencana tersebut gagal karena imbas harga baja yang meningkat. Perusahaan China tersebut enggan mengeluarkan biaya dua kali lipat untuk membangun pabrik, sehingga harus mundur.
"Dibetulin total tapi mereka tambah duit, dengan hitung-hitungan yang baik, tapi enggak jadi karena harga bajanya sekarang naik. Untuk bangun pabriknya mereka butuh dua kali lipat jadi mereka mundur," ungkap Erick. (*)