Penghapusan Pajak Ekspor Gak Ngefek, Harga Sawit Rakyat Masih Murah: Akal-akalan Pengusaha!
SABANGMERAUKE NEWS - Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit (Apkasindo) Gulat Manurung mengatakan harga tender crude palm oil atau CPO di PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) naik menjadi Rp 10.103 per kilogram. Namun, kenaikan itu dianggap masih belum signifikan dan tak membuat harga tandan buah segar atau TBS sawit terdongkrak.
"Beban sudah dikurangi, tapi harga CPO tender KPBN masih segitu-segitu juga," ucapnya, Senin, 1 Agustus 2022.
Gulat mengatakan saat ini perusahaan seharusnya menikmati kenaikan harga CPO lantaran berhentinya kebijakan flush out (FO) per 31 Juli dan penghapusan pungutan ekspor. Sebelum pemerintah menghapus sementara pungutan ekspor sawit, harga CPO tender di KPBN tercatat Rp 9.000 per kilogram.
Menurut perhitungan Gulat, setelah pungutan ekspor dihapus dan beban FO sebesar US$ 200 tak lagi berlaku, harga CPO semestinya naik Rp 6 ribu per kilogram atau menjadi Rp 15 ribu per kilogram. Dengan demikian, harga TBS petani bisa terangkat menjadi Rp 3.000 per kilogram.
Gulat mengimbuhkan, saat ini tidak ada lagi alasan pabrik membeli TBS sawit di tingkat petani dengan harga murah. Ia mencontohkan acuan harga CPO Roterdam yang besarannya pada Senin, 1 Agustus 2022, US$ 1.100 per ton. Dari perhitungan itu, seharusnya harga TBS petani naik menjadi sekitar Rp 2.500 per kilogram.
"Entah apa lagi alasan PKS (pabrik kelapa sawit) dan eksportir tetap membeli murah TBS kami," ujar Gulat.
Gulat pun berharap KPBN mematok harga CPO dengan mengacu pada standar Kementerian Perdagangan. Dia tak ingin perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) itu mematok harga sendiri yang berimbas pada jatuhnya harga TBS sawit. "KPBN jangan sok sendiri membuat harga," kata dia.
Sebelumnya, petani mencatat harga TBS sawit tak terlampau mengalami perbaikan, khususnya di tingkat petani swadaya. Kenaikan itu masih di bawah Rp 100 per kilogram.
Gulat menduga ada akal-akalan pengusaha atau pabrik kelapa sawit yang mengatur agar harga TBS sawit tetap rendah. Untuk mengantisipasinya, Apkasindo berinisiatif untuk memonitor sejumlah pabrik kelapa sawit yang tersebar di 146 kabupaten/kota dari 22 provinsi perwakilan asosiasi.
"Kita mau lihat antara fakta dengan alasan-alasan yang selalu ditebar oleh PKS dan eksportir," tuturnya. Berdasarkan hasil monitor itu, Apkasindo menemukan pabrik tetap menjual CPO ke refinary dengan harga murah sesuai dengan tender KPBN.
Lantaran CPO dari pabrik dibeli dengan murah, pengusaha pun melampiaskannya ke harga TBS sawit petani dengan alasan ekspor belum lancar lantaran kewajiban pemenuhan dalam negeri atau DMO. "Tentu ini menjadi keheranan buat kami dan kami petani seperti terkena bola terus," ucapnya. (*)