70 Negara Diserang Cacar Monyet, Bagaimana Indonesia?
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, belasan ribu kasus infeksi cacar monyet yang telah ditemukan di lebih dari 70 negara di dunia.
WHO menetapkan penyakit cacar monyet (monkeypox) sebagai darurat kesehatan global pada Sabtu (23/7/2022).
Menurut data dari WHO, kasus cacar monyet ini semakin bertambah sejak 1 Januari 2022 dan jumlah kasusnya terus meningkat sampai hari ini.
Dilansir dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serita, penyakit cacar monyet ini sebenarnya tidak banyak ditemukan di beberapa negara, termasuk Amerika.
Kasus pertama yang ditemukan di Amerika pada tanggal 7 Mei 2022 yang dibawa oleh seseorang setelah bepergian dari Nigeria, mengubah kondisi transmisi dan epidemiologi wabah ini.
Saat ini dilaporkan bahwa kasus cacar monyet ini semakin berkembang dan ada lebih dari 3.413 laboratorium di 70 negara di dunia yang melaporkan kemunculan penyakit ini.
Melihat kondisi darurat kesehatan global cacar monyet saat ini, apakah mungkin kasus infeksi monkeypox sudah ada di Indonesia?
Hal ini ditetapkan oleh WHO menyusul belasan ribu kasus infeksi cacar monyet yang telah ditemukan di lebih dari 70 negara di dunia.
Menurut data dari WHO, kasus cacar monyet ini semakin bertambah sejak 1 Januari 2022 dan jumlah kasusnya terus meningkat sampai hari ini.
Dilansir dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serita, penyakit cacar monyet ini sebenarnya tidak banyak ditemukan di beberapa negara, termasuk Amerika.
Kasus pertama yang ditemukan di Amerika pada tanggal 7 Mei 2022 yang dibawa oleh seseorang setelah bepergian dari Nigeria, mengubah kondisi transmisi dan epidemiologi wabah ini.
Saat ini dilaporkan bahwa kasus cacar monyet ini semakin berkembang dan ada lebih dari 3.413 laboratorium di 70 negara di dunia yang melaporkan kemunculan penyakit ini.
Melihat kondisi darurat kesehatan global cacar monyet saat ini, apakah mungkin kasus infeksi monkeypox sudah ada di Indonesia?
Cacar monyet atau monkeypox adalah salah satu penyakit langka yang disebabkan oleh virus.
Cacar monyet disebabkan oleh virus dari genus orthopoxvirus yang juga merupakan virus yang menyebabkan cacar (smallpox).
Kasus cacar monyet pertama kali ditemukan pada tahun 1970 di Republik Demokrasi Kongo. Kasus cacar monyet sekarang ini semakin bertambah luas di beberapa negara di dunia.
Epidemiolog dari Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan, sebenarnya mungkin saja kasus dugaan infeksi cacar monyet atau monkeypox ini sudah ada di Indonesia.
“Ya sangat mungkin, karena begini sebetulnya sebagian besar penderita ini sangat mungkin ditemukan, sudah ada maksudnya, sudah ada kasusnya,” kata Dicky kepada Kompas.com, Senin (25/7/2022).
Hal ini diyakini oleh Dicky, karena sebagian besar kasus infeksi cacar monyet sendiri banyak yang terkonfirmasi dengan gejala yang ringan.
“Bahkan, sebagian besar sembuh sendiri,” ujarnya.
Dengan kondisi itu, artinya barangkali ada saja yang sebenarnya terinfeksi cacar monyet dan punya gejala, tetapi merasa baik-baik saja karena gejalanya ringan dan ada pula yang sembuh sendiri.
Hal itu yang kemungkinan membuat orang tidak memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan setempat, ataupun diagnosisnya justru malah penyakit yang lain, karena di Indonesia kasus penyakit ini belum begitu umum.
Selain itu, surveilans pelaku perjalanan dari luar negeri terkait kasus cacar monyet ini pun baru diterapkan.
Sementara itu, kelompok-kelompok rentan seperti lelaki penyuka sesama jenis, pekerja seks komersial, dan pelaku pergaulan bebas juga ada di Tanah Air.
Adapun kasus ini sendiri sudah ada sejak lama dan semakin meningkat pada tahun 2022.
Masa inkubasi infeksi virus penyebab cacar monyet tidak cepat, yang artinya saat surveilans, skrining, dan tracing kontak dilakukan hanya di wilayah pintu masuk seperti bandara dan pelabuhan, bisa jadi saat itu orang tersebut belum memiliki gejala atau respons tubuh apa pun.
“Nah, artinya potensinya kan jelas ada,” kata dia.
Dengan kondisi itu, artinya barangkali ada saja yang sebenarnya terinfeksi cacar monyet dan punya gejala, tetapi merasa baik-baik saja karena gejalanya ringan dan ada pula yang sembuh sendiri.
Hal itu yang kemungkinan membuat orang tidak memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan setempat, ataupun diagnosisnya justru malah penyakit yang lain, karena di Indonesia kasus penyakit ini belum begitu umum.
Selain itu, surveilans pelaku perjalanan dari luar negeri terkait kasus cacar monyet ini pun baru diterapkan.
Sementara itu, kelompok-kelompok rentan seperti lelaki penyuka sesama jenis, pekerja seks komersial, dan pelaku pergaulan bebas juga ada di Tanah Air.
Adapun kasus ini sendiri sudah ada sejak lama dan semakin meningkat pada tahun 2022.
Masa inkubasi infeksi virus penyebab cacar monyet tidak cepat, yang artinya saat surveilans, skrining, dan tracing kontak dilakukan hanya di wilayah pintu masuk seperti bandara dan pelabuhan, bisa jadi saat itu orang tersebut belum memiliki gejala atau respons tubuh apa pun.
“Nah, artinya potensinya kan jelas ada,” kata dia.
“Bahwa ada kemungkinan ini sudah ada di masyarakat tidak terdeteksi, karena ketika perjalanan dari luar negeri bisa saja 2 sampai 3 minggu belum menunjukkan gejala,” tambahnya.
Dicky juga mengingatkan kepada masyarakat, terutama kelompok rentan, untuk mulai mewaspadai beberapa gejala yang bisa terjadi akibat infeksi cacar monyet.
“Mungkin masyarakat kita tahunya itu penyakit kulit dan kelamin saja,” tuturnya.
Dilansir dari Healthline, gejala cacar monyet bisa diketahui setelah 5 hingga 21 hari setelah terserang virus monkeypox. Adapun gejala awal cacar monyet yakni sebagai berikut.
- Pusing
- Demam
- Nyeri otot
- Kelelahan
- Badan terasa panas dingin
- Terjadi pembengkakan kelenjar getah bening atau limfadenopati
Setelah demam, biasanya ruam akan muncul setelah 1 hingga 3 hari. Gejala cacar monyet biasanya akan berlangsung selama 2 hingga 3 minggu dan akan hilang tanpa perawatan khusus.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI sampai saat ini belum melaporkan adanya kasus infeksi cacar monyet di Indonesia.
Akan tetapi, Kemenkes sudah melakukan surveilans terhadap kelompok-kelompok rentan terinfeksi cacar monyet, terutama kaum lelaki penyuka sesama jenis (gay). (R-03)