Tak Kunjung Lakukan EOR Genjot Produksi Minyak, Apa Masalahnya di Blok Rokan?
SABANGMERAUKE NEWS - Enhanced oil recovery (EOR) belum kunjung diterapkan di Lapangan Minas Blok Rokan. Padahal, pemerintah optimistis dapat mencapai target produksi minyak 1 juta barel per hari (BPH) pada tahun 2030. Satu caranya yakni melalui EOR dengan menggunakan bahan kimia (Chemcial EOR).
Namun demikian, implementasi teknologi EOR sendiri membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman, mengatakan penerapan EOR di Blok Rokan paling tidak dapat berjalan pada tahun 2025 mendatang.
"Kalau kita melihat dulu usulan jaman Pertamina mengusulkan mengambil Blok Rokan itu, 2025 harusnya sudah mulai produksi malah tinggi produksinya saya tidak tahu sekarang mesti dikaji lagi harapan kita 2025 harus sudah on stream," ujarnya, Senin (18/7/2022).
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi mengungkapkan bahwa pihaknya saat ini masih mengevaluasi rencana pengembangan untuk penerapan enhanced oil recovery (EOR) di lapangan.
Pasalnya, persetujuan rencana pengembangan untuk penerapan EOR di Lapangan Minas Blok Rokan masih terganjal dengan harga keekonomian untuk chemical. Adapun EOR sendiri diharapkan dapat menggenjot peningkatan produksi di Blok Rokan.
Ia mengatakan saat ini pihaknya tengah mengevaluasi beberapa alternatif kimia lain untuk formula EOR di Blok Rokan mengingat harganya kurang ekonomis. "Jadi ada beberapa pattern yang akan dibuat di lapangan yang akan membuktikan memang chemical EOR yang dipilih itu tepat," ujar Fatar.
Dirinya yakin masalah keekonomian chemical dapat segera dituntaskan dan ditemukan titik keekonomiannya. Apalagi sebagian juga bahan bakunya akan diproduksikan di dalam negeri. Misalnya seperti jenis sufraktan dan polimer.
SKK Migas sebelumnya membeberkan sejumlah alasan rontoknya produksi minyak dari Wilayah Kerja (WK) Rokan pada awal tahun 2022. Rontoknya produksi Blok Rokan itu berimbas juga pada capaian produksi minyak nasional pada awal tahun 2022.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan bahwa masalah sepele yang sempat terjadi di Blok Rokan sempat membuat produksi blok minyak terbesar ini turun. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan yang tak direncanakan (unplanned shutdown) di blok minyak yang saat ini dikelola oleh Pertamina.
"Yang lucu sekarang peralatan elektronik di Rokan sesuatu yang sangat sepele, terbakarnya penangkal petir itu membuat produksi rontok," kata Dwi dalam acara Drilling Summit Tahun 2022, Rabu (22/3/2022).
SKK Migas memproyeksikan produksi lifting minyak siap jual nasional pada tahun ini tak akan mencapai target. Adapun lifting minyak hingga Desember 2022 hanya mencapai 633 ribu barel per hari (bph).
Angka tersebut setidaknya masih di bawah target yang ditetapkan dalam APBN tahun 2022. Adapun produksi lifting dalam APBN ditetapkan sebesar 703 ribu bph dan gas sebesar 5.800 MMSCFD. Adapun, lifting migas tahun ini ditetapkan sebesar 1.739 juta BOEPD. (R-04)