Saham Perusahaan Suami Puan Maharani Naik di Luar Kebiasaan, Bursa Efek Nyalakan Radar Pengawasan
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) 'mengendus' peningkatan harga saham di luar kebiasaan (Unusual Market Activity/UMA) di emiten milik suami dari Ketua DPR-RI Puan Maharani.
Mereka lantas menyalakan 'radar' pengawasan terhadap emiten jasa hulu migas milik Hapsoro, Rukun Raharja (RAJA). Diketahui, saham RAJA memang tercatat melonjak drastis dalam beberapa waktu lalu.
"Dengan ini kami menginformasikan bahwa telah terjadi peningkatan harga saham RAJA yang di luar kebiasaan (UMA)," tulis BEI dalam pengumuman bertanggal (19/7/2022).
Mengutip data perdagangan bursa, dalam 12 hari perdagangan terakhir, saham RAJA tercatat tidak pernah sekalipun ditutup di zona merah dan secara kumulatif meningkat hingga 135% dari semula ditutup di harga Rp 338/saham. Terakhir kali sahamnya terkoreksi pada 4 Juli lalu dan kini menjadi Rp 795/saham pada penutupan perdagangan Rabu (20/7) kemarin.
Saham RAJA cenderung ramai diperdagangkan dan berpindah tangan sebanyak 12.262 kali. Total transaksi tercatat mencapai Rp 128,01 miliar dan melibatkan 163,87 juta saham. Meski mampu menguat 2,58 persen kemarin, asing tercatat malah melakukan jual bersih (net sell) Rp 7,94 miliar kemarin.
Menurut BEI, pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Namun, Bursa saat ini sedang mencermati perkembangan transaksi saham-saham tersebut dan menyarankan para investor untuk memperhatikan jawaban emiten atas permintaan konfirmasi Bursa dan mencermati kinerja perusahaan tercatat dan keterbukaan informasinya.
Selain itu, para pelaku pasar juga perlu mengkaji kembali rencana corporate action emiten apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan RUPS serta mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.
Pada kuartal pertama tahun ini, RAJA melaporkan kenaikan pendapatan 5,72% menjadi US$ 27,56 juta atau setara dengan Rp 413,4 miliar (asumsi kurs Rp 15.000/US$). Sementara itu laba perusahaan tercatat melonjak 220% menjadi US$ 1,98 juta (Rp 29,7 miliar) dari semula US$ 617 ribu (Rp 9,26 miliar). (R-04)