Muhammad Ali dari Siak Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Ini Jasa dan Kiprahnya
SM News, Pekanbaru - Muhammad Ali dari Siak diusulkan oleh Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) Kota Pekanbaru sebagai Pahlawan Nasional. Sultan Siak kelima ini bernama lengkap Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah.
Sketsa wajah dan rekam jejak perjuangannya melawan penjajahan Belanda dan kiprahnya dalam tatanan peradaban kini terus digesa. Gubernur Riau, Syamsuar yang juga merupakan mantan Bupati Siak ikut memberi dukungan agar Sultan Siak kelima tersebut dapat disetujui Presiden sebagai Pahlawan Nasional.
Lantas, siapa dan bagaimana kiprah Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah di masa hidupnya?
Panglima Perang Sultan Siak
Sumber dari Wikipedia menyebut Muhammad Ali dari Siak dengan sebutan Yang Dipertuan Besar Muhammad Ali Syah atau Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah. Ia adalah merupakan Sultan Siak Sri Indrapura ke-5, ayahnya bernama Sultan Alamuddin yang merupakan keponakan dari Sultan Muhammad Yang Dipertuan Besar Siak.
Muhammad Ali berkuasa memerintah selama hampir 13 tahun, yakni sejak tahun 1766 hingga 1779. Sebelumnya, ia tercatat sebagai panglima besar ketika Sultan Siak kedua, Tengku Buang Asmara naik tahta.
Kemungkinan hal itu untuk meringankan kepedihan hatinya akibat mundurnya ayahanda Muhammad Ali, Tengku Alamuddin ke Johor setelah perselisihan yang terjadi antara keduanya. Posisi ini terus dipegang oleh Muhammad Ali hingga saat sepupunya, Sultan Ismail naik tahta tahun 1760 menggantikan ayahandanya.
Ketika armada Belanda menyerang Mempura tahun 1761, Muhammad Ali memimpin armada perang Siak yang gagah berani. Belanda telah melakukan persiapan dengan kapal-kapal perang besar. Pasukan Siak berhasil didesak hingga ke pinggir kota Mempura.
Di sinilah terjadi pertempuran habis-habisan dari pahlawan-pahlawan Siak. Armada Siak hanya menggunakan rakit berapi-api dan kapal-kapal berisi mesiu dalam menghadapi Belanda. Namun, semangat jihad fi sabilillah mereka tidak surut. Dengan persenjataan terbatas tersebut, mereka berhasil menenggelamkan beberapa kapal Belanda.
Belanda kewalahan dan mengeluarkan senjata terakhir mereka, yakni meminta Tengku Alamuddin mengirimkan surat kepada Sultan Ismail dan putranya serta panglima besar Muhammad Ali. Maka, demi mendengar bahwa Tengku Alamuddin berada di pihak Belanda, pertempuran pun dihentikan dan Sultan Ismail menyerahkan tahta pada pamannya itu berdasarkan wasiat dari ayahandanya dahulu. Muhammad Ali tetap mendampingi ayahandanya sebagai panglima besar ketika ia naik tahta beberapa hari setelah kemunduran sepupunya, Sultan Ismail tersebut.
Berjasa Membangun Cikal Bakal Pekanbaru
Ketika ayahandanya, Sultan Alamuddin berpindah ke Senapelan untuk menghindari pengaruh Belanda, Muhammad Ali turut serta. Senapelan berkembang pesat di bawah kendali Sultan Alamuddin, bahkan berhasil mematikan bisnis Belanda di Mempura.
Sultan Alamuddin mangkat di Senapelan pada tahun 1766 dan Tengku Muhammad Ali naik tahta dengan gelar Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah.
Ia meneruskan usaha ayahnya membangun bandar Senapelan yang kemudian dikenal dengan nama Pekanbaru. Bandar ini menjadi pusat perdagangan di hulu sungai Siak, bahkan para saudagar dari Petapahan mulai menjual dagangan mereka ke Senapelan.
Namun pada tahun 1779 Sultan Ismail yang telah mengelana di Selat Malaka mengambil alih kedudukan Yang Dipertuan Besar Siak dari Sultan Muhammad Ali. Muhammad Ali terpaksa berundur ke Petapahan mencari perlindungan dari Syarif Bendahara, tetapi tidak dikabulkan.
Akhirnya, ia kembali ke ibu kota dan menyerahkan diri kepada sepupunya itu. Sultan Ismail lalu mengampuninya dan melantiknya menjadi Raja Muda.
Setelah tidak lagi menjadi sultan, Muhammad Ali lebih banyak berdiam di Senapelan dan memfokuskan diri pada perkembangan perdagangan di bandar tersebut.
Menurut catatan yang dibuat oleh Imam Suhil Siak, Senapelan yang kemudian lebih popular disebut Pekanbaru resmi didirikan pada tanggal 21 Rajab hari Selasa tahun 1204 H bersamaan dengan 23 Juni 1784 M oleh Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazamsyah dibawah pemerintahan Sultan Yahya yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kota Pekanbaru.
Jejak-jejak kejayaan Senapelan yang merupakan cikal bakal Kota Pekanbaru hingga kini masih terlihat. Salah satunya yakni ikonik Pekanbaru yakni Pasar Bawah yang merupakan sentra perdagangan beragam produk khas Pekanbaru.
Dari Bandar Senapelan warisan Muhammad Ali dari Siak, kini menjadi Kota Pekanbaru. (*)