Tragedi Politik Asri Auzar, Sang Loyalis AHY: Kalah Pilkada, Tinggalkan Kursi Wakil Ketua DPRD Riau hingga Jabatan Ketua Demokrat Dicopot
SM News, Pekanbaru - Kisah politik Asri Auzar, mantan Ketua DPD Partai Demokrat Provinsi Riau bisa dibilang tragis. Sebelum masa jabatannya selesai, Musda Demokrat Riau sudah digelar.
Seyogianya berdasarkan kalender kepengurusan, masa kepengurusan Asri akan habis pada Agustus 2022 mendatang. Tapi, DPP Partai Demokrat merestui Musda V digelar, Selasa (30/11/2021) kemarin. Kalender politik, memang beda dengan kalender yang terpajang di dinding rumah kita. Jadilah kekuasaan Asri di Partai Demokrat Riau sejak kemarin teramputasi.
Asri Auzar bukan politisi sembarangan. Ia tunak dan merupakan kader lama di Demokrat. Dua kali ia terpilih sebagai anggota DPRD dari Kabupaten Rokan Hilir. Terakhir, pada pemilu 2019 lalu ia terpilih kembali bahkan didapuk menjadi Wakil Ketua DPRD Riau.
Sayang, hanya sekitar setahun ia duduk sebagai Wakil Ketua DPRD Riau. Pilkada Rokan Hilir membuatnya harus mundur sebagai anggota dan pimpinan DPRD Riau. Itu konsekuensi pilihannya ikut berlaga sebagai calon Bupati Rokan Hilir.
Tapi, nasib politiknya di pilkada Rohil tak semulus saat pemilihan legislatif. Suaranya kalah dari bupati terpilih saat itu, Afrizal Sintong meski mendapat dukungan dari partai penguasa di Riau, yakni Golkar.
BACA JUGA: Dulu Loyalis Keras AHY, Kini Ketua Demokrat Riau Asri Auzar Mengaku Dizolimi: Allah Akan Membalas!
Sudah jelas dia dua kali merugi. Kalah di pilkada Rohil dan harus kehilangan kursi Wakil Ketua DPRD Riau.
Satu-satunya jangkar politik yang berharap masih bisa ia pegang adalah posisi Ketua DPD Partai Demokrat Provinsi Riau. Pada 2017 lalu, lewat Musda IV di Labersa Hotel, Kampar, Asri terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Partai Demokrat Provinsi Riau. Ia merasa sesuai anggaran dasar/ anggaran rumah tangga serta berdasarkan SK, kepengurusannya akan berakhir pada Agustus 2022 mendatang. Tapi, Musda pengambil-alihan kepemimpinannya lebih cepat digelar setahun sebelumnya, yakni kemarin dengan digelarnya Musda V Partai Demokrat.
Musda V memilih secara aklamasi Ketua DPC Partai Demokrat Kota Pekanbaru, Agung Nugroho sebagai calon tunggal Ketua DPD Demokrat Riau. Hanya tinggal mengikuti formalitas fit and proper dari DPP Partai Demokrat, selangkah lagi politisi muda ini secara defenitif akan menjadi orang nomor satu di Partai Demokrat Riau.
Beda dengan Asri Auzar, nasib politik Agung Nugroho mujur. Dialah yang menggantikan kursi wakil Ketua DPRD Riau yang dilepas oleh Asri Auzar karena ikut pilkada Rokan Hilir.
BACA JUGA: Setelah Geger Rumah Dinasnya Diserang, Agung Nugroho Aklamasi Jadi Calon Ketua Partai Demokrat Riau
Sejumlah pihak menyebut terpilihnya Agung Nugroho memimpin Partai Demokrat Riau akan menjadi perahu penting bagi dirinya menyambut perhelatan pilkada yang kian dekat: Pilwako Pekanbaru dan Pilkada Gubernur Riau yang konon akan digelar serentak pada 2024 mendatang.
Pencopotan Asri Auzar sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Riau sebelum habis masa jabatan, membuat Asri kecewa berat. Ia bahkan menyinggung pengorbanannya membela habis-habisan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) saat terjadinya pengambilan kekuasaan partai secara sepihak oleh Kongres Luar Biasa Partai Demokrat di Sibolangit, Sumut pada Maret lalu.
Ia dikenal sebagai salah satu loyalis garis keras pendukung AHY dari perwakilan daerah. Masih ingat videonya yang viral saat melakukan orasi di Kantor DPP Partai Demokrat, saat krisis pengambilan kekuasaan partai oleh KLB Sibolangit yang memilih Kepala Staf Presiden (KSP) Jenderal Purnawirawan Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
Orasinya yang meledak-ledak menyebut para penggelar KLB adalah kelompok pengacau partai. Asri bahkan mengklaim sebagai perisai yang siap mengorbankan jiwa, darah dan nyawa untuk AHY, jika kursi Ketum Demokrat direbut paksa oleh KLB.
Memang, klaim sebagai perisai AHY selama ini tak cuma diucapkan Asri dalam video yang viral itu. Ia bahkan memecat dua Ketua DPC Demokrat di Riau yakni Ketua DPC Demokrat Kuantan Singingi (Kuansing), Jontikal dan Ketua DPC Demokrat Rokan Hilir (Rohil) Muhammad Ridwan karena ikut dalam KLB di Sibolangit. Sebelumnya, Asri juga bersama para Ketua DPC Demokrat di Riau ikut dalam aksi cap jempol darah sebagai wujud kesetiaan dukungan kepada AHY.
Tapi, kemarin saat Musda V Partai Demokrat Riau resmi melengserkannya, pernyataan Asri Auzar berputar haluan 180 derajat. Dari sebelumnya mengaku sebagai perisai AHY, kemarin Asri mengaku telah menjadi korban penzoliman.
"Hari ini dia telah melakukan penzoliman terhadap seorang Asri Auzar. Saya ikhlas, tapi mudah-mudahan Allah SWT akan membalaskan yang setimpal kepada mereka yang menzolimi saya," kata Asri dengan gaya bicara yang meledak-ledak, Selasa (30/11/2021) sore.
Tak lupa ia juga sempat mengingatkan rekan-rekannya sesama kader Demokrat di seluruh Tanah Air untuk berhati-hati terhadap kondisi Partai Demokrat saat ini. Tentu saja, ia ingin mengingatkan bahwa perjuangan besar membela AHY justru berbalas klaim perlakuan zolim yang dialami Asri saat ini.
Perasaan Asri yang mengaku telah dizolimi oleh DPP Partai Demokrat pimpinan AHY pun langsung ditepis oleh para ketua DPC Demokrat Riau. Mereka langsung mengklarifikasi seolah Musda V digelar bukan karena paksaan DPP, melainkan murni aspirasi seluruh DPC Demokrat di Provinsi Riau.
"Percepatan musda itu merupakan kehendak seluruh pemilik suara. Bahkan, dengan diundurnya hingga ketiga pada 29 November ini, kita meminta kepada DPP untuk segera melaksanakannya," kata Ketua DPC Demokrat Kepulauan Meranti, Muzamil Baharudin, dalam keterangannya mewakili DPC PD se-Riau, Rabu (1/12/2021).
Jargon lama menyebut politik itu cair dan dinamis. Tapi, politik juga kerap membuat orang menangis, di sisi lain ada pihak yang happy.
Kalau begitu, politik sebenarnya juga tragis, miris dan ironis. (Raya Desmawanto)