Bung Karno 'Hidup Kembali' di The Sukarno Center Istana Mancawarna
SM News, Gianyar - Berkunjung ke Istana Mancawarna Tampaksiring di Gianyar, Bali merupakan tempat yang tepat untuk merefleksikan spirit perjuangan Bung Karno yang termanifestasikan dalam berbagai benda benda koleksi sejarah yang tersimpan di tempat tersebut.
Kunjungan ke Istana Mancawarna yang sekaligus sebagai museum tersebut dilakukan di sela-sela kegiatan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Persatuan Wartawan Nasrani (Pewarna) Indonesia di Bali tanggal 24-27 November 2021. Difasilitasi oleh Senator dapil Provinsi Bali, Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna yang juga selaku Presiden The Sukarno Center di Istana Mancawarna.
Sebelumnya saat Seminar Nasional di Universitas Mahendradatta Bali, Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna yang juga selaku Dewan Pembina kampus tersebut mengundang peserta Rakernas Pewarna Indonesia untuk dapat berkunjung ke Istana Mancawarna yang menjadi museum benda benda koleksi Bung Karno.
Istana Mancawarna sendiri terdiri dari dua bangunan utama. Yakni The Sukarno Center yang menyimpan berbagai benda benda koleksi bersejarah serta perpustakaan yang menyimpan koleksi buku buku tentang Sukarno. Ada satu lagi bangunan untuk ruangan pihak pengelola istana Mancawarna.
Untuk Bangunan The Sukarno Center sendiri terdiri dari dua lantai, di mana dipamerkan berbagai benda koleksi bersejarah. Di antaranya tongkat, keris, samurai, mata uang, aksesoris, perangkat meja kursi serta berbagai dokumen foto Sukarno dimasa menjadi Presiden RI Pertama.
Ada juga koleksi lambang Burung Garuda berukuran besar yang terpajang di lantai satu. Serta dua kereta kencana yang dipajang di sebelah kiri dan kanan pintu masuk bangunan The Sukarno Center.
Informasi yang dihimpun dari staf yang bertugas, Kereta Kencana yang ada di The Sukarno Center tersebut berasal dari Keraton Solo. Didatangkan khusus saat Bangunan The Sukarno Center diresmikan pada tanggal 11 November 2011 di Gianyar Bali.
Berada di Istana Mancawarna ibarat menghidupkan kembali ruh dan spirit perjuangan Bung Karno di masa lalu. Perjuangan sang Proklamator bersama para founding father mendirikan bangsa ini, perlu menjadi bahan refleksi sejarah bagi generasi sekarang.
Itulah sebabnya berbagai benda-benda koleksi Bung Karno sengaja dipamerkan di Istana Mancawarna, agar dapat menggugah kesadaran sejarah bagi para pengunjung yang datang untuk melihat langsung benda benda koleksi sejarah tersebut.
Sebelum Pandemi Covid-19 terjadi, pengunjung yang datang ke The Sukarno Center terbagi tiga kategori. Yakni masyarakat umum, wisatawan serta siswa atau pelajar.
Pihak pengelola memasang tarif masuk untuk umum Rp 20 ribu per orang, wisatawan Rp 30 ribu dan siswa atau pelajar sebesar Rp 10 ribu. Biasanya siswa atau pelajar datang berkunjung secara rombongan. Namun semenjak pandemi Covid-19 kunjungan ke museum berkurang.
Sejumlah peserta Rakernas Pewarna Indonesia yang datang berkunjung, mengaku kagum dengan keberadaan berbagai benda benda koleksi sejarah The Sukarno Center di Istana Mancawarna. Karena tidak semua benda benda tersebut berada di daerah lain.
"Saya kagum atas keberadaan benda benda koleksi sejarah di Istana Mancawarna. Ini merupakan satu bentuk kepedulian agar spirit perjuangan Bung Karno terus dihidupkan dari tempat ini," ujar Endharmoko, anggota Pewarna dari Jawa Barat.
Upaya menjaga dan melestarikan benda koleksi sejarah di The Sukarno Center patut diapresiasi. Karena siapa lagi yang bisa menghidupkan spirit perjuangan sang Proklamator kalau bukan dari kita sendiri.
Menjaga agar koleksi dan nilai sejarah tidak hilang dalam ingatan anak bangsa, harus diwujudkan dengan menghadirkan getaran sejarah. Karena sejarah adalah pelita kehidupan bagi peradaban bangsa. Apalagi nilai-nilai yang menjadi spirit perjuangan Bung Karno adalah nasionalisme, persatuan dan cinta tanah air.
Jika sewaktu waktu anda sedang berwisata ke Bali, maka sempatkanlah berkunjung ke The Sukarno Center Istana Mancawarna di Gianyar. Guna melihat dan merenungi bahwa peradaban bangsa ini bisa tetap ada, karena jasa dari para pejuang dan pendiri bangsa salah satunya Bung Karno. (Efraim Limbong)