38 Menteri Inggris Mundur Gara-gara Skandal Seks Pejabat Pilihan PM Boris Johnson
SABANGMERAUKE NEWS - Pemerintah Inggris kini gonjang-ganjing. Bahkan Perdana Menteri (PM) Boris Johnson diminta mundur.
Ini terjadi pasca skandal baru muncul. Johnson meminta maaf ke publik karena telah memilih seseorang yang terkena kasus pelecehan seksual dalam posisi penting.
Hal itu berdampak pada reaksi publik dan pengunduran diri sejumlah menteri sebagai tanda mosi tak percaya. Sejauh ini ada 38 menteri dan pembantunya mundur dalam 24 jam terakhir.
Di antaranya Menteri Keuangan Rishi Sunak, Menteri Kesehatan dan Sosial Sajid Javid yang mundur Selasa. Lalu Menteri Anak dan Keluarga Will Quince dan Menteri Lingkungan Jo Churchill, Rabu.
Tuntutan terhadap Johnson agar mundur juga kembali datang. Sebelumnya, akhir tahun lalu, ia juga didesak mundur karena skandal "partygate" di mana dirinya terkait pesta-pesta yang berlangsung kala pemerintah memberlakukan kebijakan lockdown di awal pandemi Covid-19 awal 2020.
Meski demikian, Johnson sendiri seolah pantang mundur. Mantan wartawan tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda siap melepas jabatan.
"Saya tidak akan mundur dan hal terakhir yang dibutuhkan negara ini, sejujurnya, adalah pemilihan umum," katanya seraya menyebut memiliki mandat dari pemilihan nasional 2019 yang ia menangkan dengan mayoritas besar.
Johnson dilaporkan telah mengatakan "sama sekali menentang pengunduran diri".
"Aturan partai saat ini menetapkan bahwa Johnson tidak dapat menghadapi mosi tidak percaya lagi sampai musim panas mendatang. Tetapi risiko utama sekarang adalah bahwa aturan itu akan diubah untuk memaksa pemungutan suara lagi, atau Johnson ditekan untuk secara sukarela mundur," kata seorang ekonom di JPMorgan, Allan Monks, mengatakan dalam sebuah catatan.
"Ini dapat bergerak sangat cepat, dengan ... potensi Perdana Menteri baru dalam beberapa bulan ke depan."
Mata uang pounsterling sendiri diperdagangkan pada level terendah dua tahun terhadap dolar karena ketidakstabilan politik Inggris kemarin. Bagaimana pasar bereaksi dalam beberapa hari ke depan akan diawasi dengan ketat.
"Ada kelumpuhan dan ada begitu banyak ketidakpastian tentang bagaimana hal itu akan terjadi," kata Direktur Pelaksana Strategi Makro Global Medley Global Advisors, Ben Emons. (*)