Iwantono-Deni Koalisi, Jalan Mulus Prof Sri Indarti Jadi Rektor Unri Terancam Gagal
SABANGMERAUKE NEWS, Pekanbaru - Dinamika pemilihan rektor baru Universitas Riau (Unri) periode 2022-2026 bakal panas. Seluruh kandidat masih berpeluang menduduki orang nomor satu di kampus 'Jantung Hati Masyarakat Riau' tersebut.
Meski Prof Dr Sri Indarti saat ini berada di atas angin dengan dukungan 24 dari 52 suara senat, namun bukan berarti pertarungan sudah selesai. Dua kandidat lain yakni Prof Iwantono dan Dr Deni Elfizal masih terbuka untuk menghadang jalan mulus Sri Indarti.
"Syaratnya, mereka (Iwantono-Deni) mau bekerja sama. Kalau istilah politiknya mereka koalisi. Harus ada yang mau mengalah," kata seorang dosen senior Unri kepada SabangMerauke News, Sabtu (2/7/2022).
BERITA TERKAIT: Inilah 52 Orang Senat Universitas Riau Penentu Rektor yang Baru: 35 Persen Jatah Suara Dipegang Menteri Nadiem
Menurutnya, peta dukungan suara senat Unri sudah gamblang terbaca. Jika Iwantono dan Deni terus 'berperang' keduanya akan berujung kesia-siaan.
"Pasti keduanya tak akan menang kalau ikut tarung. Kecuali keduanya mau berkomunikasi, membuka diri atas kesamaan platform bagaimana membangun Unri lebih baik ke depan. Ini kalkulasi dasarnya," kata dosen tersebut.
BERITA TERKAIT: Rektor Unri Terpilih Ditentukan Dukungan Suara Menteri Nadiem Makarim, Ke Mana Dukungan Prof Aras Mulyadi?
Iwantono dan Deni dalam putaran terakhir penyaringan calon tetap Rektor Unri masing-masing mengantongi 14 dan 11 suara. Dengan demikian, jumlah suara senat pendukung mereka sebanyak 25 suara.
Itu artinya, secara matematika, suara Iwantono-Deni tipis di atas Sri Indarti, hanya selisih satu suara.
"Jadi tinggal memperebutkan 2 dari 3 suara senat yang tersisa. Kalau Iwantono-Deni bersedia melakukan kerjasama, maka target suara senat yang bisa diperoleh yakni 27 suara dari 52 total suara senat. Kan jelas hitung-hitungan suaranya," kata dosen tersebut.
BERITA TERKAIT: Proyek-proyek Mangkrak Warisan Universitas Riau, Calon Rektor Punya Nyali?
Pertarungan selanjutnya yakni memperebutkan suara Menteri Dikbud Ristek, Nadiem Makarim sebanyak 28 suara. Jika saja Mas Menteri Nadiem netral, maka akan memberikan suaranya secara merata untuk ketiga calon rektor.
"Namun, jika Menteri Dikbud Ristek memberi dukungan mutlak kepada salah satu calon, maka pertanyaannya kepada siapa dukungan Menteri diberikan? Jadi, faktor dukungan Menteri itu sangat menentukan," jelasnya.
Menurutnya, ketiga calon saat ini mesti menggencarkan komunikasi dengan pihak Kementerian Dikbud Ristek.
"Tentu targetnya meyakinkan pihak kementerian untuk memborong semua dukungan suara Menteri. Agar posisi kemenangan calon rektor terkunci," katanya lagi.
Minta Rektor Prof Aras Mulyadi Netral
Pada sisi lain, peran Rektor Universitas Riau periode 2018-2022 Prof Dr Aras Mulyadi juga cukup menentukan. Itu sebabnya, Aras diminta menentukan posisi yang netral dan tidak memihak kepada salah satu calon rektor.
"Idealnya dan seharusnya Prof Aras bertindak netral. Tidak melibatkan diri langsung atau tidak langsung dalam kompetisi pemilihan rektor yang baru," kata sang dosen itu.
Pilihan netral dan tak ikut cawe-cawean itu akan membuat nama baik Prof Aras tetap terjaga. Sekaligus memupus tudingan adanya kepentingan dan agenda lain soal siapa yang akan memimpin Unri empat tahun ke depan.
"Prof Aras kita harapkan bisa mengakhiri masa jabatannya sebagai rektor dengan legacy yang baik. Tanpa ikut dalam permainan di pemilihan rektor. Agar suasana pemilihan rektor bisa tetap adem," ujar sang dosen.
SabangMerauke News telah mengonfirmasi Prof Aras Mulyadi soal posisi netralitas dirinya dalam pemilihan Rektor Unri periode 2022-2026 ini. Namun, putra asal Kuansing tersebut belum meresponnya. (*)