Survei Kompas: Biang Kerok Perpecahan Bangsa adalah Buzzer!
SabangMerauke News - Survei Litbang Kompas terbaru tentang situasi politik nasional menyatakan sebanyak 36,3 persen publik menilai buzzer, inluencer, atau provokator menjadi hal utama yang membuat polarisasi atau keterbelahan di masyarakat makin meruncing.
Sementara itu, sebanyak 21,6 persen mengatakan polarisasi disebabkan informasi hoaks atau tidak lengkap, 13,4 persen menyatakan akibat kurangnya peran dari tokoh bangsa dalam meredakan perselisihan, dan 5,8 persen menyatakan akibat teknologi media sosial.
Senin (6/6/2022), buzzer, inluencer, atau provokator ada di kedua kubu dan aktif memproduksi konten-konten di media sosial yang memancing respons negatif.
Adapun polarisasi yang terjadi di tengah masyarakat saat ini merupakan residu dari Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Saat itu pasangan calon presiden dan wakil presiden yang maju adalah Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Melihat pembelahan yang terus terjadi hingga sekarang, mayoritas responden dari kedua kubu berbeda pilihan capres ini khawatir kondisi ini berlanjut hingga Pemilu 2024 yang akan digelar kurang dari dua tahun lagi.
Berdasarkan survei, 84,6 persen responden setuju bahwa istilah "cebong", "kampret", dan "kadrun" harus diakhiri.
Selanjutnya, 90,2 persen responden sepakat kedua kubu mesti menahan diri untuk tidak berkomentar di media sosial yang dapat menimbulkan kebencian/kemarahan.
Sebanyak 87,8 persen responden juga setuju agar influencer atau buzzer yang memperkeruh suasana ditindak tegas. Kemudian, 85,3 persen responden menyatakan harus ada rekonsiliasi kedua kubu.
Survei Litbang Kompas ini dilaksanakan pada 24-29 Mei 2022. Sebanyak 1.004 responden dari 34 provinsi diwawancarai.
Sampel ditentukan secara acak dari responden panel Litbang Kompas sesuai proporsi jumlah penduduk tiap provinsi. Tingkat kepercayaan survei 95 persen dengan nirpencuplikan ±3,9 persen. (*)