Pria Ini Ceraikan Istrinya karena Cuma Tahu Masak Mi Instan
SabangMerauke News - Menjalani kehidupan berumah tangga memang tak selalu berjalan mulus dan bahagia seperti saat waktu bulan madu.
Adakalanya muncul benih-benih pertikaian setelah pernikahan. Bahkan dari hal yang mungkin diangap sepele bagi sebagian orang, seperti perihal 'makan apa kita hari ini?'.
Seperti yang dialami pasangan suami istri di India berikut ini.
Gugat cerai istri karena mi instan
Seorang suami di distrik Mysuru, kota di negara bagian Karnataka, India bagian selatan menggugat cerai istrinya dengan alasan mi instan.
Suami tersebut meminta cerai setelah istrinya hanya bisa memasak mi instan untuk sarapan, makan siang, dan makan malam.
Hakim pengadilan distrik Mysuru ML Raghunath menyebut kasus perceraian tersebut dengan "Maggi Case", merujuk merek mi instan tersebut.
Berbicara pada konferensi pers hari Jumat (27/5/2022) Raghunath menjelaskan bahwa suami tersebut mengeluh bahwa istrinya hanya tahu cara memasak mi instan dan tidak dapat memasak masakan lain.
“Mi untuk sarapan, makan siang, dan makan malam. Dia mengeluh bahwa istrinya pergi ke toko persediaan dan hanya membawa mi,” kata hakim sidang.
Raghunath kemudian menyebutkan bahwa pernikahan itu berakhir dengan perceraian atas persetujuan bersama.
Bercerai karena urusan sepele
Hakim juga mengungkapkan bahwa pengadilan tidak asing dengan petisi perceraian yang timbul dari masalah kecil.
Beberapa pasangan mengajukan gugatan cerai dalam satu hari setelah menikah karena meletakkan garam di sisi piring yang salah atau karena tidak mendapatkan warna jas pernikahan yang benar.
“Kasus perceraian meningkat secara drastis selama bertahun-tahun,” kata Raghunath.
“Pasangan harus tinggal bersama setidaknya selama satu tahun sebelum mengajukan perceraian. Jika tidak ada undang-undang seperti itu, maka akan banyak gugatan pernikahan, ”katanya.
Perceraian lebih banyak di kota
Kasus perceraian karena suami merasa istrinya tidak dapat memasak bukan pertama kalinya dilaporkan.
Sebelumnya, seorang pria dari distrik Nalgonda Telangana mengaku berulang kali mengeluh tentang istrinya tidak memasak kari daging kambing untuknya.
Raghunath mengatakan bahwa permohonan cerai lebih banyak berasal dari daerah perkotaan daripada perdesaan.
Hal itu menurutnya karena masyarakat desa memiliki perangkat yang dapat campur tangan dan menyelesaikan masalah perceraian.
Tidak hanya itu, para wanita di desa juga dinilai tidak memiliki kemandirian dan mereka bahkan takut pada masyarakat dan perasaan keluarga.
Sedangkan di perkotaan kondisinya sebaliknya karena perempuan berpendidikan dan bisa mandiri secara finansial. (*)