5 Kebiasaan Seks Nyeleneh Suku Pedalaman, Nomor 4 Tega Tawarkan Istri Bercinta ke Tamu
SabangMerauke News - Seks tidak hanya dipandang sebagai kebutuhan dasar manusia untuk melanjutkan keturunan. Lebih dari itu, di beberapa tempat, seks juga menjadi bagian penting tradisi suku-suku yang ada di dunia.
Ritual atau tradisi seks tersebut biasanya dilakukan untuk menghormati para leluhur mereka. Hanya saja, dalam praktiknya tak sedikit suku yang memiliki ritual seks nyeleneh atau di luar nalar.
Misalnya saja salah satu suku yang mengizinkan anak-anaknya berhubungan seks sejak usia sangat dini ataupun suku yang mengizinkan istrinya berhubungan seks dengan tamu.
Berikut suku dengan ritual seks paling aneh di dunia.
1. Pondok Cinta, Suku Kreung
Suku Kreung memiliki tradisi seks yang terbilang unik dan tak biasa. Suku yang mendiami pedalaman Kamboja ini memiliki ritual untuk berhubungan seks di pondok cinta.
Bagi Suku Kreung, pondok cinta menjadi simbol tanggung jawab dan kemandirian para gadis untuk menentukan sendiri nasib pernikahan mereka di masa depan. Suku Kreung percaya dengan adanya pondok cinta, mereka bisa mendapatkan pria yang tepat.
Pondok Cinta juga menjadi cara membuktikan seberapa besar rasa cinta yang terjadi antara sang gadis dengan pasangannya. Dengan begitu, orang tua mereka dapat melihat bahwa mereka saling mencintai dan memberi restu untuk menikah.
Pondok cinta atau love hut bukan hanya menjadi tempat bersenggama semata. Semua tindakan yang terjadi di dalam pondok cinta harus berdasarkan keputusan yang berasal dari si gadis pemilik pondok bambu.
Mereka bebas menentukan siapa yang akan menjadi pacar mereka atau apa saja yang akan mereka lakukan saat 'kencan'. Apakah mereka hanya sekadar berbincang semata atau tidur bersama.
2. Berhubungan Seks Sejak Usia 6 Tahun, Kepulauan Tobriander
Bergeser ke Kepulauan Trobriander atau yang dikenal sebagai Kepulauan Kiriwina di timur Papua Nugini, tepatnya di Laut Solomon. Suku yang mendiami pulau tersebut memiliki tradisi seksual yang wajib dilakukan oleh anak-anak.
Di pulau ini, penduduk yang masih berusia di bawah 10 tahun dilegalkan untuk berhubungan intim dengan lawan jenisnya. Untuk anak laki-laki, mereka diperbolehkan melakukan hubungan seksual sejak usianya 8 hingga 12 tahun.
Sementara itu, penduduk perempuan di pulau ini diperbolehkan berhubungan seks dengan laki-laki saat usia mereka menginjak 6 hingga 8 tahun. Menariknya, sebelum 'dikawinkan' anak-anak di pulau ini akan menerima pelatihan atau pendidikan seksual, seperti kiat-kiat menggoda laki-laki sejak dini.
Ya, hubungan seksual pra nikah sudah dianggap hal yang sangat wajar bagi masyarakat asli Kepulauan Trobriander. Hingga saat ini, tidak ada stigma sosial mengenai aktivitas seksual ini.
Bahkan, warga desa menyediakan Bukamatula, gubuk khusus bagi warganya yang ingin melakukan hubungan seksual. Mereka akan melakukan hubungan suami-istri hingga matahari terbit.
3. Mencuri Istri Orang, Suku Woodabe
Selanjutnya, Suku Woodabe punya ritual seks yang terbilang aneh yaitu mencuri istri orang lain lewat sebuah kontes ketampanan.
Suku Wodaabee sangat menjunjung tinggi keindahan tubuh dan penampilan, hingga memiliki suatu festival ketampanan yang dinamai Gerewol. Tak heran jika suku di Afrika ini dijuluki sebagai ‘suku paling narsis di dunia’.
Suku Wodaabee memang sangat memuja ketampanan pria. Di suku ini, pria bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk merias wajahnya. Meskipun perempuan Suku Wodaabe juga memperhatikan penampilannya, tetapi kaum pria lebih menonjol dalam menjaga penampilannya.
Festival yang biasanya dilakukan sebelum bulan September ini menjadi ajang untuk mendapat predikat pria 'tertampan'. Syarat mengikuti kontes ini pun terbilang cukup mudah. Mereka harus pria yang sudah dewasa, baik yang sudah menikah atau belum.
Nantinya, pemenang dalam festival ini dapat memilih wanita yang ia inginkan sebagai istri, meskipun wanita tersebut merupakan istri dari orang lain. Sang suami dari wanita yang dipilih oleh pemenang tidak akan bisa berbuat apa-apa, karena sudah kalah atau tidak ikut dalam pertandingan.
Ketika seorang perempuan telah memilih kekasihnya, dia akan memberi isyarat dengan sedikit gerakan tangan. Setelah matahari terbenam, pasangan itu akan menghilang dari keramaian dan menghabiskan malam bersama.
Pernikahan dari ajang Gerewol ini sebenarnya bukanlah pernikahan pertama bagi masyarakat Suku Wodaabee, karena sebenarnya mereka sudah dinikahkan secara tradisi sejak masih kecil. Mereka biasanya dinikahkan dengan sepupu yang sebaya, bahkan anak perempuan biasanya sudah mulai dinikahkan di usia tujuh tahun.
4. Tawarkan Istri Berhubungan Seks dengan Tamu, Suku Ovahimba
Kalau Suku Mangaia punya tradisi berhubungan seks dengan wanita paruh baya, lain hal dengan Suku Ovahimba dan Ovazemba di Namibia Utara.
Mereka memiliki tradisi bernama Okujepisa omukazendu, yang artinya menawarkan istri kepada tamu. Tradisi tersebut pun sudah ada sejak berabad-abad silam.
Dalam tradisi tersebut, seorang suami harus mengizinkan istrinya berhubungan intim dengan tamu laki-laki mana pun yang memilih menginap di rumah mereka.
Sementara saat sang istri ditawarkan ke tamu untuk hubungan seksual, suaminya harus bermalam di kamar yang berbeda. Jika tidak ada kamar yang tersedia, dia diharapkan untuk tidur di luar.
Beberapa wanita di suku ini tidak masalah dengan tradisi tersebut. Mereka sama sekali tidak keberatan memberikan diri mereka kepada pria lain. Beberapa wanita juga menawarkan pacar kepada suaminya, jika perlu. Mereka menganggapnya sebagai tanda persahabatan.
Tak hanya itu, ritual seks aneh ini juga dilakukan sebagai salah satu cara untuk memuaskan rasa penasaran dan menambah variasi pada kehidupan seksnya.
Walau begitu, banyak orang Namibia dan Afrika lainnya telah menghindari budaya ini dan menggambarkannya sebagai pemerkosaan karena memaksa seorang perempuan tidur dengan orang asing.
5. Berhubungan Seks dengan Wanita Paruh Baya, Suku Mangaia
Suku yang punya tradisi unik lainnya bisa kamu temukan di sebuah Kepulauan Selatan Samudera Pasifik. Suku Mangaia punya tradisi unik untuk membuktikan seorang pria beranjak dewasa.
Ritual suku ini mengharuskan remaja pria yang beranjak dewasa untuk memilih seorang wanita paruh baya di sukunya. Para remaja pria itu diharuskan untuk bercinta dengan wanita paruh baya yang dipilihnya.
Menariknya lagi, para remaja itu boleh menentukan berapa lama mereka akan seatap dengan wanita pilihannya tersebut, sebelum mantap dan yakin untuk menikah dengan wanita lainnya. (*)