Ironis! Stadion Utama Riau Dibangun Rp 1,2 Triliun, Tapi Target Retribusi Cuma Rp 25 Juta per Tahun
SabangMerauke News, Pekanbaru - Pemerintah Provinsi Riau hanya menargetkan retribusi sebesar Rp 25 juta per tahun dari keberadaan Stadion Utama Riau di Jalan Nagasakti, Pekanbaru. Jumlah tersebut berbanding terbalik dan hanya secuil dari biaya pembangunan stadion mewah itu, yang menelan uang rakyat sebesar hampir Rp 1,2 triliun.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Riau, Boby Rachmat menjelaskan, target retribusi per tahun dari Stadion Utama Riau yang ditetapkan sebesar Rp 25 juta. Ia mengklaim saat ini retribusi yang sudah dipungut telah melebihi target yakni sudah mencapai Rp 50 juta.
"Target retribusi Stadion Utama Riau setahun Rp 25 juta. Saat ini target retribusi tersebut sudah tercapai. Bahkan sudah melebihi target. Uangnya disetor langsung ke kas daerah, bukan melalui Dispora," kata Boby dilansir mediacenter.riau.go.id, Selasa (31/5/2022).
Boby mengakui kalau dilihat sepintas dari luar, tidak ada kegiatan di dalam stadion. Padahal masih ada aktivitas dan lapangan hijau masih dipakai.
"Jadi walaupun kondisinya seperti itu, sebenarnya di dalam stadion ada aktivitas. Kalau orang pecinta bola pasti tahu kalau stadion tidak kita kelola. Terkesan tak ada rutinitas di dalam stadion. Padahal lapangan dipakai," jelasnya.
Belum diketahui berapa biaya pemeliharaan dan perawatan yang ditanggung APBD Riau untuk mengelola stadion tersebut, apakah sebanding dengan retribusi yang diperoleh.
Kondisi Stadion Utama Riau yang selesai dibangun pada tahun 2012 lalu, saat ini memang memprihatinkan, terutama infrastruktur pendukung di luar lapangan. Penataan lingkungan sekitar stadion terkesan amburadul. Rerumputan tumbuh meninggi, sementara pepohonan terlihat kurus dan gersang.
Padahal, stadion kebanggaan masyarakat Riau yang pernah menorehkan sejarah tuan rumah pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) 2012 tersebut, sebenarnya merupakan aset berharga. Stadion ini dibangun di era pemerintahan Gubernur Rusli Zainal.
Namun sejak enam tahun terakhir, praktis tidak ada kegiatan olahraga prestius digelar di stadion tersebut. Event-event selain olahraga juga tak pernah dihelat di tempat ini.
Pemandangan yang terlihat hanyalah aktivitas pedagang tenda yang berjualan di halaman luar memasuki stadion. Bahkan, kompleks di luar stadion kerap menjadi 'spot' bagi kaum muda untuk berpacaran. Sementara, lingkar luar stadion dipakai untuk aktivitas olahraga jogging dan bersepeda masyarakat pada akhir pekan. (*)