Kasihan Jokowi, Kabinet Sudah Kosong Menteri Pada Kampanye: Dagang Jabatan, Cari Duit dan Popularitas!
SabangMerauke News - Kinerja kabinet pemerintahan jilid kedua Presiden Joko Widodo mendapat kritikan keras. Sejumlah menteri dituding tak fokus lagi bekerja dan sibuk berkampanye demi mencari popularitas menuju pilpres 2024 mendatang.
Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah menyatakan, kinerja kabinet saat ini buyar dan tak fokus lagi. Ia kasihan dengan Presiden Jokowi yang terus mengalami degradasi kepuasan publik karena para menterinya lebih sibuk berkeliling kampanye ketimbang bekerja menuntaskan program kerja pemerintah.
"Kasih Pak Jokowi. Kabinet kosong sekarang. Orang pada kampanye semua dari sekarang. Kampanyenya kampanye pilpres," kata Fahri Hamzah dalam tayangan YouTube yang disiarkan, Minggu (8/5/2022).
Mantan Wakil Ketua DPR RI ini menilai, para menteri yang sibuk berkampanye merasa dirinya pantas menjadi calon presiden. Namun, mereka belum memiliki tiket sebagai calon presiden, tapi merasa mampu membeli tiket pilpres.
"Akhirnya, orang-orang ini merasa gak pantas pun, tapi dia mampu beli tiket. Akhirnya dia jalan. Dia bilang, ini tiket sudah ada di kantong saya, tapi saya belum populer," kata Fahri dalam analisis politiknya.
Eks politisi PKS ini menyatakan para menteri itu menggunakan jabatannya untuk keliling ke daerah. Ia menuding para menteri itu, selain mencari popularitas tapi juga mencari duit.
"Kasihan Pak Jokowi. Menterinya pada dagang semua. Kalau gak cari duit ya cari popularitas," kata Fahri.
Sebelumnya, Fahri lewat akun twitter-nya menyebut tagar #Selamatkan2024. Di awal dialog, ia menyebut saat ini banyak sekali terjadi kerusakan dalam sistem bernegara di Indonesia. Menurutnya, dalam tradisi demokrasi, kerusakan negara dapat ditempuh lewat momentum pergantian kepemimpinan yakni melalui pemilihan umum.
"Pemilu inilah yang kita harapkan bisa mengubah keadaan. Sebab kalau sekarang ini kita mau berharap kepada siapa. Kan sudah banyak rusak," kata Fahri.
Ia menyebut ada tiga kerusakan parah yang terjadi saat ini. Yakni kerusakan atau krisis narasi, kerusakan sistem negara dan krisis kepemimpinan.
"Namun, pemilu itu juga harus kita cegah agar tidak menjadi sumber kerusakan dan krisis yang baru," jelas Fahri. (*)