Meleset Target Blok Rokan, Kini Andalkan 500 Sumur Baru
SabangMerauke News - PT Pertamina Hulu energi (PHE) tengah berupaya untuk menggenjot produksi minyak dan gas bumi (migas) pada tahun ini. Alasannya, capaian dari kontributor produksi minyak terbesar, yakni Blok Rokan, sempat anjlok pada kuartal pertama 2022.
Corporate Secretary Subholding Upstream Pertamina Arya Dwi Paramita mengatakan Subholding Upstream Pertamina memiliki sejumlah rencana kerja masif dan agresif dalam mengejar target produksi pada tahun ini. Beberapa di antaranya seperti program pengeboran sumur pengembangan sebanyak 813 sumur.
"500 sumur di antaranya berada di Wilayah Kerja Rokan," kata Arya, Jumat (29/4/2022).
Selain itu, PHE juga akan menggenjot pengeboran sumur eksplorasi, penambahan rencana kerja workover, perawatan sumur, dan reaktivasi sumur. Adapun, jumlah tersebut meningkat lebih dua kali lipat dari realisasi pengeboran pada 2021 lalu, yaitu sebanyak 350 sumur pengembangan dan 12 sumur eksplorasi.
"Seluruh rencana kerja tersebut dirancang untuk mencapai target produksi sebesar 1.047 Mboepd (juta barel ekuivalen minyak per hari)," kata Arya.
PHE juga akan memastikan berjalannya program optimasi pengembangan lapangan-lapangan (OPLL) di Mahakam, program Sumatera Light Oil (SLO) Stage 1 di Rokan. Kemudian, menanti onstream-nya proyek Jambaran Tiung Biru (JTB), program optimasi di lapangan Akasia Bagus dan Gantar, program Phase 2 di lapangan Zulu, maintenance dan peningkatan integritas fasilitas produksi, serta mendorong capaian dari pengurasan tahap lanjut di Pertamina EP (PEP), PHE, dan Pertamina Hulu Indonesia (PEP).
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sebelumnya mencatat bahwa realisasi produksi migas siap jual (lifting) pada kuartal I/2022 masih jauh dari target.
Sampai dengan kuartal I/2022, lifting untuk minyak baru mencapai 611,7 ribu barel per hari (bph) atau baru mencapai 87% dari target sebesar 703 ribu bph. Sementara untuk gas, mencapai 5.321 juta kaki kubik per hari (MMscfd) atau 92% dari target sebanyak 5.800 MMscfd.
Adapun hal ini terjadi akibat adanya gangguan produksi di produsen-produsen migas kakap RI, seperti misalnya anak-anak usaha PT Pertamina (Persero), ExxonMobil dan juga BP Indonesia.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno membeberkan bahwa gangguan produksi migas di sejumlah KKKS besar telah berdampak pada capaian lifting kuartal pertama tahun ini. Adapun gangguan produksi justru terjadi pada KKKS yang memiliki produksi migas jumbo.
Misalnya, seperti Pertamina Hulu Rokan (PHR), ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), Pertamina Hulu Energi ONWJ (PHE ONWJ), dan BP Indonesia yang notabene sudah mempunyai Computerized Maintenance Management System (CMMS) yang cukup mumpuni.
"Banyak sekali gangguan operasional di kuartal I/2022 kemarin dan juga masih sampai hari ini dan lebih-lebih terjadi pada KKKS yang produksinya besar-besar," kata dia kepada CNBC Indonesia, Kamis (28/4/2022).
Salah satu penyebab utama yang menjadi sorotan SKK Migas saat ini adalah terjadinya banyak unplanned shutdown di beberapa lapangan minyak. Hal ini pun menjadi pengaruh terhadap kinerja lifting minyak di awal tahun ini.
Bahkan capaian produksi Blok Rokan sempat menyentuh angka 140 ribu bph, sementara belakangan ini sudah mulai mendekati 160 ribu bph. Adapun capaian produksi Blok Rokan hingga kuartal pertama, yakni sebesar 157.468 barel per hari (bph) atau 87,3% dari target tahun ini sebesar 180.355 bph. (*)