Daftar Negara Terjerat Perangkap Utang Tiongkok, Indonesia Menyusul?
SabangMerauke News - Pemberitaan ketidakmampuan negara membayar utang China kembali bergulir. Ini seiring krisis yang dialami Sri Lanka.
China memang kini menjadi donatur ke sejumlah negara dengan skema Belt and Road (BRI). Rata-rata utang digunakan untuk infrastruktur.
Formatnya cukup sederhana, siapkan proyek oleh pemerintah setempat khususnya di sektor transportasi dan energi. Selanjutnya China langsung memberikan pinjaman jangka panjang dengan bunga yang sangat kompetitif.
Akan tetapi beberapa negara justru tidak mampu menjalankan proyek secara tepat. Sehingga proyek mangkrak dan pemerintah tersebut terpaksa menanggung utang besar.
Lalu siapa saja negara yang kini terjebak utang China? Berikut rangkuman CNBC Indonesia dari sejumlah sumber.
1. Srilangka
Sri Lanka kini dilanda krisis. Ini menjalar dari ekonomi ke politik. Negeri Ceylon itu mengalami kemelut terparah sejak merdeka di 1948. Ribuan warga bahkan turun ke jalan meminta pemerintah sekarang mundur.
Sebenarnya, sejumlah hal menjadi penyebab krisis Sri Langka. Apa saja?
Ketergantungan impor menjadi salah satu penyebabnya. Negeri itu masih melakukan impor ke bahan-bahan pertanian seperti pupuk dan bahan bakar.
Masalah diperburuk dengan kenaikan harga komoditas global, yang menyebabkan harga ikut naik. Ketika harga komoditas melonjak, ini pun membebani biaya impor Sri Lanka.
Belum lagi nilai mata uang yang terus longsor. Selain itu, cadangan devisa negara itu boncos.
Per Maret 2022, cadangan devisa Sri Lanka tercatat US$ 1,72 miliar, terendah sejak November tahun lalu. Cadangan devisa negara itu terus turun selama tiga bulan beruntun.
Hal ini membuat Sri Lanka susah membayar utang. Selasa lalu, Bank Sentral Sri Lanka (CBSL) mengumumkan gagal bayar, US$ 51 miliar terhadap utang luar negeri.
"Kami kehilangan kemampuan untuk membayar," kata Kepala CBSL Nandalal Weerasinghe dimuat Reuters.
"Kami harus fokus untuk mengimpor kebutuhan pokok. Bukan membayar utang luar negeri. Kita sudah sampai di titik membayar utang menjadi sangat menantang dan tidak mungkin."
Utang luar negeri Sri Lanka per akhir 2021 adalah US$ 50,72 miliar. Jumlah ini sudah 60,85% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Sebenarnya salah satu negara yang meminjamkan uang ke Sri Lanka adalah China. Negeri itu merupakan salah satu kreditur terbesar Sri Lanka.
Pemerintah meminjam Beijing untuk sejumlah infarstruktur proyek sejak 2005, melalui skema Belt and Road (BRI). Salah satunya pembangunan pelabuhan Hambantota.
Mengutip Times of India, total utang Sri Lanka ke China mencapai US$ 8 miliar. Sekitar 1/6 dari total utang luar negerinya.
Namun sayangnya sebagian proyek dinilai tak memberi manfaat ekonomi bagi negara itu. China juga meminta jatah ekspor produk mereka ke Sri Lanka senilai US$ 3,5 miliar.
"Dari awal, kecerobohan meminjam dari China buat infrastruktur yang tak menguntungkan membuat negara itu di titik ini," tulis media itu mengutip laporan Hong Kong Post.
Mengutip BBC, pemerintah Sri Lanka pada awal tahun ini mencoba melobi Beijing untuk restrukturisasi utang. Namun diketahui, China telah menolak restrukturisasi utang tersebut dan itu semakin menambah beban negeri itu.
Sebenarnya China bukan satu-satunya negara yang meminjamkan uang ke Sri Lanka. Ada juga India dan Jepang.
Perlu diketahui Sri Lanka sangat bergantung ekonominya dari pariwisata. Namun ini pun terhantam corona (Covid-19).
2. Uganda
Negara lain yang juga disebut tengah bergulat dengan utang China adalah Uganda. Negara ini dilaporkan tengah berusaha mengubah perjanjian pinjamannya dengan China.
Ini untuk memastikan sejumlah aset tyda hilang karena default (gaggat bayar). Antara lain bandara internasional Entebbe.
Menurut laporan Gulf News yang melansir Bloomberg awal pekan ini, perjanjian itu dibuat tahun 2015. Negara itu meminjam US$ 200 juta dari Bank Export-Import (EXIM) China untuk memperluas bandara Entebbe.
Klausul yang ingin diubah antara lain, perlunya Otoritas Penerbangan Sipil Uganda untuk meminta persetujuan dari pemberi pinjaman China untuk anggaran dan rencana strategisnya. Aturan lain mengamanatkan bahwa setiap perselisihan antara para pihak harus diselesaikan oleh Komisi Arbitrase Ekonomi dan Perdagangan Internasional China.
Hal sama juga dimuat Economic Times. Mengutip sejumlah media lokal, Presiden Uganda Yoweri Museveri dilaporkan telah mengirimkan delegasi ke Beijing guna bernegosiasi dengan pemerintah China.
Uganda sudah mencoba bernegosiasi sejak Maret 2021. Namun sejauh ini belum berhasil. Pinjaman itu sendiri memiliki tenor 20 tahun, termasuk masa tenggang tujuh tahun.
"Tetapi sekarang tampaknya transaksi yang ditandatangani dengan EXIM China berarti Uganda 'menyerahkan' satu-satunya bandara internasionalnya," tulis media India tersebut mengutip SaharaReporters.com, portal berita yang berfokus pada Afrika.
"Pengungkapan bahwa pemerintah Uganda menandatangani perjanjian, antara lain, melepaskan kekebalan untuk aset kedaulatannya telah menimbulkan pertanyaan tentang tingkat pengawasan dan uji tuntas yang dilakukan birokrat sebelum melakukan perjanjian secara internasional," tulis laporan lain, Allafrica.com.
Bandara Internasional Entebbe adalah satu-satunya bandara internasional Uganda. Bandara itu menangani lebih dari 1,9 juta penumpang per tahun.
Sementara itu juru bicara regulator penerbangan Uganda dan Direktur Jenderal China untuk Urusan Afrika, dalam tweet terpisah, membantah hal ini. Pinjaman diberikan terkait proyek pendanaan yang digagas Xi Jinping, Belt and Road Initiative.
3. Kenya
Kenya juga diyakini akan gagal membayar utang ke China. Hal itu terkait pembangunan proyek kereta api (Standard Gauge Railway/ SGR) di negara Afrika tersebut, antara Mombasa dan Nairobi.
Kenya awalnya meminjam US$ 3,6 miliar dari Bank EXIM China, guna membangun rute dari Mombasa ke Nairobi. Pemerintah lalu meminjam lagi US$ 1,5 miliar untuk memperpanjangnya ke Naivasha, sebuah kota di Central Rift Valley.
Peringatan ini sendiri dikeluarkan auditor jenderal negara cejas beberapa tahun lalu. Warning juga muncul di tengah krisis Sri Lanka yang membuat negeri itu tak bisa membayar utang ke China.
Jika Kenya tak bisa membayar utang, maka pelabuhan Mombasa, aset paling berharga di negeri itu diyakini akan diambil ali Beijing. Meski begitu, pemerintah Kenya dan China menyangkal hal tersebut di mana Mombasa disebut bukan jaminan pinjaman itu.
4. Maladewa
Maladewa juga diyakini terjerat utang China. Ini karena utang yang bengkak.
Awalnya, Maladewa meminjam dana sebesar US$ 200 juta atau setara Rp 2 triliun untuk menghubungkan pulau ibukota Male ke pulau Hulumale. Di mana bandara dan lahan luas masih banyak tersedia.
Hal ini diharapkan dapat menjadi jalan keluar mengenai keterbatasan lahan properti dan akses menuju kawasan ekonomi baru. Jembatan itu rampung di 2018 dan diberi nama "China-Maldives Friendship Bridge".
Selain Jembatan, Maladewa juga terus meminjam uang untuk pengembangan infrastruktur lainnya. Pada tahun ini, beberapa mantan pejabat Maladewa dan perwakilan China menunjukkan angka utang terbaru.
Mereka menyebutkan Male berutang ke China antara US$ 1,1 miliar hingga US$ 1,4 miliar. Angka ini masih merupakan jumlah yang sangat besar untuk negara pulau dengan PDB sekitar US$ 4,9 miliar.
Negara yang bergantung dari sektor pariwisata ini sangatlah terpukul oleh pandemi Covid-19. Dan jika pendapatan pemerintah Maladewa turun, mungkin sulit untuk membayar kembali pinjaman pada tahun 2022-2023.
Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Mengutip data Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) periode Februari 2022, China adalah pemberi utang terbesar keempat buat Indonesia. Bersama dengan Singapura, Amerika Serikat (AS), dan Jepang.
Pada Februari 2022, ULN Indonesia dari China tercatat US$ 20,78 miliar. Naik 0,76% dari bulan sebelumnya (month-on-month/mtm). Dalam periode yang sama, ULN dari Singapura turun 0,75%, dari AS turun 0,22%, dan Jepang turun 0,91%.
Dari sisi mata uang, ULN terbanyak masih dalam dolar AS. ULN berdenominasi dolar AS tercatat US$ 275 miliar per Februari 2022.
Di posisi kedua ada euro dengan nilai ekuivalen US$ 25,15 miliar. Yen Jepang menempati peringkat ketiga (US$ 24,82 miliar) dan yuan China berada di posisi empat (US$ 4,31 miliar).
ULN dalam dolar AS tumbuh 0,38% mtm pada Februari 2022. Sementara ULN euro naik 0,17%, yen tumbuh 0,04%, dan yuan turun 0,11%. (*)