63 Tahun Korem 031/Wirabima, Sejarah Pembentukannya Berawal dari Operasi Penumpasan PRRI
SabangMerauke News, Pekanbaru - Hari ini, Minggu (17/4/2022), Komando Resor Militer (Korem) 031/Wirabima berusia genap 63 tahun. Syukuran digelar di Balai Serindit, kompleks kediaman Gubernur Riau sebagai refleksi atas eksistensi satuan komando teritorial yang menjangkau seluruh wilayah Provinsi Riau ini.
Korem 031/Wirabima telah melalui perjalanan panjang histori, jatidiri dan dinamika serta pertumbuhan organisasi yang membuatnya kian tangguh dan disegani. Romantisme dan nilai-nilai juang menghiasi warna sejarah dari satuan teritorial di bawah Kodam I/ Bukit Barisan ini.
Lantas, bagaimana kisah sejarah pembentukan satuan teritorial Korem 031/ Wirabima dilakukan?
Pembentukan Korem 031/Wirabima tak bisa dilepaskan dari sejarah penumpasan aksi pemberontakan militer yang dikenal dengan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Aksi ini berpuncak pada 15 Februari 1958 silam. Meski, riak-riaknya sebenarnya sudah terasa sejak 1956 hingga 1957.
Dalam masa PRRI terjadi, sejarah mencatat pembentukan Dewan Banteng di Sumatera Barat dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein dan Dewan Gajah di Sumatera Utara di bawah komando Letkol Maludin Simbolon.
Di Sumatera Selatan juga muncul Dewan Garuda yang dipegang oleh Letkol Barlian. Satu-satunya dewan yang berlokasi di Pulau Sulawesi yakni Dewan Manguni di Manado dengan komandannya, Kolonel Ventje Sumual.
PRRI dikenal sebagai aksi sepihak oknum-oknum militer yang tidak puas dengan ketimbangan pembangunan antara Jawa dan luar Jawa. Para pentolan militer yang sebenarnya turut berjuang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, "menginterupsi" kebijakan politik-ekonomi 'Jakarta' lewat aksi pemberontakan ala militer.
Tensi politik memanas dan berpuncak pada deklarasi pembentukan PRRI di Bukittinggi, Sumatera Barat di bawah komando Dewan Banteng pimpinan Letkol Ahmad Husein pada 15 Februari 1958 silam. Pemerintah pusat, khususnya militer merespon serius aksi ini dengan menyiapkan operasi militer untuk menumpasnya.
Keberadaan PRRI juga telah meluas ke wilayah Riau. Untuk memperkuat pasukannya, PRRI menarik simpati para anggota militer dan pejuang pasca- kemerdekaan sebagai anggota tempurnya. Juga menggalang dukungan pasukan pelajar serta sukarelawan masyarakat yang 'dihipnotis' dengan kampanye api ketidakadilan serta janji kesejahteraan.
Untuk menumpas aksi militer ini, Staf Umum Angkatan Darat dan gabungan kepala staf angkatan lainnya membentuk Komando Operasi Gabungan (task force). Adapun komandannya saat itu dipercayakan kepada Letkol Inf Kaharudin Nasution. Kelak Kaharuddin menjabat sebagai Gubernur Riau.
Operasi TEGAS ini berfokus pada penumpasan PRRI di wilayah Sumatera Tengah, khususnya Riau Daratan. Sejumlah pasukan lintas kesatuan, baik angkatan darat, laut maupun udara ditambah dengan jawatan teknis angkatan darat lainnya diterjunkan.
Adapun kesatuan pasukan yang diturunkan dalam operasi militer ini meliputi Komando X Ray (Airbone), Komando Kuat (Airground), Komando Kaladjengking (Seaborne), Komando Kantjil dan Tim Tempur.
Selain itu juga diturunkan Komando Lambung, Komando Obor (Advance Staf) serta Komando Rear Area (Rear Staf).
Pasukan-pasukan itu disuplai dari Batalyon 322 Ter-III dan Baterai Artileri Lapangan Ringan dari Jakarta sebagai pasukan cadangan Komando Operasi Gabungan TEGAS.
Pemberangkatan pasukan gabungan lintas angkatan, peralatan maupun perbekalan menggunakan 12 kapal angkut dan 38 kapal udara. Yakni terdiri dari 24 pesawat Dakota, 4 pesawat B-25 dan 10 pesawat Mustang.
Dimulainya Operasi Penumpasan
Gerakan penumpasan PRRI oleh Komando Operasi TEGAS mulai dilaksanakan 12 Maret 1958, tepat pukul 5 pagi. Sebanyak 10 unit pesawat Mustang mengangkut pasukan diterbangkan dari Tanjung Pinang, Kepulauan Riau menuju sasaran pokok yakni lapangan udara Simpang Tiga Pekanbaru (kini Bandara Sultan Syarif Kasim II-Lanud Pekanbaru).
Beberapa saat kemudian, pesawat-pesawat Dakota menerjunkan Komando X-Ray di lapangan udara Simpang Tiga. Targetnya, merebut dan menguasai lapangan terbang tersebut. Lapangan udara Simpang Tiga dikuasai dengan tidak mendapat perlawanan sama sekali.
Upaya pembersihan lapangan terbang dari ranjau dan perbaikan landasan yang rusak kemudian dilakukan oleh Komando X Ray. Beberapa waktu kemudian, pasukan Komando Kuat yang akan melakukan gerakan merebut dan menduduki Kota Pekanbaru diterjunkan.
"Hari itu, Kota Pekanbaru dapat dikuasai tanpa ada perlawanan dari musuh. Dan hari itu juga KSAD mengadakan inspeksi atas gerakan operasi yang dilaksanakan di lapangan udara Simpang Tiga dan Kota Pekanbaru," demikian ditulis dalam website Korem 013 yang ditayangkan pada 1 Februari 2010 lalu.
Upaya penumpasan PRRI di Riau Daratan kembali dilakukan oleh Komando Kaladjengking yang menyapu bersih Kota Dumai. Sedangkan Komando Kantjil melaporkan (opvaren) sudah menyisir Sungai Siak menuju Pekanbaru.
Hanya dalam waktu 5 hari, seluruh daerah Riau Daratan sebelah Utara (daerah konsesi ladang minyak Caltex) dapat dikuasai dalam keadaan utuh tanpa korban di pihak pasukan TEGAS. Begitu pula Bagan Siapiapi telah diduduki oleh Komando Lambung.
Operasi militer di Riau Daratan berjalan sukses sebagaimana yang dikehendaki oleh pimpinan Angkatan Darat. Selanjutnya pasukan diarahkan membantu penumpasan PRRI di Medan yang dikomandoi Letkol Maludin Simbolon dan Mayor Boyke Nainggolan.
Kemudian posisi pasukan mulai ditetapkan. Batalyon 528 ditugaskan untuk menduduki daerah yang telah dikuasai sebelumnya. Sementara, seluruh kesatuan Angkatan Laut sesampainya di Pekanbaru ditarik dari penugasannya dalam Komando Operasi Gabungan TEGAS.
Dengan demikian, praktis kekuatan Komando Operasi Gabungan TEGAS drastis berkurang. Rencana untuk melanjutkan operasi ke Sumatera Barat dibatalkan.
Pasukan yang tersisa ditugaskan menduduki, menguasai serta melakukan pembersihan di seluruh daerah Riau Daratan. Komando Operasi Gabungan TEGAS bekerja efektif selama kurang lebih 3 bulan.
Beberapa waktu kemudian, Komando Operasi Gabungan TEGAS dimasukkan dalam Komando Operasi Gabungan 17 Agustus di bawah pimpinan Kolonel Ahmad Yani. Pasukan kemudian berganti nama menjadi Resimen Pertempuran I TEGAS (RTP-TEGAS) yang bersifat taktis serta operatif. Secara administratif, keberadaannya langsung di bawah Komando Operasi Gabungan 17 Agustus (KOOPAG).
Cikal Bakal Korem 031/ Wirabima
Tuntasnya operasi pembersihan kekuatan PRRI di Riau Daratan menjadi awal dilakukannya reorganisasi dan penataan pasukan yang ada di Riau.
Pada 15 April 1959, KASAD menerbitkan Surat Keputusan nomor: KPTS-265/4/1959 dan juga penerbitan Surat Keputusan DAN KOOPAG nomor: KPTS-037/4/1959 tanggal 28 April 1959 yang kemudian ditindaklanjuti dengan terbitnya Surat Keputusan DAN RTP-I TEGAS nomor: KPTS-614/6/1959 tanggal 6 Juni1959.
Terhitung mulai tanggal 12 Juli 1959 RTP-I TEGAS diganti namanya menjadi Komando Resor Militer Riau Daratan (Korem Ridar). Adapun daerah teritori kekuasaan dan tanggung jawabnya, sama dengan daerah kekuasaan dan tanggung jawab RTP-I TEGAS.
Sementara, personil Korem Ridar sebagian diambil dari pasukan yang tadinya ditugaskan dalam Komando Operasi Gabungan TEGAS, kecuali satuan-satuan tempur, yang secara berangsur-angsur diorganikkan pada Korem Ridar. Ditambah juga dengan pasukan eks PRRI yang menyerah dan bergabung serta telah selesai menjalani screening.
Dalam pembentukan Korem Ridar, tidak diadakan lewat formatur atau panitia. Ini disebabkan karena minimnya personil dan tenaga. Selain itu, pembentukkannya bersamaan waktunya dengan pembentukan Komando Daerah Militer (Kodam) 17 Agustus.
Sejalan dengan pemberian nomor Kodam 17 Agustus menjadi Kodam III/17 Agustus, maka kepada Korem Ridar juga diberikan nomor kode menjadi Korem 31/Ridar.
Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Panglima Daerah Militer III/17 Agustus nomor: Kep-95/10/1963 tanggal 5 Oktober 1963 dan Surat Keputusan Menteri/ Panglima Angkatan Darat nomor: Kep-233/3/1964 tanggal 11 Maret 1964, Korem 31/Ridar diberi lambang kesatuannya dengan sebutan “Dhuaja Wirabima”. Dan sejak saat itulah Korem 31/Ridar menjelma menjadi Korem 031/Wirabima sebagai bagian satuan teritori dari Kodam III/ 17 Agustus.
Reorganisasi Kodam III/17 Agustus
Komando Daerah Militer III/17 Agustus disingkat Kodam III/17 Agustus merupakan bekas Komando kewilayahan pertahanan yang meliputi Provinsi Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau serta Kepulauan Natuna Anambas.
Operasi pemulihan keamanan wilayah Sumatera Barat dari gerakan militer PRRI menggunakan sandi Operasi 17 Agustus. Inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya Komando Daerah Militer Sumatera Tengah (KDM-ST) yang terbentuk pada tanggal 17 April 1959 bermarkas di Padang. Kemudian tahun 1961 berubah nama menjadi Kodam III/17 Agustus. Saat itu, Kodam III/17 Agustus memiliki 3 unsur satuan teritorial setingkat Korem dan 5 unsur satuan tempur dan bantuan tempur.
Berdasarkan Perintah Operasi Kasad nomor: 011/1984 tanggal 22 September 1984 tentang Reorganisasi TNI AD yang kemudian disempurnakan dengan Surat Telegram KASAD No: STR/430/1984 tanggal 21 Oktober 1984 dan STR/603/1984 tanggal 28 Desember 1984, jumlah Kodam dikurangi menjadi 10 Kodam dari 16 Kodam yang ada sebelumnya.
Di antaranya, tiga Kodam dilebur menjadi satu yakni Kodam I/Iskandar Muda, Kodam II/Bukit Barisan dan Kodam III/17 Agustus digabung menjadi Kodam I/Bukit Barisan yang berkedudukan di Medan, Sumatera Utara. Praktis, Kodam III/17 Agustus hanya aktif sejak 17 April 1959 hingga 26 Januari 1985.
Perkembangan Organisasi
Saat ini, Korem 031/Wirabima terus bertumbuh. Wilayah teritorinya terdiri dari 8 Komando Distrik Militer (Kodim) dan 52 Komando Rayon Militer (Koramil) serta 12 Koramil Perwakilan.
Berdasarkan laporan wikipedia, kedelapan Kodim tersebut yakni Kodim 0301/Pekanbaru, Kodim 0302/Indragiri Hulu di Kota Rengat, Kodim 0313/Kampar di Kota Bangkinang dan Kodim 0314/Indragiri Hilir di Kota Tembilahan.
Juga Kodim 0303/Bengkalis di Kota Bengkalis, Kodim 0320/Dumai di Kota Dumai, Kodim 0321/Rokan Hilir di Kota Bagansiapiapi serta Kodim 0322/Siak di Kabupaten Siak.
Sementara itu, terdapat satu batalyon yakni Batalyon Infanteri 132/ Bima Sakti di Salo, Kabupaten Kampar.
Sementara itu, sejak terbentuknya Korem 031/ Wirabima, hingga saat ini sudah terjadi 30 kali pergantian Komandan Korem (Danrem). Jumlah tersebut sudah termasuk saat Korem 031/Wirabima masih berada di bawah komando Kodam III/17 Agustus dan kemudian setelah reorganisasi TNI melebur berada di bawah komando Kodam I/ Bukit Barisan.
Adapun Danrem pertama yang menjabat yakni Letkol Inf Kaharuddin Nasution. Sejak 2012 lalu, jabatan Danrem 031/Wirabima sudah dipegang oleh perwira tinggi bintang satu (Brigjend). Saat ini, Danrem 031/Wirabima diemban oleh Brigjen TNI Parlindungan Hutagalung. (*)