Produksi Minyak Indonesia Terus Turun, Amerika Serikat Justru Naik
SabangMerauke News - Produksi minyak di Amerika Serikat diperkirakan akan meningkat meski ada kendala rantai pasok dan tenaga kerja. Hal ini seiring dengan meningkatnya harga, sehingga memicu lebih banyak kegiatan pengeboran dan penyelesaian sumur.
Kondisi ini tentunya positif di tengah berkurangnya pasokan dari Rusia sejak sanksi pelarangan impor minyak dari Rusia diberlakukan pada awal Maret lalu.
Produksi minyak AS diperkirakan naik 1,29 juta barel per hari (bph) menjadi 12,86 juta bph, menurut konsultan East Daley Capital, yang melacak energi yang dipasok ke jaringan pipa AS, Kamis (14/04/2022).
Peningkatan perkiraan terbarunya sekitar 300.000 bph atau 23%, lebih tinggi dari perkiraan bulan Desember.
Sebagian besar kenaikan tahunan yang diproyeksikan, yakni sekitar 1,13 juta bph, berasal dari Permian Basin, lapangan shale oil AS terbesar. Ada 332 rig pengeboran minyak di sana pekan lalu, terbesar sejak April 2020.
"Harga minyak lebih tinggi US$ 30 - US$ 40 per barel" dari akhir tahun lalu dan "jumlah rig menjadi lebih responsif" terhadap pergerakan harga itu, kata AJ O'Donnell, Direktur di East Daley Capital, Kamis (14/04/2022).
Lantas, bagaimana dengan Indonesia?
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), produksi minyak RI pada 6 April 2022 ini tercatat sebesar 612.488 bph, masih lebih rendah dari target tahun ini sebesar 703 ribu bph.
Sementara dari sisi produksi gas tercatat telah mencapai 6.773 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), lebih tinggi dari target tahun ini 5.797 MMSCFD.
Lantas, apakah produksi minyak RI ini bisa ditingkatkan lagi di tengah melonjaknya harga minyak dunia?
Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Julius Wiratno mengatakan bahwa upaya untuk mengejar target produksi di tahun ini memang cukup menantang, terlebih dengan produksi saat ini. Namun demikian, kenaikan harga minyak seharusnya menjadi momentum untuk meningkatkan produksi tahun ini.
Apalagi pemerintah telah menunjukkan komitmennya untuk membuat iklim industri hulu migas lebih atraktif dengan berbagai kemudahan perizinan dan insentif.
"Untuk dapat mengambil momentum minyak dunia perlu dilakukan percepatan hulu migas 2022, khususnya pengeboran sumur pengembangan yang dapat berkontribusi langsung pada peningkatan produksi," ujarnya dalam diskusi secara virtual, (Rabu 13/4/2022).
Julius mengatakan bahwa sepanjang 2021, industri hulu migas berhasil membukukan penerimaan negara sebesar US$ 13,67 miliar. Sementara di tahun ini penerimaan negara ditargetkan dapat mencapai US$ 9,9 miliar.
Adapun, target investasi untuk sektor hulu migas 2022 mencapai US$ 13,2 miliar, naik 23,4% dari realisasi investasi migas 2021 yang mencapai US$ 10,7 miliar. (*)