Profesor Brian Yuliarto Gantikan Mendikti Satryo Soemantri, Ini Sepak Terjangnya

Prof Brian Yuliarto ST MEng PhD. Foto : Istimewa
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Prof Brian Yuliarto ST MEng PhD resmi dilantik menggantikan Prof Satryo Soemantri Brodjonegoro sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek). Reshuffle ini diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara pada Rabu (19/2/2025).
Sosok Brian Yuliarto bukanlah nama baru dalam dunia pendidikan tinggi dan riset. Brian merupakan dosen, peneliti, dan Guru Besar di Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung (FTI ITB).
Pendidikan Brian Yuliarto
Brian Yuliarto diketahui menempuh pendidikan S1 di ITB pada 1999. Setelah kelulusannya, ia bertolak ke University of Tokyo untuk menempuh jenjang S2 dan S3.
Selepas menggaet gelar PhD, Brian berkarier sebagai dosen dan peneliti di almamater tempat ia menempuh studi sarjana. Melansir dari laman ITB, Brian menekuni bidang riset pada ilmu rekayasa dan telah mematenkan delapan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) serta ratusan publikasi ilmiah.
Sepak Terjang Brian Yulianto di ITB
Dekan FTI ITB itu diketahui aktif meneliti pengembangan nanomaterial untuk aplikasi sensor dan energi. Hasil penelitiannya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sensor sehingga lebih cepat dan akurat mendeteksi berbagai molekul target.
Inovasi Brian dan rekan-rekan antara lain berupa pengembangan sensor gas berbahaya dan polutan. Ia juga menciptakan inovasi sensor untuk diagnosis penyakit seperti demam berdarah, hepatitis, kanker, dan berbagai bakteri patogen yang mengancam kesehatan manusia.
Melansir dari catatan resminya, Brian menjalin kolaborasi riset dengan peneliti nasional dan internasional. Kolaborasinya menghasilkan 329 artikel ilmiah terindeks Scopus yang telah disitasi sebanyak 5.618 kali, dengan h-indeks 38.
Kembangkan Material Nano Untuk Aplikasi Sensor
Brian menuturkan, ia dan rekan-rekan tengah mengembangkan material nano untuk aplikasi sensor dan energi, termasuk pada biosensor di dalamnya. Aplikasi ini rencananya akan menjadi bagian dari alat diagnostik medis berbagai penyakit di Indonesia.
Untuk mengembangkan alat diagnostik penyakit tersebut, ia dan rekan-rekan tengah bekerja sama dengan industri. Ia berharap Indonesia ke depannya tidak hanya mandiri dalam teknologi biosensor tetapi juga dapat berkontribusi pada penguasaan teknologi kesehatan global.
"Harapannya bisa kita kuasai teknologinya, kemudian kita bisa kerja sama dengan industri, dan akhirnya kita bisa bekerja sama dengan industri untuk membangun industri-industri diagnostik, sehingga menghasilkan alat diagnostik berbagai penyakit yang sangat beragam di Indonesia, sehingga akhirnya kita bisa punya kemandirian. Itu yang sedang kami kerjakan," ucapnya pada media di Auditorium Sumitro Djojohadikusumo, Gedung BJ Habibie, Jakarta pada Senin (12/11/2024) lalu.
Peraih Habibie Award 2024
Berkat keilmuan dan dedikasinya, Brian Yulianto menjadi peraih penghargaan Habibie Prize 2024 Bidang Ilmu Rekayasa pada Anugerah Talenta Unggul Habibie Prize 2024 dan Bincang Ekosistem Riset Inovasi Indonesia di Auditorium Sumitro Djojohadikusumo, Gedung BJ Habibie, Jakarta, Senin (11/11/2024).
Sebagai informasi, Habibie Prize adalah penghargaan bergengsi yang didirikan untuk menghormati peneliti dan Presiden ke-3 RI BJ Habibie.
Brian menjadi salah satu dari lima talenta unggul Indonesia penerima Habibie Prize 2024 yang berkontribusi signifikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.(R-04)