5 Kayu Indonesia Ini Banyak Diburu Dunia, Harganya Capai Ratusan Juta
Kayu Gaharu. Foto: Dok SM News
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, termasuk berbagai jenis kayu bernilai tinggi. Beberapa jenis kayu asal Indonesia tidak hanya diminati di pasar domestik, tetapi juga memiliki permintaan tinggi di pasar internasional. Faktor seperti kualitas unggul, kelangkaan, dan karakteristik khusus menjadikan kayu-kayu ini memiliki nilai ekonomi yang signifikan.
1. Kayu Gaharu (Aquilaria spp.)
Kayu Gaharu, atau dikenal sebagai Agarwood, merupakan salah satu jenis kayu termahal di dunia. Keistimewaannya terletak pada aroma harum yang dihasilkan oleh resin yang terbentuk akibat infeksi jamur pada pohon Aquilaria. Aroma ini sangat dihargai dalam industri parfum dan wewangian.
Di pasar lokal, harga Gaharu berkualitas tinggi dapat mencapai Rp 53 juta per kilogram, sementara di pasar internasional harganya bisa melonjak hingga Rp 133 juta per kilogram.
Permintaan global terhadap Gaharu sangat tinggi, terutama dari negara-negara Timur Tengah dan Asia Timur. Pohon Gaharu tumbuh optimal di daerah dengan curah hujan tinggi dan tanah yang baik drainasenya. Proses penanaman memerlukan perawatan khusus, termasuk inokulasi jamur untuk menghasilkan resin beraroma khas. Pengolahan Gaharu melibatkan ekstraksi resin dan pengeringan sebelum siap dipasarkan.
2. Kayu Eboni (Diospyros spp.)
Kayu Eboni, atau Ebony, dikenal karena warnanya yang hitam pekat dan tekstur yang halus. Kayu ini sering digunakan dalam pembuatan alat musik seperti biola, gitar, dan piano, serta furnitur mewah.
Kepadatan tinggi kayu Eboni membuatnya tenggelam dalam air, menandakan kualitasnya yang superior.
Harga kayu Eboni berkisar sekitar Rp7 juta per meter kubik, terutama untuk kualitas terbaik dengan warna hitam merata. Negara-negara seperti Jepang dan Eropa menjadi tujuan utama ekspor kayu ini. Pohon Eboni tumbuh di daerah tropis dengan curah hujan sedang hingga tinggi. Penanaman Eboni memerlukan waktu yang lama hingga mencapai ukuran panen, dan pengolahannya melibatkan pengeringan serta pemotongan presisi untuk mempertahankan kualitas dan estetika kayu.
3. Kayu Cendana (Santalum album)
Kayu Cendana dikenal karena aromanya yang khas dan menenangkan, menjadikannya bahan utama dalam industri parfum dan wewangian. Selain itu, minyak atsiri yang dihasilkan dari kayu Cendana memiliki nilai ekonomi tinggi dan digunakan dalam berbagai produk kecantikan dan kesehatan.
Harga kayu Cendana di pasar Indonesia berkisar antara Rp500 ribu hingga Rp1 juta per kilogram. Negara-negara seperti India dan China menjadi pasar ekspor utama kayu ini. Pohon Cendana tumbuh optimal di daerah kering dengan curah hujan antara 850-1200 mm per tahun dan tanah berpasir atau berbatu. Penanaman Cendana memerlukan pohon inang karena sifatnya yang semi-parasitik. Pengolahan kayu Cendana melibatkan ekstraksi minyak melalui proses penyulingan.
4. Kayu Merbau (Intsia spp.)
Kayu Merbau memiliki warna merah kecoklatan dengan serat yang menarik, menjadikannya pilihan populer dalam industri konstruksi dan pembuatan lantai kayu.
Kekerasan dan daya tahan terhadap serangan hama membuatnya sangat dihargai. Harga kayu Merbau bervariasi tergantung kualitas dan ukuran, namun umumnya mencapai jutaan rupiah per meter kubik.
Pasar ekspor utama kayu Merbau meliputi negara-negara di Asia dan Eropa. Pohon Merbau tumbuh di hutan tropis dengan tanah aluvial dan ketinggian hingga 400 meter di atas permukaan laut. Proses penanaman memerlukan perawatan intensif, sementara pengolahan kayu Merbau melibatkan pengeringan dan pemotongan sesuai spesifikasi industri.
5. Kayu Jati (Tectona grandis)
Kayu Jati telah lama dikenal sebagai salah satu kayu terbaik untuk pembuatan furnitur dan konstruksi bangunan karena kekuatan dan ketahanannya terhadap cuaca serta serangga. Seratnya yang indah dan kemampuan tahan lama menjadikannya sangat diminati. Harga kayu Jati berkisar antara Rp 10 juta hingga Rp 15 juta per meter kubik, tergantung pada kualitas dan usia kayu.
Negara-negara seperti Amerika Serikat dan Eropa menjadi tujuan utama ekspor kayu Jati. Pohon Jati tumbuh optimal di daerah dengan musim kering yang jelas dan tanah berdrainase baik.
Penanaman Jati memerlukan waktu panjang hingga mencapai ukuran panen, biasanya sekitar 20 hingga 25 tahun. Pengolahan kayu Jati melibatkan proses pengeringan alami untuk mengurangi kadar air sebelum digunakan dalam pembuatan produk akhir.
Permintaan global terhadap kayu-kayu berkualitas tinggi dari Indonesia terus meningkat, menciptakan peluang ekspor yang signifikan bagi pengusaha kayu. Namun, penting untuk memastikan bahwa praktik penebangan dan perdagangan kayu dilakukan secara legal dan berkelanjutan untuk menjaga kelestarian hutan Indonesia. (R-05)