9 Alasan Dilarang Mengonsumsi Mi Instan Setiap Hari
Mi instan menjadi makanan favorit banyak orang karena praktis, murah, dan enak. Foto : Istimewa
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Mi instan menjadi makanan favorit banyak orang karena praktis, murah, dan enak. Rasanya yang gurih serta cara memasaknya yang mudah membuatnya menjadi pilihan utama ketika lapar melanda.
Tidak heran jika mi instan sering dikonsumsi sebagai menu sarapan, makan siang, bahkan makan malam.
Beberapa orang bahkan terbiasa makan mi instan setiap hari tanpa memikirkan dampaknya terhadap kesehatan.
Meskipun lezat dan mengenyangkan, konsumsi mi instan berlebihan bisa membawa dampak buruk bagi tubuh.
Kandungan natrium yang tinggi, lemak jenuh, serta bahan pengawet dalam mi instan berisiko menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi mi instan setiap hari bisa meningkatkan risiko obesitas, tekanan darah tinggi, hingga gangguan pencernaan.
Lantas, apa saja alasan mengapa mi instan tidak boleh dikonsumsi setiap hari? Simak penjelasannya berikut ini.
1. Kenaikan Berat Badan Menurut Keck School of Medicine di University of Southern California, satu blok mi instan (beserta kuahnya) mengandung sekitar 14 gram lemak jenuh. Jumlah ini setara dengan 40 persen kebutuhan harian tubuh.
Mi instan juga melalui proses penggorengan sebelum dikemas, membuatnya lebih keropos dan mudah matang. Akibatnya, jika dikonsumsi setiap hari tanpa pengaturan porsi yang baik, risiko kenaikan berat badan meningkat.
2. Tekanan Darah Naik Menurut American Heart Association (AHA), konsumsi natrium yang tinggi bisa memicu tekanan darah tinggi.
Satu porsi mi instan dapat mengandung hingga 1.820 mg natrium, mendekati dua pertiga dari batas harian yang disarankan oleh Food and Drug Administration (FDA).
Jika dikonsumsi berlebihan, natrium ini dapat menahan cairan dalam tubuh dan menyebabkan tekanan darah meningkat.
3. Gangguan pada Hati Mi instan mengandung bahan tambahan seperti pengawet, pemanis buatan, dan perasa sintetis untuk meningkatkan daya simpan.
Menurut penelitian Keck School of Medicine, bahan-bahan ini sulit dicerna tubuh, sehingga hati harus bekerja lebih keras untuk memecahnya. Jika terus terjadi, lemak bisa menumpuk dalam sel hati dan memicu gangguan fungsi hati.
4. Gangguan Pencernaan Ahli gastroenterologi dari Massachusetts General Hospital, Dr. Braden Kuo, melakukan studi dengan kamera kapsul untuk melihat bagaimana mi instan dicerna tubuh.
Hasilnya, mi segar dicerna dalam waktu satu hingga dua jam, sementara mi instan tetap utuh dalam sistem pencernaan beberapa jam setelah dikonsumsi.
Proses pencernaan yang lebih lama ini dapat memicu gangguan pencernaan seperti kembung atau sembelit.
5. Meningkatkan Risiko Sindrom Metabolik Konsumsi mi instan setiap hari juga bisa meningkatkan risiko sindrom metabolik.
Sindrom metabolik adalah kombinasi dari obesitas, tekanan darah tinggi, kadar gula darah tinggi, dan kolesterol tinggi, yang meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes.
6. Kembung dan Retensi Cairan Tingginya kandungan natrium dalam mi instan menyebabkan tubuh menahan lebih banyak cairan.
Hal ini dapat membuat tubuh terasa kembung dan tidak nyaman, terutama jika dikonsumsi sebelum tidur.
7. Risiko Stroke dan Penyakit Jantung Live Science menyebutkan bahwa konsumsi natrium dan lemak jenuh dalam jumlah tinggi bisa meningkatkan risiko stroke dan penyakit jantung.
Studi juga menunjukkan bahwa wanita muda yang aktif secara fisik lebih rentan terhadap efek negatif ini karena metabolisme mereka lebih cepat dalam menyerap natrium dan lemak.
8. Gangguan Penglihatan Menurut Healthline, beberapa orang lebih sensitif terhadap pengawet TBHQ (tert-butylhydroquinone) yang digunakan dalam mi instan.
Dalam kasus tertentu, senyawa ini dapat memicu gangguan penglihatan dan reaksi alergi, terutama pada orang dengan sensitivitas tinggi terhadap bahan kimia makanan olahan.
9. Meningkatkan Risiko Penyakit Ginjal Menurut American Heart Association, konsumsi natrium yang tinggi dalam mi instan bisa meningkatkan risiko penyakit ginjal.
Terlalu banyak natrium dalam tubuh membuat ginjal bekerja lebih keras untuk menyaringnya, sehingga berisiko menyebabkan batu ginjal dan gangguan fungsi ginjal lainnya.(R-03)