Pekerja Migran Ilegal yang Ditembak Aparat Malaysia Bayar Sewa Kapal Rp 5 Juta
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Warga Negara Indonesia (WNI) yang ditembak oleh Aparat Malaysia di perairan Tanjung Rhu, Selangor, Malaysia baru saja membocorkan nama pelaku penyelundupan pekerja migran ilegal dari dan menuju Malaysia.
Mereka menyebut nama Malik sebagai salah satu pelaku. Bukan hanya menyebutkan nama, mereka juga menceritakan bahwa membayar kepada Malik untuk bisa pergi maupun pulang dari Malaysia.
Bayar 1.200-1.500 Ringgit untuk kabur dari Malaysia
Berdasarkan pada komunikasi dengan pihak Kedutaan Besar Indonesia di Malaysia, dua orang WNI korban penembakan yang dirawat di rumah sakit menjelaskan bahwa mereka membayar kepada Malik untuk bisa kabur.
"Kalau dilihat dari status mereka, iya (korban penyelundupan orang)," ungkap Atase Polri di Malaysia Kombes (Pol) Juliarman Eka Putra Pasaribu.
"Tapi, mereka juga adalah para pekerja ilegal yang ingin pulang ke Tanah Air dan tidak menggunakan jalur resmi," imbuhnya.
Kedua WNI itu mengaku memberikan imbalan kepada Malik sekitar 1.500 Ringgit (Rp 5.519.625 dalam konversi kurs saat ini).
"Ada yang membayar 1.200 Ringgit, ada yang 1.500 Ringgit. Jadi sepertinya tidak ada plafon standar sehingga sepertinya itu bisa ditawar-tawar," ujar Juliarman.
Pemerintah dampingi para korban
Juliarman menyebut, Malaysia saat ini sedang menelusuri apakah Malik merupakan jaringan lama penyelundupan pekerja ilegal atau baru.
Juliarman sekaligus memastikan pemerintah Indonesia melakukan pendampingan hukum terhadap para WNI pekerja ilegal yang diamankan otoritas Malaysia pasca peristiwa di perairan Tanjung Rhu itu.
"Pasti kami akan mendampingi mereka, termasuk konsuler kedutaan untuk menjamin hak-hak mereka terlindungi," lanjut dia.
Kronologi WNI ditembak di Malaysia
Dilansir dari Kompas.com, Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Judha Nugraha mengatakan, Petugas patroli maritim Malaysia mendapati kapal yang membawa lima pekerja migran Indonesia di Perairan Tanjung Rhu, Selangor, Malaysia.
Saat kapal melaju hendak meninggalkan Malaysia, aparat Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) lantas berusaha untuk menghentikannya.
Namun, adanya perlawanan dari korban membuat APMM melepaskan tembakan mengarah ke kapal yang didalamnya terdapat lima WNI yang berusaha kabur.
Peristiwa itu mengakibatkan satu WNI tewas, tiga luka berat, dan satu orang lainnya kritis. Para korban kemudian dirawat di rumah sakit di wilayah Selangor Malaysia.
WNI yang hendak kabur melakukan perlawanan
Berdasarkan pernyataan resmi dari Kepala Kepolisian Selangor, Datuk Hussein Omar Khan, APMM memutuskan untuk menembak lantaran korban diduga melakukan perlawanan.
“Kami yakin lebih banyak individu yang terlibat, mengingat kapasitas perahu tersebut 15 hingga 20 orang. Upaya sedang dilakukan untuk melacak tersangka yang tersisa,” terangnya.
Kapal yang dideteksi memberikan tumpangan kepada 20 orang termasuk lima WNI menyerang petugas menggunakan parang dan menabrak kapal patroli APMM sebanyak empat kali.
Hal itulah yang menyebabkan aparat Malaysia melakukan tindakan represif.
“Pelaku berhasil melarikan diri di tengah kegelapan sebelum kapal yang membawa dua warga negara asing yang terluka ditemukan terdampar di pantai sekitar pukul 09.00 oleh warga masyarakat,” ujar Hussein.
WNI yang ditembak tak bawa identitas resmi
Menanggapi kasus ini, Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Christina Aryani menyebut bahwa lima WNI yang menjadi korban penembakan di Malaysia berstatus tidak prosedural. Selain itu, ia juga mengonfirmasi, para korban tidak membawa identitas resmi sehingga menyulitkan proses identifikasi.
"Karena mereka tidak membawa identitas, prosesnya membutuhkan waktu," kata Christina kepada Kompas.com, Minggu (26/1/2025).
Hingga saat ini pihaknya masih berupaya menelusuri identitas para korban dengan bantuan atase polisi di Malaysia dan mencari tahu dari mana lima WNI berasal.
“Kami sedang mengumpulkan informasi lebih lengkap terkait lokasi perawatan para korban. Ini penting agar kami bisa memantau kondisi mereka dengan lebih baik,” pungkas Christina. (R-03)